"Kamu Nenek Tua, beraninya menyumpal tomat busuk ke dalam mulut saya? Memangnya kamu siapanya Elizia?" Setelah Widya memuntahkan seluruh isi perut karena mual, Widya menginterogasi nenek Rumi.
"Kamu tidak perlu tahu saya siapanya Elizia. Kamu sendiri siapa? Berani-beraninya menghina dia?" tanya balik nenek Rumi kepada Widya. Sedangkan Sinta dan Elizia masih diam dan berdiri sambil mendengarkan perdebatan antara nenek Rumi dan Widya.
"Dia itu gadis miskin mantan menantu saya yang tidak berguna. Dia diceraikan anak saya karena dia miskin dan tidak bisa mempunyai keturunanan." Kalimat pedas dia lontarkan kepada nenek Rumi dan masih saja membeberkan aib Elizia di depan tempat umum.
Degh!
Hati Elizia mulai memanas. Mantan Ibu mertua menyebut-nyebut nama keturunan. Kata-kata itu membuat Elizia bagai ditusuk duri yang tajam. Salahkah jika setahun dalam pernikahan Elizia belum bisa mendapatkan keturunan? Padahal ada tidaknya anak adalah ketentuan Tuhan. Elizia kini matanya mulai berkaca-kaca kembali.
"Kamu mantan Ibu Mertua dari Elizia?" tanya nenek Rumi terkejut.
"Benar. Tapi sekarang saya tidak sudi memiliki menantu sampah seperti dia! Anak saya sudah mendapatkan pengganti yang sempurna!" Dengan lantang dan tanpa berperasaan, Widya mengungkapkan tentang hubungan Elizia dengannya.
Plak, plak!
Nenek Rumi segera menampar Widya dengan penuh emosi karena geram.
"Wanita yang tidak memiliki perasaan! Kamu dulu di sekolahkan ibumu atau tidak hai Ibu gendut? Beraninya sama rakyat kecil." Nenek tersulut emosi dan memaki Widya dengan lantang tak gentar.
"Ya jelas sekolah dong, Nek? Nenek itu siapanya Elizia? Beraninya menampar saya? Saya laporkan ke pak RT tahu rasa!" tanya Widya dengan kesal dan penasaran karena ditampar oleh nenek-nenek asing yang membela Elizia.
"Saya pelindung Elizia. Jika kamu melukai dia akan berurusan dengan saya! Nenek Rumi sang pembela kebaikan. Camkan itu!" Nenek Rumi menjawab dengan kocak namun mengena sampai di hati.
"Halah, gayamu Nenek tua! Pasti kalian dari kalangan rakyat jelata yang tidak punya sopan santun dan etika," ucap Widya malah menyalahkan nenek Rumi tidak beretika.
"Sudah cukup! Nek. Ayo kita segera pulang. Jangan meladeni mereka lagi." Elizia menyela dan mengajak nenek Rumi untuk segera pulang.
"Ayo, Nak. Orang itu membuat Nenek naik pitam. Pantesan kamu pergi dari rumah itu. Kalau Nenek tinggal bersama mantan mertua kamu, sudah tak jadiin rempeyek," ucap nenek dengan geram.
"Iya, Nek. Yasudah Nenek jangan mikirin mereka lagi ya. Nanti Elizia akan masakin Rendang daging sapi buat makan kita bersama." Elizia akan memasakkan nenek Rumi berupa daging sapi rendang.
"Baik. Saya sangat suka rendang," jawab nenek itu dengan senang hati.
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di rumah Nenek Rumi. Elizia mulai mengeluarkan belanjaannya dan memasukkan stok daging dan bahan lainnya ke dalam kulkas. Dan beberapa dari daging itu akan dimasak.
"Nenek istirahat saja. Elizia akan memasak rendang daging sapi untuk Nenek," ucap Elizia kepada Neneknya dengan perasaan semangat.
"Iya terima kasih. Kamu memang orang baik. Yasudah Nenek mandi dulu saja." Nenek itu lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mandi.
"Iya, Nek," jawab Elizia sambil tersenyum ke arah nenek Rumi.
Elizia segera meracik bumbu dan segera memasak rendang daging sapi tersebut. Tiga puluh menit kemudian rendang daging sapi itu telah matang.
"Hum. Aroma rendangnya sungguh nendang!" ucap nenek tersebut dengan kocak. Nenek Rumi telah selesai mandi dan segera ke ruang makan untuk makan bersama dengan Elizia.
"Ayo, Nek kita makan bersama. Jangan lupa berdoa." Elizia sudah menyiapkan peralatan untuk makan mereka berdua beserta masakan rendang daging sapi tersebut.
"Siap!" Lalu nenek Rumi mulai berkomat-kamit membaca doa makan dengan suara agak lirih.
"Hahaha. Nenek lucu sekali." Elizia tertawa sampai perutnya sakit karena nenek Rumi sangat kocak dan asik.
"Saya itu berdoa. Kamu jangan tertawa. Ayo segera makan!" Nenek itu langsung melahap masakan daging sapi rendang sampai habis dua piring.
"Iya, Nek. Makan yang kenyang ya?" Elizia juga makan dengan lahap sembari bercanda dengan nenek Rumi.
Walau hati Elizia masih galau, namun sang nenek membuatnya menjadi semangat lagi. Dia sangat bersyukur kepada Tuhan karena setelah ada ujian berat, ada pelangi indah yang akan datang untuk dinikmatinya.
"Nenek sudah kenyang, Nak. Kalau kamu bosan kamu bisa lihat TV di sana atau main game. Di kamar sana terdapat komputer peninggalan Hamzah ketika masih kecil dan sampai sekarang masih bisa digunakan," ucap nenek itu memberitahukan komputer yang bisa untuk main game.
"Iya. Besok rencananya saya mau melamar kerja di perusahaan Mas Hamzah di bidang Admin, Nek. Mohon doanya ya?" Elizia meminta doa kepada nenek Rumi untuk bisa bekerja di perusahaan milik keluarga Hamzah.
"Oh. Iya. Saya doakan semoga sukses. Tapi nanti Nenek jadi kesepian lagi dong?" rengek nenek Rumi dengan manja kepada Elizia.
"Tidak, Nek. Elizia 'kan kerjanya sampai siang saja, tidak sampai malam." Elizia mencoba menjelaskan.
"Oh. Begitu. Yasudah tapi kamu hati-hati jika bertemu dengan mantan ibu mertua kamu itu! Dia julid sekali." Nenek Rumi menasehati Elizia agar hati-hati dan khawatir jika bertemu dengan Widya.
"Siap!" jawab Elizia tegas.
Ting tung, ting tung!
Terdengar bunyi bel dua kali pertanda rumah nenek Rumi sedang kedatangan tamu.
Lalu Elizia berjalan untuk membuka pintu depan rumah nenek Rumi tersebut. Beberapa menit kemudian pintu pun terbuka. Terdapat beberapa ibu-ibu yang datang dan berkata,
"Hai, kamu wanita simpanan Hamzah 'kan?" tanya ibu-ibu yang bermuka julid tersebut menuduh Elizia sebagai wanita simpanan Hamzah.
Degh!
Seketika hati Elizia bagai ditikam belati yang amat tajam dan hatinya merasa terkoyak seketika.
"Maaf. Ibu-ibu jangan menuduh saya sembarangan ya?" Elizia memberanikan diri untuk menjawab tuduhan ibu-ibu julid tersebut.
"Halah, jangan banyak alasan! Kamu mau merayu keluarga kaya ini dan kamu akan menguasainya 'kan?" tanya ibu-ibu julid yang satunya yang bertubuh kurus dan berambut cepak.
"Ada apa ribut-ribut!" tiba-tiba nenek Rumi muncul dan mendekati Elizia yang sedang menemui tamu ibu-ibu julid tersebut.
"Ini lho Nek saya dituduh Ibu-ibu tersebut simpanan dari Mas Hamzah." tanpa basa basi Elizia menjelaskan kepada nenek Rumi tentang ibu-ibu julid tersebut.
"Ibu-ibu yang cantik, dia bukan simpanan Hamzah! Dia adalah anak sebatang kara yang akan melamar pekerjaan di kantor Hamzah! Dia adalah anak yang cerdas, jadi saya rekrut di rumah ini, paham!" Nenek Rumi dengan cerdas memberi alasan kepada ibu-ibu julid itu agar tidak menuduh sembarangan Elizia.
"Oh. Maafin kami ya, Kak. Kami sebelumnya tidak tahu karena kami dari Gengster Ibu-Ibu selalu melabrak wanita ****** dan tukang tikung," jawab ibu-ibu julid itu kepada Elizia seraya merasa malu dan kecewa. Sasarannya kini tidak tepat.
Tidak lama mereka melenggang pergi. Tetapi tiba-tiba terdengar bunyi,
Dorrr, dor, kreteg, kreteg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Anonymous
Thor, klu d pdang masaknrendang itu hbiskan wktu 5 jam plng sdkit 😂😂
2023-09-18
2
Warijah Warijah
Datang2 main tuduh2 aja . inilah yg berbahaya..klo hanya mendengar tp tdk tahu faktanya... suara apaan tuuuuh 🤭
2023-07-03
1