Hati Elizia saat itu bagai teriris oleh belati yang tajam karena melihat suaminya sendiri tega bermesraan dengan wanita yang bukan mahram di depan matanya. Matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas ke kamarnya untuk memunguti pakaian ke dalam kopernya.
'Tega sekali kamu Mas, dulu saat kau di depan penghulu untuk berjanji akan setia sekata, nyatanya kamu malah mengkhianatiku,' desis Elizia di dalam hatinya.
Air matanya luruh seketika karena hatinya sangat sakit. Istri mana yang bisa bertahan menghadapi pengkhianatan dan hinaan dari keluarga suaminya sendiri. Dia mulai menghirup nafas dan mencoba menenangkan diri.
Lalu Elizia melepas cincin yang melingkar di jari tangannya dan meletakkannya di dalam lemari. Dia tidak akan meninggalkan perhiasan yang diberikan oleh suaminya agar suatu saat dia mengenang bahwa Elizia sangat berharga untuk suaminya yang kini tega berselingkuh.
Elizia telah selesai menyiapkan barang yang akan dia bawa pergi dari rumah keluarga suaminya yang penuh dengan sejuta kepahitan.
Lalu dia keluar dari kamarnya sambil membawa kopernya seraya berjalan mendekati suaminya dan berkata,
"Mas, cepat jatuhkan talak tiga sekarang juga maka aku akan segera pergi dari rumah neraka ini!" Elizia menatap nanar wajah suaminya. Dia sudah tidak memiliki rasa cinta sedikit pun kepada suaminya dan tergantikan dengan rasa dendam yang membara.
"Elizia, saya jatuhkan talak tiga kepadamu dan mulai sekarang juga kamu bukan istriku lagi!"
Dengan lantang kata talak terucap dari mulut Zafian. Namun, tidak ada air mata sedikit pun keluar dari manik mata Elizia. Karena air matanya sangat berharaga sehingga mantan suami seperti Zafian tidak pantas untuk ditangisi.
Kata talak berhasil terucap oleh Zafian dengan satu kali tarikan nafas sehingga Elizia sekarang bukan istri dari Zafian.
"Oke Mas, aku terima talak darimu, dan aku akan pergi dari rumah ini." Elizia lalu mengambil kopernya yang sudah dia siapkan sebelumnya dan dia bergegas pergi dari rumah itu.
"Nah, gitu dong. Itu namanya baru adek kesayangan Kakak! Sekarang Elizia bersip-siap untuk menjadi gelandangan." Sinta mendengarkan kejadian tersebut seraya menghina Elizia dan menyunggingkan seyum kemenangan. Sedangkan Rihana yang melihat kejadian itu merasa bahagia seperti dunia yang indah berpihak kepadanya.
Dengan langkah gontai Elizia segera meninggalkan rumah itu. Tiba-tiba ayah mertua berjalan ke arahnya dan berkata,
"Nak, Ayah masih mempunyai rumah kosong walaupun kecil tetapi masih layak dipakai, dari pada kamu pergi tidak tahu arah kamu tinggal di rumah itu saja. Maafkan Ayah, selama ini saya tidak bisa mendidik istri dan anak dengan benar. Saya merasa menyesal." Sujono menawari rumah kosong miliknya. Beliau tidak tega jika wanita pergi sendirian dan tidak ditemani oleh mahrom.
"Ayah! Biarkan wanita lusuh itu pergi! Buat apa Ayah memberi tumpangan. Rumah itu dijual saja untuk membiayai pernikahan anak kita Zafian dengan Rihana!" Widya menolak usulan suaminya yang memberikan celah untuk Elizia agar tidak terlantar.
"Tidak perlu, Ayah. Saya sudah tidak menjadi bagian dari anggota keluarga ini dan saya tidak berhak atas rumah tersebut. Saya harus pergi sekarang," jawab Elizia yang teguh pada pendiriannya.
"Bagus, jika kamu tahu diri. Cepat pergi dari sini! Aku sudah muak melihat wajah lusuh kamu!" Sinta mengusir dan membentak Elizia tanpa memiliki perasaan sedikit pun.
"Mbak Sinta yang terhormat, tanpa diminta oleh kalian, saya akan pergi dari neraka ini!" dengan lantang dan mata membola Elizia menjawab hinaan dari Sinta mantan kakak iparnya.
Dengan mata berkaca-kaca Elizia pergi meninggalkan rumah itu. Rumah itu akan selalu dia ingat dan terpatri dalam jiwanya karena telah menorehkan luka yang begitu dalam dan membuatnya terlunta-lunta.
Elizia berjalan menyusuri tepi jalan raya yang panas dan terik hingga membuatnya gerah. Lalu dia beristirahat sebentar di bawah pohon palem yang rindang.
Setelah beberapa menit beristirahat, dia mendengar adzan dzuhur berkumandang. Lalu Elizia mendengar lantunan adzan yang merdu. Dia menjawab adzan tersebut dan meresapi setiap lantunan di dalam hatinya yang sedang pilu.
Setelah rasa penat itu pulih, dia berjalan menuju arah masjid untuk sembahyang dzuhur. Beberapa menit kemudian, dia sampai di tempat wudhu. Setelah selesai berwudhu dia segera bergabung dengan jamaah wanita dan menunggu sholat berjamaah tiba.
Selesai sholat dia menangis dan berdoa.
'Ya Tuhan. Berikan hamba jalan keluar atas permasalah yang menimpa ini. Berikan hamba ketegaran agar bisa menjalani kehidupan pahit dan pilu ini serta lindungi hamba dari orang-orang yang berbuat dholim kepada hamba, Aamiin.' Elizia mengusap tangan ke wajahnya setelah dia berdoa dan dia menghapus air matanya yang menetes di pipinya. Setelah sembahyang hatinya merasa lebih tenang.
Setelah itu Elizia bergegas untuk keluar dari masjid tersebut dan tidak lupa membawa kopernya. Dia mulai berjalan mengambil sandalnya dan segera melanjutkan perjalanan. Saat tiba di gerbang masjid dia berpapasan dengan pemuda yang tidak asing baginya.
"Elizia? Benarkah itu kamu?" tanya seorang pemuda yang memakai kopiah dan sarung terlihat dia sedang selesai sholat dhuhur berjamaah.
"Mas Hamzah? Iya aku Elizia."
Elizia bertemu dengan teman masa kecilnya saat kedua orang tuanya belum meninggal saat itu dia berumur tujuh tahun. Dulu dia bertetangga dan sering bermain petak umpet bersama. Tetapi kebersamaan itu tidaklah lama setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan motor.
Setelah orang tuanya meninggal, Elizia hanya sebatang kara di rumahnya tersebut karena sanak saudaranya berada di luar daerahnya. Akhirnya dengan terpaksa tetangga dekatnya membawa Elizia untuk dirawat di salah satu Panti Asuhan terdekat. Yakni Panti Asuhan "Kasih Ibu". Rumah Elizia akan dirawat oleh tetangga dekat sampai besar kelak.
"Kamu mau ke mana Elizia? Suami kamu kok gak diajak?" tanya Hamzah menyelidik. Hamzah mengetahui jika Elizia sudah menikah. Karena Zafian adalah teman Hamzah saat kuliah dulu.
"Sa-saya mau pergi. Saya sudah bercerai dengan suami saya," jawab Elizia terbata-bata dan berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Apa? Kamu bercerai dengan Zafian? Nona, lebih baik kita berbicara di sana." Hamzah menunjuk arah kafe yang tidak jauh dari masjid itu. Di situ terdapat tempat duduk yang nyaman untuk berbincang.
Elizia menurut apa kata Hamzah dan menyekor di belakangnya. Beberapa menit kemudian, dia sampai di kafe tersebut dan mulai duduk di bangku yang masih kosong. Mereka mulai melanjutkan percakapan.
"Nona, kalau boleh tahu kenapa kamu bercerai dengan Zafian?" tanya Hamzah menyelidik.
"Mas Zafian akan menikah lagi dengan mantannya dulu sehingga saat ini mas Zafian langsung menjatuhkan tiga talak untukku," ucap Elizia dengan suara yang serak.
"Kurang ajar Zafian, istri sebaik kamu seharusnya tidak pantas dikhianati oleh pria macam itu."
Hamzah geram mendengar ucapan yang dilontarkan Elizia. Padahal dia mengagumi Elizia sejak kecil. Dia kalah cepat dengan Zafian. Tetapi orang yang beruntung mendapatkan Elizia malah tega mengkhianatinya.
"Sudah jangan dipikirkan, Mas. Elizia sudah legawa menerima ini karena ini sudah takdir dari Tuhan," jawab Elizia yang duduk merenung di bangku kafe.
"Lantas, kamu akan pergi ke mana?" tanya Hamzah yang mengkhawatirkan Elizia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
ipit
gak gitu juga dongma..menghina Elizia,kalu udah tau miskin kenapa kamu nikahkan dia sama anakmu p*ak
2023-07-20
0
Uthie
langsung hadir sang pangeran yaa 😁👍
2023-07-16
1
Nurr Amirr🥰💞
Hadir thorrrr... 🥰🥰🥰🥰
2023-07-12
1