Kamar Belinda dan juga Altair
Setelah menidurkan Belinda dan juga Altair di kamar mereka, Alice nampak terdiam sambil termenung menatap kosong ke arah depan. Pikiran Alice benar-benar mengalami kebingungan saat ini, Alice bahkan tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang kehidupan nyata. Semua bahkan terasa begitu nyata untuknya termasuk kehidupannya saat ini.
Setelah Kafin mengatakan agar dirinya jangan pergi demi anak-anak, membuat hati Alice begitu tersentuh karenanya. Alice yang memang tidak ingin menyimpan apapun kepada Kafin pada akhirnya membuat Alice menceritakan segala halnya kepada Kafin, namun Kafin malah memberinya bukti kongkrit yang seakan membuktikan jika perkataan Kafin tentang dirinya tidaklah mengada-ada.
Alice bahkan sampai terkejut ketika ia melihat foto pernikahan, kehamilan bahkan ketika ia menggendong dua anak kembar yang kini mulai tumbuh dengan lucu. Alice menghela napasnya dengan panjang kemudian menatap ke arah Belinda dan juga Altair dengan raut wajah yang bingung.
"Sebenarnya mana yang mimpi dan mana yang nyata? Mengapa aku merasa di sini adalah tempat yang asing?" ucap Alice dengan raut wajah yang bingung.
Plak
Suara tamparan yang keras mendarat tepat di area pipinya sendiri. Karena ingin membuktikan apakah Alice sedang bermimpi atau tidak, Alice nekat menampar pipinya sendiri yang alhasil tentu saja terasa begitu sakit saat ini. Alice mengusap pipinya yang terasa panas karena bekas tamparannya sendiri sambil memasang raut wajah yang cemberut karena baru menyadari jika apa yang terjadi kepadanya saat ini bukanlah hanya sebuah mimpi belakang.
"Argh benar-benar menyebalkan! Mengapa aku bisa mengalami hari seperti ini? Apa jangan-jangan aku memang mengidap baby blues dan sering melakukan hal-hal yang aneh. Tapi anak-anak bahkan sudah sebesar ini, apa itu mungkin tetap terjadi kepadaku? Siapapun tolong jelaskan apa yang sedang terjadi kepadaku saat ini?" ucap Alice pada diri sendiri sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
Alice yang tak kunjung menemukan jawaban pada akhirnya hanya bisa kembali menghela napasnya dengan panjang kemudian bangkit dari sana dan berlalu pergi meninggalkan kamar anak-anak.
***
Area tengah
Setelah dari kamar anak-anak, Alice yang mencoba untuk mencari sebuah ingatan tentang kehidupannya terlihat mulai menyusuri area sekitar rumah ini. Rumah ini benar-benar bertipe besar dan juga megah layaknya sebuah bangunan istana dimana terdapat dua lantai di rumah tersebut. Lantai dua berisi kamar utama dan juga dua kamar kosong yang di siapkan untuk anak-anak ketika keduanya beranjak dewasa nanti dan siap untuk tidur dengan terpisah. Sedangkan di lantai bawah terdapat kamar anak-anak, ruang kerja Kafin, ruang keluarga, ruang menonton, ruang makan, dapur dan juga ruang tamu. Di area belakang dari bangunan ini juga di lengkapi dengan lapangan golf mini, fitnes dan pastinya taman bermain untuk anak-anak yang memang di sediakan khusus untuk Belinda dan juga Altair.
Alice yang benar-benar terkesan akan tempat ini tentu saja hanya bisa menatap dengan pandangan yang begitu terpukau ketika melihat kemegahan dan juga kemewahan tempat ini.
"Jika aku masih bekerja entah sampai berapa puluh tahun aku dapat membangun rumah semegah dan seindah ini, aku rasa itu akan sangat sulit jika aku tidak menikahi Pria yang kaya raya." ucap Alice sambil terus membawa langkah kakinya yang masih penasaran akan bangunan ini.
Sampai kemudian ketika Alice melintasi area pintu samping yang berhubungan langsung dengan area kolam renang dimana Kafin tadi membawanya, membuat Alice langsung menghentikan langkah kakinya begitu mendengar sebuah percakapan seseorang di sana.
"Apa kau sudah membereskan segalanya? Aku sungguh tidak menginginkan sebuah kesalahan, jika sampai ada yang bocor maka kamu harus menanggung konsekuensinya." ucap Kafin dengan nada yang terdengar begitu dingin, membuat Alice yang mendengar hal tersebut lantas langsung melipir ke samping dan bersembunyi.
"Tentu Tuan anda tidak perlu khawatir." ucap sebuah suara seseorang yang juga sedang berada di sana, siapa lagi jika bukan Dimas.
"Bagus, aku harap tidak akan ada siapapun yang tahu tentang masalah ini. Apa yang ada di waktu yang lalu aku ingin menguburnya dalam-dalam." ucap Kafin lagi dengan tatapan yang lurus ke arah depan.
"Tentu saja Tuan sesuai dengan keinginan anda..." ucap Dimas dengan nada yang yakin, membuat perasaan Kafin lantas melega dengan seketika begitu mendengarnya langsung dari Dimas barusan.
Alice yang mendengar percakapan keduanya tentu saja menjadi curiga. Alice terdiam di tempatnya sejenak seakan mencoba untuk mencerna perkataan yang keluar dari pembicaraan keduanya.
"Apa yang sebenarnya tengah mereka berdua bicarakan? Mengapa rasanya seperti aneh sekali? Apakah ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Kafin dari ku? Atau jangan-jangan Kafin mengetahui sesuatu tentang segala hal yang terjadi kepadaku?" ucap Alice bertanya-tanya pada diri sendiri sambil sesekali melirik ke arah keduanya dengan tatapan yang menelisik.
Hingga kemudian Alice yang melihat Kafin hendak melangkahkan kakinya berlalu pergi dari area kolam renang, lantas mulai membawa langkah kakinya meringkuk tepat di belakang sofa dengan langkah kaki yang terburu-buru karena takut ketahuan oleh Kafin saat ini.
Kafin terlihat melangkahkan kakinya masuk ke dalam Rumah melalui pintu samping dan langsung berhenti saat itu juga ketika ekor matanya nampak menangkap sebuah gerakan dari arah sofa yang tak jauh dari posisinya berada saat ini. Seulas senyum terlihat terbit dari wajah Kafin saat itu ketika menyadari satu hal yang sudah pasti sedang terjadi saat ini.
"Dim kemari!" panggil Kafin kemudian yang lantas membuat Dimas langsung melangkahkan kakinya dengan langkah kaki yang bergegas mendekat ke arah dimana Kafin berada saat ini.
"Iya Tuan, apakah anda butuh sesuatu?" tanya Dimas kemudian ketika langkah kakinya berhenti tepat di sebelah Kafin saat ini.
"Apa kamu sudah menghubungi Dr. Amar untuk membuat janji melakukan CT-Scan?" ucap Kafin kemudian sengaja dengan nada yang meninggi.
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Dimas langsung mengernyit dengan seketika karena bingung akan perkataan Kafin yang tiba-tiba menanyakan hal tersebut kepadanya, padahal sebelumnya Kafin tak pernah memberinya perintah untuk mengatur janji temu tersebut.
Sampai kemudian Kafin yang menyadari akan kediaman Dimas saat ini, lantas langsung memberinya kode kedipan mata agar Dimas segera menanggapinya.
"Ah ya Tuan, saya sudah mengaturnya dan jika anda mau, besok pagi anda sudah bisa membawa Nyonya untuk pergi dan melakukan CT-Scan di sana." ucap Dimas kemudian yang baru menyadari jika hal ini berkaitan dengan Alice setelah tanpa sengaja melihat Alice tengah bersembunyi di belakang sofa, namun terlihat melalui kaca jendela pintu samping.
"Sial dia benar-benar menganggap ku sudah gila!" ucap Alice dalam hati.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
tabina ruby
🧡🧡
2023-06-22
0