"Apa yang terjadi sebenarnya? Dimana aku? Mengapa aku bisa tiba-tiba berada di sini?" ucap Alice sambil menatap penuh kebingungan ke arah sekitaran.
Disaat Alice sendiri tidak tahu dimana ia berada saat ini, mendadak salah satu bocah tersebut menarik bajunya yang tentu saja membuat Alice terkejut seketika disaat mendapati hal tersebut.
"Bunda sudah bangun? Yei... Bunda sudah bangun dari tidurnya... Aku lapar Bun... Aku lapar! Aku lapar!" ucap gadis kecil itu dengan nada yang merengek meminta makan kepada Alice.
Sedangkan Alice yang mendadak mendapati seorang bocah memanggilnya Bunda tentu saja langsung kebingungan dan tidak mengerti sama sekali akan hal tersebut. Alice perlahan-lahan terlihat bangkit dari tempat tidurnya dan bergerak sedikit menjauh dari gadis kecil itu. Ditatapnya gadis kecil itu dengan tatapan yang intens, membuat gadis kecil itu sedikit kebingungan akan maksud dari tatapan itu.
"Aku bukan Ibumu nak, kakak sendiri juga tidak tahu mengapa kakak di sini.. Jadi jangan mengganggu kakak oke?" ucap Alice mencoba untuk memberi pengertian kepada gadis kecil tersebut.
Alice memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut, pandangannya saat ini bahkan terasa sedikit buram namun sebisa mungkin Alice menjaga kesadarannya. Alice mencoba mengingat apa yang terjadi kepadanya, namun satu-satunya hal yang ia ingat hanyalah sebuah promosi jabatan yang ia dapatkan. Selebihnya Alice benar-benar tidak mengingat apapun lagi termasuk tempat tinggal dan hal-hal lainnya yang menyangkut dengan kehidupan pribadinya sendiri.
"Aneh.. Mengapa aku tidak bisa mengingat apapun selain promosi jabatan ku?" ucap Alice dalam hati bertanya-tanya.
Sedangkan gadis kecil itu yang mendengar perkataan dari Alice tentu saja langsung terdiam seketika seakan mencoba untuk mencerna perkataan dari Alice barusan. Namun detik berikutnya terdengar tangisan yang begitu memekakkan telinga dari gadis itu, yang lantas membuat Alice terkejut seketika disaat mendengarnya.
"Hua..... Bunda sudah tidak sayang lagi dengan Belinda... Bunda sudah tidak menyayangi Belinda...." teriak Belinda dengan nada yang menukik tajam membuat Alice langsung menutupi telinganya begitu mendengar tangisan Belinda barusan.
Seorang Pria kecil yang terlihat seumuran dengan gadis kecil itu, nampak melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana keduanya berada dan menatap ke arah Alice dengan tatapan yang penuh kebingungan begitu juga Alice saat ini. Satu masalah bahkan belum terpecahkan tapi kini masalah baru bertambah lagi dengan hadirnya dua bocah dihadapannya ini yang Alice sendiri sama sekali tidak tahu akan asal usulnya.
"Bunda Belinda ingin makan, apakah Bunda baik-baik saja? Mengapa raut wajah Bunda seperti itu?" tanya Altair kemudian ketika melihat tatapan Alice yang aneh.
Mendapati pertanyaan tersebut lantas membuat Alice langsung bangkit dari posisinya, Alice kemudian menatap ke arah kedua bocah tersebut dengan tetapan yang intens lalu menarik napasnya dalam-dalam.
"Begini, biar aku jelaskan.. Aku bukanlah Bunda kalian, aku sendiri juga bingung mengapa bisa tiba-tiba berada di sini padahal sebelumnya aku tengah di suatu tempat untuk merayakan sesuatu. Jadi berhenti memanggil ku Bunda karena aku sudah mulai lelah dan frustasi akan hal ini. Dan kamu.. Siapa tadi nama mu Belia? Berhentilah menangis sejarang juga karena suara mu sangatlah berisik!" ucap Alice dengan nada yang mengesalkan membuat Altair yang mendengar ocehan Alice hanya bisa menatapnya dengan tatapan yang bingung.
"Namanya Belinda Bunda dan aku adalah Altair putra dan juga putri Bunda, apakah Bunda sudah melupakan kami?" tanya Altair dengan raut wajah yang kebingungan.
"Apa? Jangan bercanda kalian berdua hahahaha pacar saja aku tidak punya bagaimana bisa aku mempunyai dua anak sekaligus, hal ini bahkan terdengan sudah gila." ucap Alice dengan raut wajah yang aneh sambil terus tertawa mencoba untuk menetralkan pikirannya.
"Hua.. Bunda udah gak saya kita Abang... Hua.... Abang... Bunda gak sayang kita" pekik Belinda dengan raut wajah yang memerah sambil terus menangis dengan tersedu.
Sedangkan Altair yang mendengar perkataan aneh dari Alice hanya bisa menatapnya dengan tatapan yang menelisik. Altair memang masih kecil namun ia jelas tahu jika ada yang berubah dengan Alice saat ini. Disaat Belinda menangis dengan tersedu ketika mendapati tingkah Alice yang aneh, sedangkan Altair malah mendekat dan menggenggam erat tangan Alice saat itu.
"Apa ada sesuatu yang terjadi kepada Bunda? Apa Bunda baik-baik saja?" tanya Altair dengan raut wajah yang bertanya, membuat Alice lantas mengernyit sambil bangkit dari tempatnya.
Alice melangkahkan kakinya mundur dari kedua anak kecil tersebut. Ditatapnya Belinda yang saat ini tengah menangis tersedu kemudian Altair yang saat ini tengah menatapnya dengan raut wajah yang penuh ke khawatiran. Apa yang terjadi kepadanya benar-benar membuatnya bingung dan tidak mengerti, akan bagaimana bisa mendadak ia menjadi seorang Ibu dengan dua orang anak sekaligus? Padahal Alice tidak pernah merasa menjalin hubungan atau bahakan menikah dengan seseorang.
"Maafkan aku anak-anak, tapi aku bukanlah Ibu kalian, jadi aku harap jangan terus-terusan memanggil ku Bunda! Karena hal itu membuat ku sedikit geli dan tak biasa." ucap Alice kembali menekankan kepada kedua anak tersebut.
Setelah mengatakan hal tersebut Alice kemudian mengambil langkah kaki seribu menuju ke arah pintu keluar bersiap untuk segera pergi dari hal aneh yang saat ini tengah menimpa dirinya.
"Aku bisa gila jika begini terus! Sebaiknya aku segera pergi dari sini atau akan ada hal lain lagi yang muncul." ucap Alice sambil terus berlalu pergi menuju pintu keluar dengan langkah kaki seribu.
Diputarnya handel pintu utama dengan cepat karena Alice sudah ingin segera pergi dari cerita aneh yang tiba-tiba menghampiri dirinya tanpa jeda.
Cklek...
Sampai kemudian ketika pintu terbuka dengan lebar, Alice yang hendak melangkahkan kakinya keluar lantas menghentikan langkah kakinya tepat di ambang pintu ketika melihat seorang Pria tampan dengan tubuh kekar lengkap dengan setelan jas melekat di tubuhnya, nampak berdiri tepat di hadapannya dan menatap ke arahnya. Membuat Alice yang melihat hal tersebut tentu saja langsung terpaku akan ketampanan Pria tersebut terlebih lagi dengan manik mata berwarna biru laut miliknya.
"Oh astaga! Pangeran dari mana yang turun tepat di hadapan ku... Mengapa dia terus menatap ku seperti itu?" ucap Alice dalam hati dengan perasaan yang berdebar di dalam hatinya ketika melihat Pria tersebut semakin lama.
"Apa yang terjadi sayang? Mengapa kamu menatap ku seperti itu?" ucap Pria tersebut yang lantas membuat manik mata Alice membulat dengan seketika.
"Apa? Sayang? Bagaimana bisa?" pekik Alice yang terkejut akan perkataan dari sosok Pria dihadapannya yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan yang kebingungan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Shuhairi Nafsir
Bosan dengan sikapnya Alice ego nga sadar diri. kapok Allah turun kan musibah kepadanya
2023-10-17
0
Alya Yuni
Makanya bru naik jabatn jngn minm bnyk mabok mcm orng gk waras
2023-09-09
0
TDT Angreni
awalan cerita yang bagus... keren
2023-07-15
0