Disalah satu kamar utama disana, dua orang yang merupakan sepasang suami istri sedang beradu argumen. Sang istri sudah meneteskan air matanya dan terlihat matanya memerah menahan kesal, sedangkan sang suami hanya berdiri menatap lurus kedepan.
"apa kau hik akan terus seperti hik ini?" Rina bertanya kepada Jhon suaminya.
"apa maksudmu?" tanya Jhon pura pura tidak tau.
"jangan pura pura bodoh Jhon. Aku tau kau masih mengharapkan cintanya Mia bukan?" Rina sudah tidak bisa membendung kekesalannya.
"kalau iya memangnya kenapa?" Jhon berkata cuek, dan tidak mempedulikan Rina yang sekarang terduduk dipinggir tempat tidur, menahan tangis.
Jhon hanya menatap lurus kedepan dengan pandangan yang sulit diartikan, dia sudah memakai jasnya siap untuk kekantor.
"kau benar benar tega Jhon" lirih Rina, dan air matanya sudah mengalir deras.
Jhon pergi keluar kamar meninggalkan Rina yang tengah menahan sesak didadanya, Jhon berusaha mengabaikan wanita manis itu.
Jhon menuruni tangga dengan cepat, dan langsung menuju meja makan, yang sudah terdapat saudara saudaranya disana. Dia melirik sekilas wanita cantik disamping kakak pertamanya dan tersenyum hambar, sedangkan yang dilirik malah tersenyum penuh arti.
"oh Jhon. Mana Rina?" tanya Key, setelah Jhon duduk.
"Sebentar lagi dia akan turun" jawab Jhon singkat, dan diangguki oleh yang lainnya.
Sedangkan seorang Lira tidak bisa dibohongi, dia bisa membaca pikiran dan isi hati orang lain. Dia tau kalau Jhon baru saja bertengkar dengan Rina, dan pemikirannya itu didukung oleh Rina yang sedang menuruni tangga. Mata Rina merah dan terlihat jejak air mata yang samar disana.
"Dia habis nangis" batin Lira.
☆☆☆
Shean tengah terduduk dikursi kebesarannya, dia sedang memeriksa berkas berkas yang menumpuk. Shean merupakan CEO diperusahaan itu, walaupun perusahaannya tidak cukup besar, dia sudah mampu mengembangkannya.
Tuan Pratama memberikan perusahaan itu kepada Shean untuk dikelola, dan begitu pula kepada anak anaknya yang lain yang diberikan bisnis atas nama mereka masing masing.
Shean memijat pelipisnya pelan, dia sedikit pusing dengan pekerjaannya akhir akhir ini, belum lagi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya belakangan ini.
TRING
Sebuah pesan masuk di ponsel pintar Shean, dia membuka kunci layar dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Shean tertegun sejenak, kemudian ekspresinya berubah seketika. Dia menutup berkas berkas yang ditandatanganinya, lalu menyambar jas yang tersampir dikursi belakangnya.
Shean bergegas keluar kantor, dengan langkah lebar. Semua pegawai terheran heran begitu pula dengan sekretarisnya.
☆☆☆
"argh perutku.." Lira merintih kesakitan.
"tahan sayang, aduh bagaimana bisa seperti ini?" tuan Broto berujar panik.
Lira tengah terbaring diranjang rumah sakit, dia meremas perutnya yang sakit. Matanya bahkan sudah mengeluarkan cairan bening yang sekarang tengah mengalir dipipinya.
"sebentar dokter akan segera kemari" kali ini bukan tuan Broto yang berkata, melainkan pemuda tampan yang mirip dengan Lira, dia Dion kakaknya Lira.
Saat itu Lira sedang berkunjung kerumah dadynya, dia mendapat kabar bahwa Dion ada disana. Sebagai seorang adik yang sudah lama tidak berjumpa dengan kakaknya, dia jelas sangat antusias untuk menemui kakaknya.
Ketika berada dirumah tuan Broto, dia tiba tiba merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, dia tau itu, namun dady dan kakaknya tidak mengetahuinya.
~
Dokter datang memeriksa Lira, dia menyuntikan cairan kedalam tubuh Lira. Kemudian Lira sudah tidak merintih kesakitan lagi.
"Ini siklus yang biasa bagi perempuan" kata dokter tersebut.
"maksudnya dok?" tanya tuan Broto.
"begini tuan. sakit ketika menstruasi itu, memang biasa..."
"jadi maksudmu, sakit yang Lira alami itu biasa, bagaimana bisa? dia sangat tersiksa dok" Dion mulai tersulut emosi.
"bukan seperti itu tuan Dion. memang sakit ketika menstruasi itu biasa. Namun sakit yang nona Lira alami itu berbeda. Nona Lira mengalami sakit yang luar biasa, mungkin dua atau bahkan tiga kali lipat dari perempuan yang lain ketika menstruasi. Ini dipicu oleh aktifitas yang berlebihan, dan makanan yang dikonsumsi. Jika bisa mengontrol semua itu mungkin sakitnya bisa berkurang, namun tidak akan menghilangkan rasa sakit itu sepenuhnya, ini hanya bersipat mengurangi" jelas Dokter tersebut.
"..."
"..."
"..."
"Dan sepertinya nona Lira sudah mengalaminya tujuh tahun terakhir ini" lanjut dokter.
Tuan Broto dan Dion hanya memandang satu sama lain, kemudian melihat ke arah Lira dengan mata penuh tanya.
☆☆☆
"Kenapa kamu tidak bilang sama dady?" kata tuan Broto.
"aku hanya tidak ingin dady khawatir" jawab Lira dengan suara parau.
"kau sudah mengalaminya sebelum kau berangkat keluar negeri. Seharusnya kau bisa memberi tau kami berdua Lira" Dion yang sedang menyetir sudah tidak tau lagi harus bersikap bagaimana kepada adiknya itu.
"maaf kak. maaf dad" akhirnya hanya itu yang bisa Lira ucapkan.
"apa tidak apa jika kita tidak memberi tau Shean?" tanya tuan Broto yang sekarang tengah menjadi sandaran Lira dikursi belakang.
"lebih baik tidak memberi taunya dad" kata Lira lemas.
"yah lebih baik tidak memberi taunya. Dia kemana saja ketika Lira menderita karena kesakitan, sebagai suaminya seharusnya dia tau. Dari awal aku memang tidak menyetujui pernikahan kalian" kata Dion sinis.
Lira tidak ingin menjawab apapun, dia lebih memilih untuk memejamkan matanya. Sedangkan tuan Broto tidak bisa berkata kata lagi, karena dia lah yang menjodohkan Lira dengan Shean.
Lira dibawa kerumah dadynya, dia tidak diantar pulang kekediaman pratama. Dion sangat marah saat ini, dia lebih tenang jika Lira berada dalam pengawasannya. Berbeda dengan tuan Broto yang sangat menyetujui pernikahan Lira dan Shean, Dion dari awal tidak menyukai pemuda pratama itu. Bahkan dia sempat menentang pernikahan Lira, namun sang ayah terus membujuknya.
☆☆☆
Seorang wanita berusia dua puluh lima tahunan tengah duduk didalam sebuah kafe, didepannya terdapat secangkir kopi susu yang sudah diminum setengahnya. Wanita itu terlihat elegan dengan rok pendek yang dipakainya, yang menampakan paha putih yang mulus.
"Selina..?" kata seorang pria tampan yang ternyata Shean.
Shean baru saja sampai di kafe tersebut, dia mendudukan dirinya didepan wanita yang bernama Selena.
"hai She. sudah lama tidak bertemu" kata Selena dengan senyum memikat yang ditampilkannya. Senyum yang sudah Shean rindukan selama setahun ini.
"..."
"apa kau masih marah?" tanya Selena memasang wajah bersalah.
"tidak" Shean berkata dingin, namun sorot matanya terselip sebuah kerinduan disana.
Selena menggenggam tangan Shean yang berada diatas meja, dan Shean pun tidak menolak.
"aku minta maaf She. Dan bisakah kita seperti dulu lagi?" tanya Selena penuh harap.
"aku tidak bisa lena. Kau sudah punya suami sekarang" kata Shean.
Selena menggeleng "tidak She, kami sudah bercerai, dan bisakah kita kembali lagi seperti dulu?"
"aku sudah punya istri lena"
"aku tau itu, dan aku tau kau tidak mencintainya. Dan kau masih mencintaiku, jadi kumuhon beri kesempatan padaku" Selena melihat Shean dengan tatapan memohon.
Shean tersenyum hangat, dan membalas genggaman tangan Selena.
Sedangkan tanpa Shean dan Selena tau, seseorang diluar sana tengah melihat interaksi diantara mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sulati Cus
bagus bgt nih suami😡😡
2020-12-12
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss baacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-24
0