Perjanjian

"PERJANJIAN PERNIKAHAN"

Shean Pratama dan Lira Broto akan menjalani sebuah pernikahan selama satu tahun, dan selama itu pula tidak akan ada yang ikut campur urusan masing masing dan tidak akan ada kontak fisik. Setelah satu tahun mereka akan berpisah, untuk konpensasi kepada saudari Lira, saudara Shean akan memberikan uang sebesar 1.000.000.000.000 dan untuk uang perbulannya selama satu tahun dari saudara Shean akan memberikan uang sebesar 100.000.000.

Dengan itu tak akan ada tuntutan dari kedua belah pihak tentang hak lahir-batin.

TTD Suami TTD Istri

SHEAN PRATAMA

Begitulah isi perjanjian yang tertera di kertas putih yang sedang dipegang oleh Lira. Ukiran tangan yang membuat seorang istri menangis dan bersedih, dimatanya seperti sebuah puisi cinta yang ditulis oleh seorang kekasih.

"Tanda tangan!" Shean kembali berkata.

Lira mengalihkan atensinya dari kertas putih itu, ekspresi wajahnya seakan bersedih "Jadi... maksudmu, pernikahan kita hanya sebatas perjanjian yang kau buat?" Lira bertanya tepat pada sasaran.

"Benar. Kita akan bercerai setelah setahun. Dan kau tidak akan menuntut tentang kewajiban seorang suami" Shean berkata ketus.

"Jadi selama setahun. aku harus tidur di sofa itu" Lira menunjuk sebuah sofa panjang.

"Benar" Shean berkata tanpa melihat wajah Lira.

"Jadi bagaimana? Kau tanda tangan atau tidak?" Lanjutnya kembali menekankan.

"Aku akan tanda tangan. Tapi ada hal yang ingin aku tanyakan sebelumnya padamu" Lira sedikir serius.

"Apa?"

"Mengapa kau tidak menerima pernikahan ini, dan menerimaku sebagai istrimu?"

"Karena aku tidak menginginkan pernikahan ini. Ada seseorang yang aku cintai, dan aku tetap tidak menerimamu" Jelas Shean.

Lira menutup matanya dalam, penjelasan Shean seakan sebuah lagu cinta yang sangat indah dan merdu, dia tersenyum simpul.

"Aku terima. namun aku tidak bisa tidur disofa itu" kata Lira.

Shean berbalik dan menatapnya tajam dengan wajah yang masih datar.

"Bagaimana kalau begini saja. Aku tidur ditempat tidur selama seminggu, dan kau tidur di sofa, setelah satu minggu kau yang tidur di tempat tidur dan aku tidur disofa. Dan begitulah seterusnya. Bagaimana?" Lira memberikan tatapan penuh harap.

"Terserah" balas Shean dan langsung melangkah keluar kamar, meninggalkan Lira yang saat ini tengah memekik senang.

☆☆☆

Dimeja makan yang panjang dan luas, empat belas orang tengah menyantap makan malam mereka tanpa ada yang bersuara.

"Apa kamu akan bulan madu She?" Tanya kakak kedua Shean memecah keheningan.

"Tidak. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan" jawab Shean datar seperti biasa.

"Bukankah itu akan membuat adik iparku sedih" Key yang merupakan kakak kedua Shean berketa sedikit menyesal.

"Tidak apa kak Key" Lira tersenyum ramah.

"Oh ya ra. Apa kau benar lulusan Harvard?" Tanya adik Shean yang bernama Bym dengan antusias.

Tak

Key memukul kepala Bym dengan sendok makan yang dipegangnya, memang Bym duduk disebalah Key.

"Aduh kak. kenapa mukul sih" tanya Bym tidak terima.

"Kau bicara tidak sopan pada kakak iparmu" Jawab Key.

"Tapi kan usianya bahkan lebih muda dariku kak" Key membela dirinya.

"Tapi tetap saja"

"Tidak apa kak. Lira lebih suka bersikap santai saja. Oh kakak tadi bertanya, ya Lira lulusan Harvard" kata Lira melerai sekaligus menjawab pertanyaan.

Key dan Bym hanya mengangguk singkat, sedangkan yang lainnya hanya menjadi pendengar yang baik. Terkadang mereka tersenyum menanggapi tingkah kakak adik itu, padahal mereka sama sama sudah mempunyai istri.

Tuan Pratama mempunyai delapan anak laki laki, tapi tidak semuanya anak kandung melainkan hanya tiga yang merupakan anak aslinya. Shean, Bym, dan Sam adalah anak kandungnya, dan lima lainnya seperti Min, Key, Alex, Jhon, dan Tam adalah anak angkatnya, namun mereka sudah seperti anak sendiri. Tuan Pratama bahkan membuatkan rumah yang sangat besar dan megah untuk kedelapan anaknya itu, supaya mereka bisa tinggal bersama sama. Sedangkan tuan Pratama sendiri tinggal dirumah yang lain.

☆☆☆

Lira tertidur diatas sofa panjang yang lumayan nyaman, namun tidak senyaman diatas kasur. Dia terbangun karena ada sebuah notifikasi yang masuk di ponselnya. Dengan mata yang masih mengantuk, dia membuka kuci layar ponsel. Lira mengerjap ngerjapkan matanya untuk melihat pesan apa yang dikirim seseorang dipagi pagi buta.

"Ah Say.." suara Lira masih parau karena baru bangun, kemudian dia mendudukan dirinya diatas sofa, dan segera membalas pesan dari Say.

Say

Ra. selamat atas pernikahanmu.

Terima kasih Say, kapan kamu pulang?

Mungkin sekitar tiga bulan lagi, kenapa? kangen?

Apaan sih. Tapi emang bener aku kangen

Sabar ya, tidak lama lagi kita akan bertemu

mm

I Love You Ra

Lira tersenyum melihat pesan terakhir yang dikirim oleh Say.

"Dasar bocah itu" gumam Lira kemudian menyimpan ponsel diatas meja disampingnya.

Lira beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri, waktu masih menunjukan pukul empat pagi, namun dia sudah terlanjur bangun.

Setelah lima belas menit berkutat dikamar mandi, Lira keluar dengan memakai T-shrit pendek berwarna putih yang sedikit longgar dan celana jeans sebatas lutut. Rambutnya basah karena habis dikeramas.

Lira melihat keatas tempat tidur, seseorang yang merupakan suaminya masih setia bergumul dengan selimutnya, dia tidak berniat membangunkannya. Lagi pula, dalam perjanjian ditulis DILARANG IKUT CAMPUR URUSAN MASING MASING, jadi walaupun Shean telat bangun atau sedang melakukan apa pun, itu tidak akan menjadi urusan Lira.

Lira tersenyum miring, kemudian berjalan kemeja kerja untuk mengambil laptop miliknya.

☆☆☆

Disebuah ruangan CEO, tepatnya diruangan tuan Broto, dadynya Lira. Lira tengah duduk bersama dengan dady nya, menikmati secangkir teh.

"Bagaimana hubunganmu dengan Shean?" Tanya tuan Broto.

"Baik dad" Lira berkata cuek.

"Kalau ada masalah bilang pada dady" kata tuan Broto.

"Sebenarnya ada si dad..." Lira menggantung perkataannya.

"Apa? " tanya tuan Broto.

"Aku ingin dady memberikan uang jajan perbulan padaku. Soalnya Shean cuma ngasih aku seratus juta perbulan. itu kurang dad" Lira berujar manja dan sedikit membujuk dady nya.

"Hah. Dady kira apa. Kamu tidak usah khawatir, dady akan tetap memberikanmu uang jajan walaupun kamu sudah menikah" balas tuan Broto.

"Benarkah dad?" Lira antusias "Berapa?" matanya sedikit berbinar.

"satu M, cukup?" tanya tuan Broto.

"cukup dad cukup. Ah dady, Lira sayang dady" Lira memeluk dady nya dan dibalas oleh dady nya.

Sebenarnya Shean bukannya tidak sanggup untuk memberikan uang bulanan lebih kepada Lira. Namun dia sudah memberikan uang satu terliun kepadanya, lagi pula uang seratus juta sudah lebih dari cukup untuk keperluan Lira perbulan, karena seluruh kebutuhan rumah sudah diurus oleh Shean dan saudara saudaranya yang lain. Jadi uang seratus juta itu hanya untuk keperluan Lira saja.

Sebenarnya juga Lira bukannya kekurang dalam keuangan, mengingat dia mempunyai penghasilan dari aplikasi yang dikembangkannya. Dan juga dia mempunyai pekerjaan lain yang bisa memberikannya uang setiap hari. Ingat ya, pekerjaannya itu baik. Lira hanya ingin membuat Shean tidak cukup baik dimata dady nya, sehingga jika suatu saat mereka bercerai, Lira punya alasan untuk itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!