Lira sudah berdiri berdampingan dengan Shean, mereka kini sudah resmi menjadi suami istri. Lira terlihat sangat bahagia dengan senyum cerah yang ditampilkannya. Sedangkan Shean hanya menampilkan ekspresi datar dan sesekali tersenyum menyambut tamu.
"She. Istrimu benar benar cantik. jaga dia dengan benar jangan sampai diambil orang" pria paruh baya yang merupakan rekan bisnis Shean, sedang menggodanya.
"Ya paman " Shean berujar ramah, namun dimata Lira itu adalah sebuah keterpaksaan.
Lira seperti sedang mendapatkan sebuah kebahagiaan yang luar biasa, karena dari tadi dia selalu tersenyum cerah, menjabat tangan semua tamu undangan dengan ramah. Namun dibalik itu semua, ada alasan yang mendasarinya.
"Berhentilah tersenyum. Itu membuatku risih" kata Shean pelan.
"Kenapa? ini bibir bibirku. kenapa anda yang repot tuan Shean Pratama" Lira menekankan kata katanya dengan senyum penuh arti.
Shean tidak menjawab lagi, dan aura gelap mulai mengelilinginya.
☆☆☆
Dikediaman Broto. tepatnya dikamar Lira, dia sedang membersihkan diri dikamar mandi. Dia cukup lelah dengan pesta pernikahannya hari ini. Lira keluar kamar mandi setelah lima belas menit berkutat disana.
"Kau tidak ingin mandi?" tanya Lira kepada pemuda jangkung yang tengah duduk disofa didepan tempat tidurnya.
"Aku tidak bawa handuk" Ucap Shean cuek.
"Kenapa tidak bawa handuk?" Lira bertanya polos.
"Gara gara kau yang mau tidur disini setelah pernikahan" akhirnya itu kalimat terpanjang yang Lira dengar, Lira menarik sudut bibirnya singkat.
"Ada handuk dilemariku. ambil lah" titah Lira.
Shean hanya diam saja, tanpa berniat untuk beranjak dari acara duduknya. Akhirnya Lira yang mengalah dan mengambilkan handuk dari dalam lemari.
"ini pakailah" Lira menyerahkan handuk kepada Shean, dan langsung disambar oleh siempunya. Shean berlalu menuju kamar mandi tanpa berkata apapun.
"adeh dasar.." Lira ingin mengumpat, tapi di urungkannya.
Lira segera naik keatas tempat tidur, setelah dia memakai baju tidurnya. Dia membuka laptop berwarna cream dengan gambar apel digigit dibelakangnya.
Lira tengah mengecek beberapa aplikasi yang dibuatnya saat di universitas dulu. Sebenarnya itu hanya sebuah tugas dan projek yang diminta oleh dosen, Lira tidak menyangka bahwa aplikasi buatannya bisa diterima dimasyarakat dan itu sudah sejak tiga tahun yang lalu. Dan karenanya Lira sudah mendapatkan penghasilan yang besar dari aplikasi buatannya itu.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, menampakan seorang pria tampan dengan handuk yang melingkar dipinggangnya, juga tetesan tetesa kecil dari ujung rambutnya. Shean berjalan mendekati tempat tidur.
"Apa kau punya baju pria?" Tanya Shean datar.
Lira mengalihkan atensinya dari layar laptop dan melirik Shean. "Aku tidak punya, tapi mungkin dady punya. coba kau tanyakan" Lira berujar cuek.
"Aku tidak mau" lirih Shean.
"Tidak mau? kau tidak mau memakai baju dady? ya sudah seperti itu saja semalaman" lagi lagi Lira tidak peduli.
Shean tidak berkata apa apa lagi, dia naik keatas kasur dan membaringkan dirinya disebelah Lira. Lira sendiri kembali pada kegiatannya yang sempat tertunda.
☆☆☆
"Selamat pagi dad" Lira menyapa dengan semangat.
"pagi sayang, bagaimana malam pertamanya?" tuan Broto mengangkat sebelah halisnya dan tersenyum jahil.
"baik dad. sangat baik malah" Lira tak kalah jahil dengan senyumannya. Mereka saling tatap satu sama lain. Kemudian....
HAHAHAHA
Ayah dan anak itu tertawa dengan lepas, dipagi hari itu. Ngomong ngomong mereka tengah berada dimeja makan.
"Mana Shean?" tanya tuan Broto setelah selesai tertawa.
"Masih diatas kali" jawab Lira cuek lalu meneguk segelas air putih.
"Oh Shean. kemarilah duduk disamping Lira" tuan Broto berujar ramah, setelah melihat Shean sudah berada diujung tangga.
Shean hanya menanggapi dengan senyuman, kemudian duduk disamping Lira.
Mereka menikmati sarapan dengan khidmat, tidak ada yang bicara hingga sarapan selesai. Dan kini ketiganya tengah duduk di sofa ruang keluarga yang luas.
"Shean. kapan kamu dan Lira tinggal dirumahmu dan saudaramu?" tanya tuan Broto tenang, sedangkan Lira mengerutkan halisnya.
"Besok" jawab Shean singkat.
"Tunggu! rumah siapa? rumah dia dan saudaranya. Jadi aku akan tinggal dirumahnya dan ketujuh saudaranya. Aku lebih baik disini, aku tidak mau dady" Lira menolak tanpa basa basi.
"jangan seperti itu. lagi pula kamu tidak akan tau kalau belum melihatnya" tuan Broto berusaha membujuk putrinya.
"Tapi da~d" Lira mengeluarkan jurus manjanya. Namun kali ini tuan Broto tidak terpengaruh karenanya, dan sudah diputuskan bahwa Lira akan tinggal dirumah Shean dan ketujuh saudaranya.
☆☆☆
Disinilah Lira, dirumah yang didominasi warna putih itu. Dilihatnya rumah didepannya benar benar sangat besar dan benar benar luas. bahkan tiga kali lipat dari luas rumahnya. Lira tersenyum miring "Sepertinya dia benar benar kaya" lirihnya pelan, kemudian melangkah masuk kedalam rumah mengikuti Shean yang sudah berjalan lebih dulu.
"Oh. She, kau sudah datang" seorang pemuda yang lebih pendek dari Shean menyambut Shean dan Lira dengan ramah.
"Iya kak Min" jawab Shean.
"Oh ini adik iparku. cantik" puji pemuda bernama Min itu, yang merupakan kakak pertama dari Sean.
"Terima kasih kak" jawab Lira dengan senyum manisnya.
"ayo masuk! mereka sudah menunggu" titah Min dan berjalan memimpin.
Lira dan Shean mengikuti Min masuk kedalam rumah, tepatnya menuju ruang keluarga. Diruang keluarga itu sudah terdapat tiga belas orang disana. Enam orang pria dan tujuh orang wanita. Mereka adalah saudara saudaranya dan ipar iparnya Shean.
WAW
Lira hanya menunjukan wajah takjub "banyak juga" katanya dalam hati.
"Perkenalkan. ini Lira istrinya Shean" Min memperkenalkan kepada tiga belas orang yang ada disana.
Ada yang menyambut dengan hangat ada yang biasa saja, ada juga yang memasang wajah tidak suka. Lira hanya menghembuskan nafas halus.
☆☆☆
"kau tidur disitu!" tunjuk Shean kepada sofa panjang yang ada dikamarnya.
Mereka sudah berada dikamar Shean setelah acara perkenalan selesai lima menit yang lalu.
"Kenapa di sofa?" Lira bertanya heran.
"Aku tidak mungkin tidur denganmu" kata Shean dingin.
"Aku tidak minta tidur denganmu. Hanya saja..." Lira menggantung perkataannya, menunggu respon dari Shean.
"Hanya apa?" Shean tidak sabar.
"Hanya saja jika dady tau... mungkin itu tidak akan baik" Lira berkata seolah merasa tidak bersalah, namun kenyataannya dia malah tersenyum miring.
Shean berjalan kearah meja kerjanya dan mengambil sebuah berkas kecil dari dalam laci dibawah meja tersebut, berkas itu berwarna coklat dan terdapat pita merah diatasnya. Lira hanya mengangkat sebelah halisnya, namun tidak bertanya.
"Tanda tangan!" titah Shean menyerahkan berkas coklat tersebut.
Lira tertegun sejenak menatap berkas tersebut, dia sedang menerka nerka, apa yang ada didalamnya, namun sebuah pemikiran melintas dipikirannya dan membuatnya tersenyum penuh arti. Lira mengambil berkas tersebut dan membukanya dengan tenang. Dia mendapatkan sebuah kertas putih didalamnya, kertas putih itu telas dihiasi dengan kata kata indah dimata Lira. Dia ingin memekik senang, namun dia tidak bisa menunjukannya, akhirnya Lira hanya berdehem kecil.
"Apa maksudnya ini?" tanya Lira.
"Perjanjian Pernikahan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
ririn
suka karekternya lira tidak mudah ditindas n wanita tangguh
2023-02-04
0
Ahmad Irfan
msik nyimak thor
2020-10-30
0