Rumah besar

Rumah yang dibuat oleh tuan pratama, mempunyai banyak kamar dan ruangan ruangan. Disana terdapat lima kamar dilantai bawah, enam kamar dilantai dua dan lima kamar dilantai tiga.

Ada juga ruangan kerja, ruangan olahraga, ruang musik, perpustakaan yang lumayan luas dengan banyak buku buku yang bertengger dirak rak yang besar.

Ada ruang tamu dan juga ruang keluarga dengan diameter masing masing lumayan luas. Dapur dan ruang makan berdekatan. Terdapat kolam renang yang jernih dibelakang rumah.

Yang pasti rumah itu hampir mempunyai pasilitas yang luar biasa, dan barang barang yang berada disana pun jangan ditanya harganya, tentu saja mahal.

Tapi yang jelas dirumah besar tersebut ditinggali oleh kedelapan anak dan menantu tuan pratama.

Anak anak tuan pratama mengurus beberapa bisnis darinya yang memang mempunyai keuntungan yang luar biasa. Sedangkan para istri anak anaknya tinggal menikmati kekayaan para suaminya itu.

Mereka tinggal hidup enak dirumah dengan ongkang ongkang kaki. kadang mereka sopping dan berpoya poya diluar, namun itu hanya beberapa dan tidak semua. contohnya wanita yang sedang duduk bersama dengan Lira diperpustakaan. Dia lebih memilih mengisi harinya dengan membaca buku dibandingkan pergi ke Mall atau kemana pun untuk menghabiskan uang.

"Kau istrinya Sam? siapa namamu?" tanya Lira.

"Dea" jawab wanita yang bernama Dea itu.

"apa kau tidak ingin pergi keluar dengan ipar iparmu yang lain?" tanya Lira berusaha akrab.

"..."

Dea hanya pokus membaca buku ditangannya dan tidak berniat untuk berbicara banyak dengan Lira.

"dia memang pendiam" seseorang masuk kedalam perpustakaan itu.

"oh ka Jeni. kakak disini?" tanya Lira.

Jeni duduk disamping Lira "ya aku ingin mengistirahatkan pikiranku"

"kenapa?" tanya Lira.

"karena anak anak itu" jawab Jeni.

"anak anak yang mana kak?" tanya Lira penasaran.

"Ria dan Rina"

"Istri dari Tam dan Jhon?" tanya Lira. "memangnya kenapa?" lanjutnya.

"mereka selalu ngadu padaku kalau suami mereka tidak romantislah tidak perhatianlah. atau apalah segala macem" Jeni mulai kesal.

"benarkah? sabar ya kak Jeni. Jadi pendengar yang baik saja" kata Lira dengan senyum manisnya.

"padahal mereka lebih baik dariku" batin lira dan tersenyum hambar.

"lalu bagaimana dengan Shean? apa kalian baik baik saja?" tanya Jeni.

"kami baik baik saja kak" Lira tersenyum kecil.

Lira membatin"bagaimana tidak baik baik saja. kami bahkan jarang sekali berinteraksi. itu baik untuk kami berdua" Lira tersenyum miring.

☆☆☆

Lira kuar dari perpustakaan meninggalkan Jeni dan Dea yang pendiam itu. Dia berniat ingin naik kelantai atas dan masuk kedalam kamarnya.

Namun atensinya teralihkan oleh dua orang yang tengah berbincang bincang diruang keluarga. Keadaan disana cukup sepi karena para pelayan mungkin sedang bekerja dibelakang. Sedangkan para tuan muda dikediaman itu yang merupakan anak anak tuan pratama sedang bekerja.

Lira menghampiri mereka, yang membuat Jeni pusing.

"hai. apa aku boleh gabung?" tanya Lira dan duduk disofa didepan mereka.

Ria dan Rina saling tatap satu sama lain, kemudian menatap Lira penuh tanya, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum ramah.

"mm" jawab keduanya.

"kalian sedang berbicara apa?" tanya Lira.

"kami..." Ria menggantung perkataannya sedikir ragu.

"jangan sungkan. aku juga sudah menjadi bagian dari keluarga ini, dan juga sudah menjadi kakak ipar kalian" jelas Lira meyakinkan.

"Kami sedang berbicara tentang...."

☆☆☆

Lira mendudukan dirinya diatas sofa dikamar Shean yang juga kamarnya sekarang, dia tengah menatap lurus kedepan dengan pandangan yang rumit.

Dia mengingat apa yang Ria dan Rina katakan dibawah tadi, tentang sebuah kisah cinta yang rumit dan menyakitkan. Sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Kisah dimulai dari kedelapan pemuda dari keluarga kaya. Ketiga pemuda dari delapan orang itu menyukai wanita yang sama dalam waktu bersamaan. Namun sayang, si wanita tidak mencintai ketiganya, wanita tersebut hanya mencintai kakak tertua dari kedelapan pemuda itu, dan pemuda yang dicintainya juga memiliki perasaan yang sama.

Alhasil ketiga pemuda yang cintanya bertepuk sebelah tangan, harus bisa merelakan wanita yang dicintainya menikah dengan saudaranya sendiri. ketiga pemuda itu tidak membenci sang kakak yang sudah mengambil orang yang dicintai mereka. namun ketiganya masih menyimpan perasaan cinta kepada si wanita, bahkan setelah ketiganya memiliki seorang istri yang cantik cantik.

"hah. rumit juga kisah cinta mereka" monolog Lira.

Kisah cinta yang didengar oleh Lira itu menceritakan Mia sebagai istri dari Min yang merupakan wanita yang dicintai oleh Sam, Tam, dan juga Jhon, suami dari Dea, Ria dan Rina.

"pantas saja dia diam saja ketika diajak biacara. Kasihan Dea, sepertinya dia yang paling tersakiti oleh suaminya. Walaupun tidak banyak orang yang tau karena dia adalah orang yang pendiam" Lira membaringkan dirinya "sepertinya hanya aku yang tau isi hati Dea. Aku bersyukur bisa mendengar semua isi hati orang lain, sehingga dapat memahami dan mengerti kesulitan dan masalah yang dimiliki mereka" lanjut Lira.

Ya. Lira adalah seorang gadis cantik yang memiliki sebuah kelebihan bisa mendengar isi hati orang lain yang dikehendakinya, makanya dia bisa setenang itu menerima pernikahannya dengan Shean. Karena dia tau, dari awal Shean tidak pernah setuju dengan pernikahan mereka, begitu pula dengan Lira.

"aku tau semuanya. dan aku senang karenanya" monolog Lira sebelum menutup kedua matanya untuk tidur siang.

☆☆☆

Lira terbangun karena gemericik air yang berasal dari kamar mandi. Dia mengerjapkan matanya dan mengecek jam tangan yang melingkar ditangan kirinya. Jam sudah menunjukan pukul lima sore, sepertinya Lira tidur kebablasan.

"sepertinya orang itu sudah pulang" lirihnya, tapi masih terdengar oleh seseorang dibelakangnya.

"orang itu, siapa?" suara berat menyapa pendengaran Lira, dia mendudukan dirinya disofa dan berbalik melihat sumber suara itu berasal.

Shean tengah berdiri disana dengan handuk yang melingkar dipinggangnya, ada tetesan tetesan air yang mengalir didada bidangnya yang terekpos, rambutnya masih basah sehabis keramas. Jika saat ini orang lain yang melihat mungkin akan memekik senang melihat Shean yang memiliki bahu yang lebar sehingga enak buat sandaran, dan memiliki perut berkotak delapan. Dia sangat Sexy dengan ekspresi dinginnya itu.

Namun beda dengan Lira, dia malah menguap dan mengucek kedua matanya yang masih sayu.

"Kau. orang itu, ya kau" jawab Lira santai.

Shean tidak peduli dengan jawaban Lira, dia berjalan menghampiri lemarinya untuk berganti baju.

Lira sendiri mulai beranjak dari duduknya dan segera masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Sekitar tiga puluh menit dia berada dikamar mandi, kali ini dia cukup lama berkutat disana. Entah apa yang terjadi dengannya, dia terlihat menahan sakit.

Lira keluar kamar dengan masih menggunakan handuk putih sebatas dadanya, dia buru buru menghampiri tas miliknya yang berada dilemara baju, dia mencari sesuatu dari dalam tas itu.

Setelah menemukannya dia langsung menyambar segelas air putih yang memang tersedia dimeja, lalu meminumnya.

Lira memajamkan matanya dalam, tangannya memeras kuat ujung meja itu, setelah rasa sakit yang dirasanya sudah berkurang, Lira membuka mata bulatnya itu. Matanya memerah dan sedikit berkaca kaca, sepertinya, rasa sakit yang dideritanya memang luar biasa.

"Sial. sakit sekali" umpatnya dalam hati.

"Kau kenapa?"

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

Lira sakit apa ?? apakah bisa bertahan selama 1 thn ..

2023-05-10

0

BELVA

BELVA

udah ku boomlike ka💗💗💗💗💗

kpan2 mampir kembali di audio gadis desa 🙋🙏

2020-10-24

0

Alya Alya

Alya Alya

kereen

2020-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!