Suara air minum yang masuk kedalam tenggorokan suaminya itu terdengar begitu horor ia cemas sekali ingin meminta izin untuk bisa meluluhkan hati suaminya tersebut, meskipun dia sudah bisa tertawa
"Ada apa Bu, , ayo cepat katakan saja apa yang ingin ibu katakan"
ibunya sedikit khawatir, tapi jika tidak di bicarakan ini akan membuat semuanya tidak akan selesai, apa lagi dia tahu bagaimana keras nya Siti, jika sudah berkehendak.
dengan menarik nafas panjang dan resiko yang sudah di pikirkan secara matang, dia pun langsung saja berbicara dengan tenang "Begini Ayah, jadi karena anak kita satu-satunya ini, lulus perguruan tinggi ternama, makanya ibu ingin ayah mengenyampingkan ego ayah, untuk bisa memberikan restu untuk anak kita agar.."
Suaminya langsung memotong pembicaraan yang belum sempat ia tanyakan, tapi kali ini dengan lembut, meskipun tatapan matanya tak bisa bohong, sungguh sangat horor sekali
"Jadi begini ya istri ku yang sangat cantik dan menarik, jangan bertanya pertanyaan yang kamu sudah tahu sendiri jawabannya"
Melanjutkan meminum sisa teh yang tinggal sedikit tersebut
"Sudah habis" Sambil tersenyum manis
Dari senyumannya saja sudah seram sekali apa lagi jika ia berbicara lebih banyak pikir Siti, yang sudah nampak sangat cemas sekali
"Ya Tuhan, ibuku aku mohon jangan menyerah, ibu pasti bisa, ayo Bu"
Siti yang duduk ketakutan nampak sangat cemas, tapi dia yakin ibunya pasti bisa melakukan hal ini, dan yang membuat dia yakin adalah pertolongan Tuhan akan selalu tepat waktu
" Tapi ayah, tolong dengar dulu ibu berbicara"
Ayahnya Ica pun langsung berdiri
"Tidak! sekali tidak, tetap tidak titik!"
Siti yang mendengar ucapan dari ayahnya langsung berlari masuk kedalam kamar dan membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang sekali
Bug....
Tangisnya kembali pecah diatas bantal merah muda kesayangannya
"Kejam! sungguh sangat tega ini namanya pembunuhan hak asasi manusia, Ayah jahat!, tidak memiliki perasaan sama sekali, egois! hanya memikirkan dirinya sendiri saja, tanpa memikat perasaan orang lain, sudah seperti tahanan saja tak memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat, kenapa aku tak bisa memilih apa yang menjadi keinginan ku,
kenapa tak pernah mau mengabulkan permintaan aku, kenapa tak pernah tau keinginan anaknya, aku hanya ingin mengatakan jika aku juga bisa membawa perubahan yang lebih baik lagi, pikiran ayah sungguh sangat kolot sekali, pikirannya pendek ntah apa yang ada dibenaknya sungguh aku sangat benci dengan Ayah!"
Memukul bantal berkali-kali
suara tangisannya benar-benar sangat menyayat hati
Mendengar suara pintu tertutup dengan keras membuat keduanya langsung kaget
"Siti!"
Mereka berduapun saling berpandangan
"Ini semua gara-gara Ayah!, awas saja jika sampai terjadi sesuatu pada putri kita, maka Ayah akan menyesal seumur hidup!"
ancam istrinya
"Sudahlah Bu, biarkanlah saja, nanti juga dia akan keluar sendiri, biasanya juga begitu"
ayahnya tak terlalu memikirkan hal itu, dia pun, langsung bersiap-siap mengambil jaket untuk berkeliling desa melihat hasil panen
"Ayah, dengar dulu. Kita harus berbicara dengan hati, jika ayah terus menerus begini bagaimana nasib Siti kedepan nya nanti"
sambil tertawa geli mendengar ucapan istrinya,
"Masa depan putri kita tentu saja sudah jelas, tak lama lagi dia akan menikah dan kita akan menjadi nenek, lalu ibu bisa pilih, mau menantu yang seperti apa "
Wajah mama Siti langsung berubah dia tak bisa lagi berkata apa-apa lagi
"Sudah ya Bu, jangan ada pertanyaan lagi, jika ibu udah tau apa yang akan ayah jawab, sesuatu yang tidak mungkin itu namanya"
Langsung pergi dengan mobil bak terbuka itu untuk berkeliling desa melihat hasil pertanian
"Aku sudah mencobanya, tapi tetap saja sama sekali tak bisa aku kendalikan" dia pun langsung berlari masuk kedalam rumah untuk menemui putrinya
terdengar suara ketukan dari luar kamar gadis tersebut
"Siti in ibu Nak, buka dulu pintunya.
Ibu ingin berbicara dengan kamu, ayo cepat buka dulu pintunya sayang"
Sambil menangis Siti langsung berteriak
"Aku tidak akan membuka pintu kamar ini sampai Ayah membolehkan aku untuk kuliah titik!"
suaranya terdengar begitu parau sekali, tapi dia tetap saja masih gadis yang keras kepala itu
"Sayang, buka dulu pintunya nanti ibu pasti membicarakan ini lagi dengan Ayah mu Nak, kamu jangan begitu, kalau kamu mengurung diri seperti ini, bagaimana nanti kita bisa berbicara baik-baik "
"Terserah Mama, pokoknya aku tidak akan keluar dari kamar sampai Ayah meng-iya kan keinginan ku"
Masih berteriak dengan tangisan yang sangat keras sekali, bahkan suara ingusnya yang tersendat-sendat pun juga terdengar begitu jelas, Siti merengek seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, dia sangat keras sama seperti ayahnya.
"Nak nanti kalau kamu apar bagaimana Nak?"
"Ya aku akan tahan, kalau perlu aku sampai mati saja dikamar ini, karena kalian semua sama sekali tak memperdulikan aku!"
Mulai mengancam
"Ya ampun sayang jangan begitu, kamu itu anak ibu satu-satunya, bagaimana nanti kalau ayah ibu sudah tua, siapa yang akan mengurus kami"
Suara mamanya mulai sedih, karena tak pernah mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya Siti seperti itu, hati ibu mana yang tak tersayat-sayat .apa lagi hanya Siti lah anak perempuan satu-satunya
"Biarkan aku sendiri Bu, aku tidak mau di ganggu lagi!"
Masih menangis tersedu-sedu
ibu Siti pun tak tau harus berbuat apa lagi
dia ingin sekali ia bercerita kepada kakek dan neneknya Siti, namun pasti jawabannya sama dengan suaminya, karena memang anak perempuan sama sekali tak perlu sekolah tinggi-tinggi apa lagi sampai keluar dari desa ditambah lagi mereka hidup sangat berkecukupan
"Tapi tak ada salahnya aku mencoba untuk berbicara dengan Ibu, supaya bisa berbicara dengan ayahnya Siti"
Ibunya langsung buru-buru mengambil payung untuk berjalan kerumah mertua nya, yang jaraknya tak jauh dari rumah mereka
dengan meninggalkan Siti yang masih menangis tersedu-sedu
"Lihat saja aku tidak akan keluar dari kamar ini sampai Ayah dan ibu mengijinkan aku untuk kuliah, apa lagi daftar ulangnya hanya tiga hari saja untuk jalur aku ini, jika tidak maka aku dianggap telah mengundurkan diri dari kampus!" Siti mulai cemas
namun perutnya tak bisa diajak berkompromi
Kriuk.. kriukk...
Ia langsung memegang perutnya "Aku belum sarapan" wajahnya langsung masam
Siti sempat goyah keimanannya, tapi tekadnya sudah bulat jika tak diizinkan lebih baik ia mati saja
Namun sepertinya cacing didalam perutnya lebih kuat untuk memberontak
"Tapi aku lapar sekali ya Tuhan"
Diam-diam dia pun membuka pintu kamarnya, lalu melihat situasi rumah yang sepertinya tak ada orang
"Sepertinya aman,tidak ada siapapun di luar"
Ica celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan jika dirumah itu memang tidak ada orang sama sekali
"Amann .."
ia langsung berlari ke dapur dan membuka lemari makanan
"Untunglah ibu sudah masak"
dengan cepat dia langsung makan dengan lahapnya, sambil sesekali melihat kearah kiri dan kanan takut jika sampai Mama dan papanya datang dan melihat dirinya yang sedang makan dengan lahapnya
"Akhirnya" setelah dirasakan cukup kenyang untuk bertahan sampai malam,
dia pun langsung meletakkan kembali semuanya seperti semula dengan piring yang sudah dicuci
"Baiklah beres " dengan cepat Siti langsung kembali masuk kedalam kamarnya
"Semoga saja dengan begini ayah akan mengizinkan aku. Jika tidak lihat saja nanti aku akan kabur dari rumah ini untuk berangkat ke kota seorang diri, aku tak mau bernasib sama seperti para gadis di desa ini setelah tamat sekolah langsung menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuanya meski ada juga yang menikah dengan kekasihnya di sekolah, benar-benar siklus hidup yang menyedihkan sekali, tak memiliki harapan dan juga masa depan, apa mereka tak tau jika dunia ini sangatlah luas, dan aku tau mau menyia-nyiakan masa muda dengan mengurus anak saja, untuk apa memiliki banyak uang jika tak bisa dimanfaatkan untuk hal yang berguna, lihat saja Mama korban menikah muda, hanya menghabiskan hidupnya dirumah saja, untuk apa uangnya hanya dihabiskan untuk tinggal di desa, sementara itu para perempuan hebat di luar sana, berlomba-lomba untuk menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat"
Siti adalah simbol gadis desa yang sudah berpikir lebih luas untuk kedepannya
meskipun banyak perempuan-perempuan hebat yang juga memilih menjadi ibu rumah tangga, tapi balik lagi setiap orang memiliki pandangan sendiri mengenai sebuah kehidupan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments