Rapat keluarga

Persyaratan yang akan membuat beban baru menurut Siti, tapi itu bukanlah hal yang membuat dia merasa harus mundur dengan impian nya

Tatapan mata Siti masih melotot kearah Ayahnya, karena ibunya berusaha untuk membujuk suaminya, agar tidak ada persyaratan yang akan membuat putrinya merasa terbebani,

"Ayah kenapa harus ada hal seperti ini, ibu tidak suka"

"Ini sudah menjadi keputusan ayah Bu, tidak bisa di tawar lagi"

Siti nampak pasrah saja

"Sebentar lagi keluarga besar kita akan datang dan berkumpul, tadi ayah dari rumah nenek juga, mereka sudah tau perihal kamu yang berkeinginan untuk melanjutkan kuliahnya di ikota, jadi syarat yang akan ayah ajukan ini harus diketahui mereka semuanya karena kamu adalah anak satu-satunya jika sampai terjadi sesuatu pada kamu itu berarti menjadi masalah besar untuk keluarga besar kita"

Siti mengangguk mengerti meski jantungnya serasa mau copot sekali, yang terpenting langkah pertama sudah bisa dia lewati yaitu restu ayahnya

"Ya Tuhan apapun yang menjadi syaratnya aku harap aku bisa melakukannya nanti, karena hanya ini lah satu-satunya cara untuk membuka pikiran seluruh keluarga besar, apa lagi keluarga ayah adalah keluarga terpandang di desa, jika nanti aku berhasil meyakinkan mereka semua, betapa banyak gadis desa yang terselamatkan masa depannya, apa lagi angka kekerasan pada perempuan sangatlah tinggi, sungguh sangat miris sekali" karena apa yang dilihat oleh matanya, para gadis belia yang menghabiskan hidup dengan berumah tangga, siklus itu terus menerus terjadi di desa nya

Siti masih berapi-api untuk tetap menuntut ilmu dengan tugas yang mulia,

namun tiba-tiba mereka dikagetkan dengan bunyi suara ribut didepan rumah nya

"Apa acaranya sudah dimulai?"

Kedua orang tua Siti pun, langsung buru-buru keluar

diikuti dengan Siti yang berdiri dibelakangnya

"Nah sudah datang semua, ayo masuk"

Mereka semua langsung dibawa duduk di ruangan keluarga, karena memang rumah Siti sangat besar, dan saat ini jangan ditanya bagaimana wajahnya Siti karena dia sangat tegang sekali.

Tatapan semua orang yang hadir langsung tertuju pada Siti, karena melihat rambutnya yang sudah tak karuan seperti itu

"Siti, kenapa dengan nya?"

"Kenapa dengan anak ini?"

Karena tidak enak dengan semuanya yang memandang, Siti pun langsung, memeluk Ibunya,

"Bu, tolong selamatkan aku" dia langsung merengek dengan berbisik, khawatir jika dia akan di marahi oleh keluarga besarnya tersebut.

Saat ini semuanya sudah duduk berjejer dengan sangat rapi, bersiap untuk berdiskusi

terdengar ayahnya langsung memulai pembicaraan

"Tunggu apa lagi, sebaiknya kita mulai saja sekarang" ucap Nenek Siti

"Baiklah kalau begitu, karena semuanya sudah hadir, langsung saja kita mulai pembicaraan ini, sebelumnya sebagai seorang ayah dan juga keponakan, aku sangat bersyukur karena kedatangan kalian untuk membahas, hal yang sangat lazim di keluarga kita ini,apa lagi ini adalah keinginan putri ku, yang ingin melanjutkan pendidikannya di kota, meski dengan sangat berat, tapi kami sebagai orang tua sudah siap untuk menanggung segala resiko yang akan di terima didalam keluarga ini nanti"

ucap ayahnya

ucapan ayahnya tersebut tentu saja, secara tidak sengaja membuat Siti menjadi semakin terbebani, tapi apa boleh buat, dia akan menyanggupinya, demi bisa meraih cita-cita nya

"Aku sudah tak sabar lagi,ingin mendengarkan persyaratan yang akan diajukan oleh ayah" ucap Siti didalam hatinya

"Sebagai seorang ayah, tentu saja ini sangat lah berat sekali, tapi di depan keluarga ini aku memberikan persyaratan agar Siti selalu ingat akan janji yang sudah dia sanggupi ini, kemanapun dia pergi akan selalu ingat dengan syaratnya, dan kita semua akan menjadi saksi atas syarat yang akan disetujui oleh putriku ini secara langsung, bukan begitu Nak"

Siti langsung kaget, tapi apa boleh buat dari pada tidak jadi berangkat sama sekali, dia ljn langsung mengangguk saja, meski dia tidak tau syarat apa yang akan diberikan untuknya, tapi lebih baik begitu, karena jika tidak perjuangan selama dua hari yang ia lakukan dengan ibunya akan berakhir sia-sia

"Ya sudah langsung saja kau ucapkan syaratnya didepan putrimu itu, agar dia tak penasaran dengan syaratnya"

Siti mencoba untuk tersenyum tipis, mencoba untuk menenangkan hatinya, dan juga agar tidak kelihatan jika dia sedang sangat gugup sekali.

jangan ditanya bagaimana perasaannya saat ini, sudah kacau balau, terutama suara detak jantung nya, yang sudah seperti suara gendang yang berdetak dengan sangat kencang sekali

Deg ...dug..dug...dug..

Ayah ibunya pun menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum memulai pembicaraan ini

tiba-tiba terdengar suaranya mulai sangat berbeda, ia seperti sedang menahan air matanya agar tak tumpah, karena seorang ayah yang selama ini terlihat begitu tegar, namun untuk melepaskan kepergian putri mereka satu-satunya dia langsung kaget

"Memiliki seorang anak adalah sebuah anugerah bagi setiap orang tua, Begitu juga dengan Ayah, apa lagi dulu waktu engkau lahir, ayah merasa sangatlah bahagia, meski dulu dukun kampung mengatakan jika Siti tak bisa selamat, tapi atas kuasanya Tuhan, Siti bisa tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan cantik, seperti hari ini"

Air matanya yang tertahan ingin tumpah, sudah terlihat bulir-bulir nya di pelupuk mata.

ada rasa tak tega di hati Siti melihat ayahnya yang seperti itu, tapi apa yang menjadi keinginan nya, sudah tak bisa di ganggu gugat, karena memang hidup ini pilihan, ada banyak hal yang harus di korban kan jika ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan

"Maafkan aku Ayah, mungkin ini memang berat untuk ayah dan semuanya, tapi percayalah nanti semuanya akan berubah menjadi air mata bahagia, ayah jangan khawatir atas apa yang menjadi pilihan hidup ku ini"

Siti menundukkan kepalanya, tak mau melihat ayahnya, karena dia juga pasti akan menangis tak kuasa menahan segalanya

melihat ayahnya yang sedang berbicara seperti itu semua yang berada di sana nampak ikut terharu, karena memang ini pertama kali terjadi pada keluarga mereka, meskipun untuk anak lelaki tidak ada larangan sedikit pun, untuk menuntut ilmu, namun kebanyakan memilih untuk tak kemana-mana meninggalkan desa tersebut

mereka tak menyadari jika pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk saat ini, walaupun memang benar, kehidupan mereka berkecukupan, tapi balik lagi, hidup ini bukan hanya tentang perut saja, pendidikan, kesehatan, teknologi adalah bagian yang akan menjadi dalam hidup kita.

Mau tidak mau kita juga harus ikut berbaur dalam teknologi zaman yang semakin berkembang saat ini, walaupun banyak hal yang negatif dan positif dalam setiap perkembangan yang terjadi di dunia ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!