Ditya Worawari

Kidung nestapa mendendangkan irama kesedihan. Layaknya pedang menghujam ke ulu hati.

Hawya pegat ngudiya ronging budyayu

Margane suka basuki

Dimen luwar kang kinayun

Kalising panggawe sisip

Ingkang taberi prihatos

Kidung berisi kesedihan mengalun samar-samar. Menyaksikan bagaimana nasib wanita desa yang diculik terkapar tak berdaya. Menyisakan tulang belulang saja. Sadana dan Ksatria lain merasakan amarah di dada. Ditya kecil tiba-tiba berlarian ke luar goa. Ksatria Saka bergegas menyusul. Menyisakan Ganendra yang masih diam terpaku menyaksikan kengerian yang terjadi tepat di depan mata. Tubuhnya limbung lantas terduduk seolah tak lagi sanggup menyangga tubuh.

Dari pancaran matanya terlihat kengerian. Ketakutan kembali merasuki jiwanya. Ganendra tak pernah membayangkan dia berada di dunia yang begitu mengerikan. Nafasnya mulai memburu. Dia menyaksikan sendiri bagaimana monster-monster itu memakan manusia dengan lahap tanpa merasa jijik sekalipun.

Di luar goa, para Ditya kecil sedang menyambut kedatangan pemimpin Ditya bernama Worawari. Suaranya meraung-raung. Membawa senjata gada setinggi manusia. Tinggi tubuhnya sekitar 3 meter berdahi nonong dan kakinya bertaji seperti ayam jantan. Bagian dadanya ditumbuhi bulu lebat.

Roaaar!!!!

Suaranya menggelegar menggetarkan hutan disekitarnya. Ksatria Saka bersiap siaga. Sedangkan calon Ksatria Saka yang masih belum memiliki kemampuan apapun merasa ketar-ketir.

"Saudara-saudaraku para Ksatria Saka. Jangan pernah merasa gentar. Kita adalah orang terpilih yang mengemban tugas para Dewa melindungi manusia lainnya. Membasmi para Ditya. Jangan pernah ada rasa takut. Ketakutan hanya akan membuat diri kalian lemah. Jadi, mari satukan kekuatan kita sebagai Ksatria Saka." ucap Sadana memberi semangat pada rekan-rekannya.

Ksatria Saka yang lain mulai menemukan keberanian. Mereka maju serempak dengan tekad penuh.

"Seraaang!!" teriak Sadana.

Ksatria Saka merengsak ke depan. Ksatria Tri yang gesit dalam gerakan segera melesat kedepan. Bergerak dengan cepat. Mengalihkan perhatian Ditya kecil. Sedangkan Ksatria Eka memukul atau menendang dengan tangan kosong. Ditya kecil tak bisa diremehkan, mereka juga menghindari serangan dan kemudian melompat tinggi menubruk Ksatria yang ada didepannya kemudian menggigit dan memangsa mereka.

Pertempuran tak terelakkan. Mayat kedua belah pihak bergelimpangan. Darah merah maupun hitam bercampur menjadi satu. Soma yang telah mencapai tingkatan ke lima dan menjadi Ksatria Panca melesat dengan cepat. Sembari berguling dia melepaskan anak panah. Rekan lain membantu dengan mengayunkan pedang menusuk dengan tombak. Namun Ditya kecil tak mudah ditaklukkan.

Mereka mencakar dan menggigit Ksatria yang mencoba menyerang. Akibatnya beberapa Ksatria Saka bergelimpangan menemui Dewa Dharmaraja penguasa akhirat.

Sadana melihat kawan-kawannya mulai kewalahan. Dia bergerak seperti kilat sembari memutar kapaknya dengan lihai. Menebas beberapa Ditya kecil sekaligus. Ditya Worawari tak terima anak buahnya di habisi. Dia bergerak maju. Tanah yang dipijaknya bergetar. Gadanya terayun menghempas beberapa Ksatria Saka hingga tewas. Soma tak Terima melihat rekannya terbunuh. Amarahnya meluap dan dengan gerakan cepat dia melepaskan tiga anak panah sekaligus. Anak panah meluncur dengan cepat ke arah Ditya Worawari.

Ceklak!

Ceklak!!

*Ditya Worawari dan Ditya lain.

Ketiga anak panahnya patah tak dapat menembus tubuh Sang Ditya. Soma tersentak kaget. Rekan yang lain mencoba membantu dan berusaha menebas atau menusuk dengan tombak. Namun berakhir sia-sia, senjata itu sama sekali tidak mempan ditubuh Sang Ditya. Ditya Worawari memiliki kelebihan kebal terhadap senjata apapun. Tubuhnya seolah terbuat dari baja yang susah ditembus senjata.

Tanpa banyak berkata, Ditya Worawari dengan segenap tenaganya mengeluarkan kekuatan yang dimiliki. Kakinya menjejakkan tanah sebanyak tiga kali. Tanah disekitar sana mulai bergetar. Kemudian terangkat membentuk gumpalan tanah.

"Badama!!!" teriak Ditya Worawari.

Gumpalan tanah berbentuk bulat melayang dan menghantam ke arah Ksatria Saka termasuk Soma. Soma terpental beberapa hasta dan muntah darah. Beberapa Ksatria lain terjungkal atau bahkan tertimpa gumpalan tanah. Membuat Ditya berwujud anak kecil segera melompat dan memangsa Ksatria yang tidak berdaya.

Teriakan-teriakan kesakitan memekakkan telinga. Soma hampir menjadi korban keganasan Ditya kecil. Sadana bergerak seperti kilat dan menebas Ditya yang mendekati Soma. Kapaknya berayun kesana kemari. Mencabut nyawa setiap Ditya yang ditemui.

Ditya Worawari segera menghadapi Sadana. Melempar gumpalan tanah tepat ke arah pemuda itu.

Blarrr!!!

Membuat Sadana tersungkur dan muntah darah. Ditya Worawari melangkah dan kemudian menendang Sadana hingga terjungkal berulang kali. Erangan kesakitan keluar dari mulutnya. Ditya kecil bergegas hendak memangsa. Tiba-tiba sebuah batu melayang tepat mengenai kepala salah satu Ditya kecil.

"Hei!!! Monster kecil! Kemarilah dan hadapi aku!" teriak seseorang yang tak lain Ganendra.

Meski didera perasaan takut. Tetapi jauh dilubuk hatinya tak bisa menerima perlakuan keji kaum Ditya. Menggunakan wanita tak berdaya sebagai wadah menanam benih monster.

Pandangan Ditya kecil teralihkan. Mereka menggeram dan siap menghadapi Ganendra. Ditya kecil berlari mengeroyok. Pemuda yang memiliki kekurangan fisik itu terlihat bisa menguasai ketakutannya.

"Bagus, kemarilah monster kecil." ucap Ganendra dengan memasang senyum tipis.

Ditya kecil mendekat, mengayunkan cakarnya. Tetapi dengan sigap Ganendra menghindar. Kemudian berlari menghindari serangan. Tangan kirinya sesekali mengambil batu dan melemparkan ke arah Ditya yang mengejarnya. Namun batu kecil itu tak berdampak pada Si Ditya. Mereka tampak ganas dan melompat ke arah Ganendra. Menendang punggung pemuda itu hingga terguling.

Ditya lain melompat hendak menubruk Ganendra yang masih tergeletak. Namun dengan cepat dia menggunakan kakinya dan menendang Si Ditya. Lantas segera bangkit dan berlari menghindari kejaran monster.

Namun tanpa dinyana, dari arah lain Ditya Worawari menghantam tubuh Ganendra menggunakan gada. Tak ayal tubuh pemuda itu terpental hingga menubruk pepohonan. Darah segar keluar dari mulut. Rasa sakit mulai merayap di sekujur tubuh. Erangan kesakitan keluar dari mulutnya.

"Sial!!! Kenapa aku tak berguna seperti ini." ucap Ganendra kesal sembari mengusap darah di mulutnya.

Sebelum Ganendra sempat bangkit. Salah satu Ditya kecil melompat. Taringnya yang tajam hendak memakan Ganendra. Namun dengan sigap Ganendra mengambil sebatang kayu dan menahan gigitan Ditya kecil. Dia berusaha mempertahankan dirinya supaya tidak dimangsa.

Srat!

Srat!

Sebuah tebasan kapak memenggal kepala Si Ditya kecil yang hendak memangsa Ganendra. Tak jauh dari sana Sadana mulai bangkit meski terluka. Soma juga masih bisa berdiri dan mengambil anak panah. Merentangkan busur dan memanah beberapa Ditya yang berada di sekitar Ganendra.

"Orang asing payah. Rupanya kau cuma bermulut besar." ejek Soma pada Ganendra.

"A... Apa.. Katamu?!" teriak Ganendra kesal.

"Kalian berdua hentikan!!! Bukan saatnya bertengkar seperti anak kecil." Sadana berusaha menengahi.

Ditya Worawari tak ambil pusing dengan pertengkaran mereka. Suara gemretakan taringnya terdengar nyaring. Kakinya dia angkat dan menjejakkan tanah sebanyak tiga kali. Beberapa gumpalan tanah terangkat mengarah ke Ganendra, Sadana, maupun Soma.

Tak ayal, Ganendra yang masih tergeletak hanya menatap ngeri saat sebuah gumpalan tanah mengarah padanya. Disaat bersamaan Sadana mengeluarkan kemampuannya sebagai Ksatria Sapta. Mengheningkan ciptanya dan merapal Yantra.

"Yantra Maruta!!!" teriaknya lantang.

Angin tornado berhembus kencang melempar gumpalan tanah yang mengarah padanya. Sedangkan Soma bergerak secepat kilat menghindari serangan. Lalu melompat menuju ke arah Ganendra. Lantas menggunakan tubuhnya sendiri menahan gumpalan tanah. Tubuhnya terpental dan terguling-guling. Tangan kanannya tergencet gumpalan tanah sepertinya patah. Raungan kesakitan meluncur dari mulutnya.

Ganendra merasa terhenyak. Menyaksikan Soma telah menyelamatkannya. Padahal dia barusan berdebat dengan pemuda itu.

Kenapa? Kenapa? Dia menyelamatkanku?" Ganendra bertanya-tanya dalam hati. Hubungan mereka tidaklah sebaik itu.

Kini, tepat di depannya. Ganendra melihat banyak Ditya hendak menyerangnya kembali. Sadana yang terluka berusaha bangkit dan berlari dengan cepat ke arah Ganendra. Berdiri dengan gagah. Bersiap dengan kapak di tangan. Mata Ganendra terbelalak tak percaya. Lagi-lagi ada orang yang melindunginya. Padahal selama ini, dia hanya melindungi dirinya sendiri.

"Tidak perlu bersikap baik dengan melindungiku. Jika kau ingin mendapatkan pujian." ucap Ganendra sinis pada Sadana.

Pandangan Sadana tetap fokus ke depan.

"Dasar bodoh! Jika menyelamatkan seseorang hanya untuk mendapat pujian sama saja dengan menunjukkan kualitas dirinya sebagai manusia hina. Aku menyelamatkanmu karena ingin menjadi seorang Ksatria....Ksatria Saka yang kuat!!" teriak Sadana lantang.

Tepat bersamaan dengan itu semua Ditya kecil melompat dan melayang ke udara. Cakarnya siap mencabik Sadana. Sadana berkonsentrasi penuh. Mengheningkan cipta memanggil kekuatan Kadewatannya.

"Yantra Kapak Bajra Maruta!!!" teriaknya lantang.

Tiba-tiba angin bergemuruh kencang. Kapak miliknya berputar-putar di udara seperti cakram. Membentuk angin tornado besar yang disetiap sisinya sangat tajam. Angin tornado yang dipadukan dengan cakram dari kapak bergerak melibas semua Ditya kecil.

Srat!

Srat!

Srat!

Darah hitam mengalir dari tubuh Ditya kecil. Tubuh mereka bergeletakan dengan kepala atau anggota tubuh lain terpisah dari badannya. Mereka semua tewas dilibas oleh Kapak Bajra Maruta milik Sadana.

Ganendra yang melihat itu hanya bisa takjub dengan kekuatan yang dimiliki Sadana. Ditya Worawari yang melihat Ditya kecilnya musnah. Meraung penuh amarah. Sadana yang kehabisan tenaga serta luka yang cukup parah. Membuatnya terduduk sembari menahan nafas.

"Jika kita mati, kau memiliki banyak hutang terhadap ku." ucap Sadana pada Ganendra.

Ganendra hanya tersenyum simpul.

"Baiklah, berapapun hutang ku pasti akan aku bayar lebih."

Tepat disaat itu beberapa gumpalan tanah melayang siap menghancurkan Sadana dan Ganendra.

"Badama!!!" teriak Ditya Worawari.

Gumpalan tanah itu melayang ke arah dua pemuda yang sudah terluka parah. Sadana hanya bisa terdiam. Saat itu, Ganendra berusaha bangkit dan berdiri di hadapan Sadana.

"Aku bayar satu hutang ku terlebih dahulu." ucap Ganendra sembari merentangkan tangan kirinya.

Blaaarrr!!!

Tubuh Ganendra terpental beberapa hasta. Tersungkur di tanah dengan darah segar mengalir dari tubuhnya. Mata Sadana terbelalak. Namun sebelum sempat melakukan sesuatu. Tiba-tiba terdengar suara lantang.

"Yantra Bawanamantra!!!"

Sesaat setelah terdengar suara itu. Keadaan disana menjadi gelap gulita. Ditya Worawari merasa kebingungan. Hanya matanya saja yang nampak merah menyala. Hingga tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang memanggil nama Sadana.

"Hancurkan matanya!!!" perintah sumber suara tersebut.

Membuat Sadana tersadar dan segera mengambil kapaknya. Menggunakan sisa-sisa tenaga yang ada. Dia bergerak dengan gesit bagaikan kilat. Melompat ke udara dan menerjang ke arah Ditya Worawari yang sedang kebingungan karena disekelilingnya begitu gelap.

"Kapak Bajra!!!" teriak Sadana.

Kapak Bajra miliknya berputar dengan cepat menuju sasaran.

Srat!!!

Mata Ditya Worawari hancur terkena serangan Kapak Bajra milik Sadana. Ditya Worawari meraung kesakitan. Meski anggota tubuhnya kebal terhadap senjata. Tetapi tidak dengan matanya. Kelemahan Sang Ditya berada di mata, karena pada mata tidak ada lapisan yang melindungi. Tubuh Ditya Worawari oleng dan tergeletak di tanah. Menimbulkan suara berdebum yang cukup keras. Sadana pun ikut roboh ke tanah tak sadarkan diri. Hampir semua Ksatria Saka telah gugur. Ganendra yang tak jauh dari sana tidak ada tanda-tanda pergerakan. Bau anyir darah bercampur baur dengan tumpukan mayat. Pemandangan tergelap yang sungguh mengerikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!