Bab 2 : Ksatria Saka

Malam terasa sangat panjang bagi seorang Ganendra. Meski dilanda kebingungan berada di dunia baru. Dia berusaha bertahan untuk menyelesaikan misinya. Mendapatkan Tirta Amerta dan sepeti penuh kepingan emas. Luka ditubuhnya dia balut dengan kain seadanya. Langkahnya terseok-seok melewati semak belukar, sembari menahan perih luka yang diderita.

Semburat sinar Sang Raditya menerobos melalui celah dedaunan hutan. Seolah memberi tau Ganendra, bahwa di depan sana cahaya harapan menantinya. Semakin lama rerimbunan pepohonan hutan semakin jarang. Samar-samar Ganendra mendengar suara hiruk pikuk yang tak jauh dari tempatnya berada. Binar keceriaan terpancar dari seraut wajah rupawannya. Di depan sana pasti ada orang yang bisa dimintai tolong.

Langkahnya yang berat terasa ringan. Senyum mengembang dari bibirnya. Ganendra melangkah dengan cepat keluar dari hutan. Satu…dua…tiga detik berlalu. Hanya dalam hitungan detik binar keceriaan di wajah Ganendra seketika memudar. Melihat pemandangan yang ada di depannya.

Pemandangan yang biasanya hanya dia lihat dalam video game atau tayangan televisi. Kini terpampang nyata tepat di depan mata.

A… apa-apaan ini?!!! pekik Ganendra dalam hati.

Di sebuah tempat terbuka. Suara senjata tajam saling beradu. Ganendra melihat beberapa manusia tengah berperang melawan monster yang pernah dilihatnya dalam hutan. Monster-monster itu sangat banyak jumlahnya. Tingginya hampir mencapai satu atau bahkan dua meter lebih. Raut wajah menyeramkan. Ditambah taring dan lidah yang menjulur. Ganendra mengira, setelah keluar dari hutan tidak akan bertemu monster lagi. Tetapi angan selalu jauh dari kenyataan.

Monster itu terlihat ganas. Mereka menyerang manusia dengan membabi buta. Ganendra melihat salah satu monster berhasil menangkap seorang pria. Tanpa ampun mematahkan lehernya. Kemudian memakan manusia itu dengan lahap. Menyisakan tulang belulang yang berserakan. Rupanya mereka adalah monster pemakan manusia. Melihat kejadian yang mengerikan di depan mata. Membuat Ganendra seketika mual. Bau anyir darah berceceran mulai menyergap hidungnya.

“Jangan pernah menyerah! Kita adalah Ksatria Saka! Ksatria Pemburu Monster. Lawan mereka, jangan takut!!!” teriak salah satu manusia.

Meski Ganendra ingin melangkahkan kaki. Keluar dari tempat pertempuran itu. Entah kenapa tiba-tiba kakinya membeku. Dia hanya bisa terpaku di tempatnya. Menyaksikan pertempuran sengit antara manusia dan monster.

Salah satu manusia memberi aba-aba, “Ksatria Saka tingkat ketiga, cepat bergerak.”

Beberapa orang tiba-tiba bergerak dengan gesit. Bergerak seperti kilat berlari ke sana kemari. Maju ke arah para monster. Mereka bergerak dengan cepat. Membuat monster yang berusaha menjatuhkan, hanya memukul angin kosong. Monster terlihat kelabakan. Pukulannya terus meleset. Sulit menjatuhkan mereka yang bergerak gesit seperti kilat.

Aba-aba kedua keluar dari orang yang sama. Dia berteriak dengan lantang.

“Ksatria Saka tingkat ke lima, giliran kalian!!!”

Kini, beberapa orang maju bersenjatakan panah, pedang, kapak dan tombak. Mereka berlari dengan gesit. Tubuhnya bergerak secepat kilat. Perhatian monster yang teralihkan oleh Ksatria Saka tingkat ketiga, kehilangan konsentrasinya. Hingga Ksatria Saka tingkat ke lima dengan gerakan cepat menebas kepala monster dengan pedang. Ada yang membidik jantung monster dengan panah. Membuat beberapa monster tumbang bergelimpangan ke tanah.

Salah satu orang bergerak dengan cepat dan melompat ke udara. Kemudian menancapkan tombak tepat ke kepala salah satu monster. Darah hitam muncrat dari kepala si monster hingga menemui ajalnya.

Keadaan menjadi berbalik. Manusia yang menyebut dirinya sebagai Ksatria Saka, terlihat lebih unggul dibanding sebelumnya. Ada yang bertugas mengalihkan konsentrasi para monster. Kemudian Ksatria berikutnya sebagai jagal dengan sigap menebas monster. Menghantarkan meraka ke alam baka.

Ganendra masih terpaku di tempatnya. Ini terasa mimpi namun sangat nyata. Entah dunia macam apa yang telah dia masuki. Saat pertempuran seakan dimenangkan para Ksatria. Tiba-tiba tanah tempat berpijak bergetar hebat. Suara langkah kaki berat bergerak dari arah belakang para monster. Tubuh tinggi besar bersenjatakan gada di tangan. Melangkah maju ke arah Ksatria Saka.

Sesosok monster tinggi besar yang sepertinya pemimpin dari kawanan monster terlihat membusungkan dada. Kemudian menarik nafas dalam-dalam. Hingga hitungan detik Sang Pemimpin monster meraung dengan keras.

“Roaarrrr!!!!”

Hembusan angin kencang keluar dari mulut Si Monster. Menghempaskan para Ksatria Saka ke segala arah. Teriakan-teriakan kesakitan mulai terdengar.

“Badama!!!” perintah Pemimpin Monster.

Secara serentak monster yang tadinya kewalahan segera maju dan menyerang Ksatria Saka yang masih tergeletak. Para monster dengan ganas mencabik-cabik para Ksatria. Memisah badan mereka dan memangsanya tanpa ampun. Bau anyir darah kembali menyerbak. Semburat darah berceceran. Menyisakan kengerian mencekam.

Ganendra berusaha menggerakkan kaki. Namun, ketakutan lebih mengusai tubuhnya. Sampai salah satu monster memergoki Ganendra. Dia menatap buas. Membuat Ganendra yang menyadari semakin gelagapan.

“Sial!!! Aku tidak ingin menjadi mangsa monster itu!!!” teriaknya dengan kencang.

Bersamaan dengan itu, Si Monster bergerak ke arah Ganendra. Cakarnya bersiap menebas.

“Aku tidak ingin mati!!!” teriak Ganendra kencang.

Tepat di saat itu, dia berhasil menggerakkan kakinya. Lantas berlari kencang menghindari serangan monster. Dia sempat terguling ke tanah. Lagi-lagi lukanya yang belum sembuh memberikan rasa sakit di tubuh. Ganendra hanya bisa menggigit bibir. Namun, dia tak boleh berlama-lama diam. Monster yang menyerangnya sudah bersiap menyerangnya kembali.

Ganendra segera bangkit dan berlari menghindari serangan monster. Dia berlari menghindar ke sana ke mari. Sesekali melompati tumpukan mayat monster yang bergeletakan. Gerakannya cukup gesit menghindari serangan. Tubuhnya terlatih secara alami berkat kesehariannya sebagai penipu yang selalu dikejar-kejar aparat keamanan. Di benak Ganendra, dia sedang berlari melompati pagar atau tembok.

Dari kejauhan salah satu Ksatria Saka yang sedang melawan beberapa monster melihat ke arah Ganendra. Dia bernama Sadana, orang yang memberi aba-aba pada Ksatria lain. Sadana melihat gerakan tubuh Ganendra begitu lincah. Gesit dalam menghindari serangan.

“Soma, lindungi aku.” perintahnya pada salah satu Ksatria.

“Kau mau kemana?”

“Orang itu sepertinya butuh bantuan.”

Ksatria yang dipanggil Soma, melihat ke mana arah pandangan Sadana. Di tengah-tengah para monster, seorang manusia tengah berlarian menghindari serangan. Soma mengerti, dia mengajak teman-teman lainnya membantu Sadana. Mereka segera merengsak ke depan. Melawan beberapa monster. Membuka jalan bagi Sadana untuk mendekat ke arah manusia yang sedang dikejar salah satu monster.

Sadana bergerak bagai kilat. Melompat ke udara, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat sembari mengayunkan kapaknya ke segala penjuru.

Srat!!!

Srat!!!

Tebasan kapaknya membuat beberapa monster berjatuhan. Ganendra yang berada di sisi lain mulai ketakutan. Dia malah berlari ke arah kerumunan monster. Dia menemui jalan buntu. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang.

Apakah aku akan mati? batinnya dalam hati.

Keganasan terpancar dari wajah monster. Mereka siap menerkam Ganendra. Pemuda malang itu hanya bisa memejamkan mata rapat-rapat. Sungguh Ganendra tidak ingin mati. Dia masih ingin hidup bersama ibunya. Hingga sebuah suara lantang membuat matanya terbuka.

“Tebasan Kapak Bajra!!!”

Sebuah kapak berputar dengan gerakan cepat. Melayang di udara membentuk putaran seperti cakram. Sekejap mata cakram itu melayang dan menebas beberapa monster yang mengerumuni Ganendra. Membuat beberapa monster berjatuhan menjadi bangkai.

Seorang pria melesat ke depan Ganendra. Menjaganya dari serangan monster. Dia tak menyangka ada seseorang yang akan menolongnya. Ganendra berpikir dia akan mati.

Tak jauh dari sana suara raungan pemimpin monster menggetarkan tanah tempat mereka berpijak. Pemimpin monster bergerak ke arah Sadana dan Ganendra. Bersiap memberikan serangan. Ganendra menatap ngeri. Sadana mau tidak mau harus menghadapi pemimpin monster. Saat serangan pemimpin monster hendak mengarah pada kedua pemuda tadi. Tiba-tiba suara sangkakala terdengar membahana.

Semua monster yang berada di tempat itu lenyap secara tiba-tiba. Tersapu seperti debu. Bahkan tak menyisakan bangkai monster yang sudah mati sekalipun. Kini, hanya ada Ksatria Saka yang selamat. Mereka seolah bernafas lega. Para monster tiba-tiba menghilang.

Sadana menghampiri Ganendra, “kau tidak apa-apa?”

Tangannya telulur dan membantu Ganendra berdiri. Ganendra menganggukkan kepala. Sadana melihat beberapa luka di tubuh pemuda yang dia selamatkan.

“Ikutlah dengan kami, sepertinya kau butuh perawatan untuk mengobati lukamu.” ajak Sadana.

Ganendra hanya diam. Dia terlihat masih kebingungan. Otaknya masih mencerna apa yang dia alami saat ini. Sadana tersenyum tipis.

“Sepertinya kau memiliki potensi untuk menjadi seorang pemburu monster. Bergabunglah dengan kami, para Ksatria Saka.”

Ganendra hanya terdiam. Di dalam benaknya timbul banyak pertanyaan. Dunia macam apa yang sedang dia datangi. Kenapa begitu banyak monster di sana. Monster yang entah dari mana asalnya. Setiap saat meneror dengan memangsa manusia tanpa ampun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!