Selepas berbincang dengan ibu melalui telpon aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh ku terlebih dahulu. Sementara sopir itu sendiri mungkin sedang dalam menunggu ku. "Pak anda juga bisa mengistirahatkan tubuh anda terlebih dahulu lalu kita makan malam di luar saja ya pak," ujarku pada sopir dari ibu yang tetap terduduk tegas di ruang tamu. Rasanya sungkan untuk mengajak dia mengobrol, ditambah usia kami yang terpaut lumayan jauh.
Aku masih menikmati berbaring di atas kasur indah dan empuk ini. Ku lihat jam ditanganku untuk memperkirakan jam berapa aku pulang. Saat ini sekitar pukul 18.30 membuatku memutuskan untuk kembali pukul 19.00 saja. Jika boleh aku ingin mulai sekarang menginap di apartemen ini namun aku harus tetap memainkan peran dengan cantik. Besok adalah hari dimana pengusiranku akan terjadi sendirinya.
Aku pun bergegas menuju ruang tamu dan mengatakan untuk pulang sebentar lagi. Namun dalam perjalanan kami mampir sebentar ke sebuah restoran yang dekat area apartemen. Aku memesan makanan yang ku inginkan, sesekali makan sedikit enak tak masalah bukan besok aku berdiet kembali. Anggap saja sedang rindu rasanya makan bebas dalam porsi yang cukup untuk ku. Sudah sejak lama makananku hanya sayuran, buah, dan masakan yang lebih ke hambar.
Aku menikmati hidangan yang telah ku pesan ini, begitu juga dengan sopir dari ibu tengah memakan apa yang dia pesan. Aku bersyukur masih bisa merasakan dianggap sebagai anak oleh ibu. Padahal ibu bukanlah ibu kandungku hanya saja jasa ibu tak akan aku lupakan sudah melahirkan ku ke dunia. Bahkan saat ini ibu masih mengulurkan tangan untuk membantuku. Setidaknya beban ku sedikit berkurang berkat ibu, ini membuatku begitu menyayanginya.
Aku pun tiba dirumah penuh siksaan ini, melangkah memasukinya dengan menahan segala rasa muak dalam hati. Baru saja aku masuk sudah ada toa nenek lampir yang menyambutku. "Hei kau dasar anak tidak tahu diri! Bukankah kau diberi libur 3 hari kenapa kau pulang terlambat!!" teriaknya. Sudah ku duga pasti menginginkan ku pulang cepat untuk melakukan pekerjaan rumah.
"Terserah aku dong, bukankah aku bukan bagian anggota keluarga ini? Dan aku juga bukan anak kandung dari orang yang ada di rumah ini. Jadi berhenti mengatur jalan hidupku, besok aku akan pergi dari rumah ini. Kedua orangtua kandungku sudah membelikan ku tempat untuk ku tinggali. Dan yah untuk membalas budi ke kalian semua aku sudah kalian jadikan budak sejak umur 7 tahun! Jadi semua impas, mengerti?" ketusku berlalu ke kamar. Saat mau melangkah tanganku dicekal seseorang, sudah pasti si tua bangka itu. Aku segera melepaskan cekalan tangannya dari tanganku, sebelum lepas aku mendapatkan sesuatu yang tak terduga.
'Plak'
Terasa sangat panas di pipiku, aku menatap nyalang pada orang yang baru saja menamparku. "Sudah puas? Ayo tampar dan bunuh aku jika kau bisa! Akan ku pastikan kedua orangtua kandungku akan membuat mu hancur!" teriakku padanya hatiku sungguh sangat panas. Akan ku pastikan aku keluar dari rumah malam ini juga.
"Apa maksudmu itu hah? Lalu kau ini anak siapa hah! Jika bukan anak ku berarti ibumu yang sialan itu berselingkuh dariku!"
"Sama sepertimu yang sudah menjalin hubungan dengan nenek lampir itu hingga memiliki seorang anak! Puas kau!!"
"Dasar anak tak tau diri! Baiklah jika kau ingin pergi, pergi sekarang juga!! Dan beri aku bukti kau bukan anak kandungku!!"
"Sayang sekali pak, hasil tes DNA itu baru keluar besok. Jadi aku akan memberikannya besok padamu. Tenang saja aku akan pergi hari ini kau tak perlu mengusirku. Untuk hasil tes DNA aku bisa mengirimkan melalui paket nanti."
"Jika seperti itu maka kamu harus tetap tinggal disini!"
"Drama apalagi ini? Kalian menahanku apa karena sudah tak mampu mengerjakan para asisten rumah tangga ini? Oh ya aku lupa istrimu dan putrimu itu sangatlah boros hingga akan membuatmu gulung tikar nantinya!"
"Rachel jaga ucapanmu! Jangan kurang ajar bagaimanapun dia ibumu!"
"Dia? Wanita itu? Aku tidak sudi, jika ibu yang melahirkan ku saja bukan ibu kandungku lalu dia? Dia tak lebih dari wanita murahan yang melebarkan selangkangannya untuk memenuhi gaya hidupnya yang sok kaya itu!"
'Plak!'
Tamparan yang lebih keras kini ku terima dari orang yang selama ini aku hormati. Orang yang tak pernah memihakku, orang yang selalu ku anggap sebagai ayah. Nyatanya dia tak lebih dari lelaki pecundang, menyakitkan lagi mengetahui aku bukan putri kendungnya. Hal ini yang membuatku sadar dan membuang rasa hormatku selama ini terhadap sosok di depanku saat ini.
"Tidak sekalian saja kau bunuh aku? Aku akan tetap pergi dari sini! Asal kamu tau suatu saat apa yang kau tabur itu yang akan kau tuai tuan. Dan karma juga berlaku, begitu pula denganmu nenek lampir!" teriakku penuh amarah. Aku berlari ke kamar tidurku untuk mengemasi semua barang yang aku beli dengan uangku sendiri. Selebihnya akan aku tinggalkan tak sudi membawa barang yang mereka belikan. Aku langsung menggeret dua koper dan dua tas ranselku keluar dari kamar. "Tak ada satupun barang yang kalian berikan aku bawa, ini murni dari penghasilan yang aku punya!" ujarku pada mereka berlalu menuju pintu depan.
Aku terdiam di depan pintu untuk menelpon supir yang ibu kirimkan untukku. Aku meminta maaf padanya dan mengatakan niatku untuk mulai tinggal di apartemen. Tanpa menunggu lama dia pun tiba di depan rumah, aku segera masuk ke dalam mobil dengan kedua tas ranselku. Sedangkan beliau membantu membawa koper milikku. Tak ku hiraukan lagi teriakan nenek lampir beserta anaknya yang juga tidak punya akhlak itu.
Mobil yang ku tumpangi kini melesat meninggalkan kediaman ini. Rasanya sangat lega untuk segara keluar dari rumah bak neraka ini. "Pak sebelum ke apartemen antarkan saya ke rumah sakit untuk melakukan visum atas tamparan yang saya terima dari orang gila itu," ujarku pada beliau membuat dia menautkan kedua alisnya bingung.
"Sebelum aku pergi terjadi keributan dimana aku menerima dua kali tamparan keras hingga membuat pipiku memerah."
"Siapakah yang menampar nona? Jika saja kedua orangtua nona dalam situasi aman mungkin beliau lah yang mematahkan tangan orang yang lancang menampar anda nona."
"Tidak apa aku selalu menerima hal ini namun kali ini setelah mengetahui dia bukan ayah kandungku, sudah cukup bukan aku berbakti dan menahan sakit yang ada."
"Nona bersabarlah setelah semua kembali normal saya yakin orangtua nona akan segera menemui nona."
"Aku akan tetap bersabar ada banyak hal yang ingin ku tanyakan juga nanti. Aku bisa bertahan belasan tahun dirumah itu tentu menunggu kedua orangtuaku yang tidak memakan waktu selama itu lagi kenapa tidak."
"Baiklah nona tenang saja nanti saya yang akan selalu melindungi nona. Tenang saja saya berada di lantai bawah apartemen anda. Ibu anda yang menyuruh saya untuk tetap disekitar nona. Semoga nona tidak keberatan akan hal itu."
"Tidak terimakasih banyak sudah membantuku selalu."
Kami terdiam lagi tak ada yang ingin aku bicarakan itulah mengapa aku diam seribu bahasa saat ini. Hati kecilku merasa kecewa jika kedua orangtuaku masih belum bisa menemui ku hingga saat ini. Seolah aku adalah anak yang tak mereka harapkan sama sekali. Mengingat hal itu membuat hatiku teriris tapi aku harus bersyukur setidaknya ibu yang melahirkan ku masih mau menganggap ku sebagai seorang anak.
Setiba dirumah sakit aku segera melakukan visum atas beberapa luka yang masih ada dan bekas tamparan tadi. Setidaknya ini akan membungkam mereka untuk tidak mengusikku. "Untung aku tidak bodoh masih meletekan cctv yang kecil disetiap sudut rumah yang tak terlihat. Dan cctv itu juga bisa merekam suara sudah membuatku aman sekali. Setidaknya jika mereka berani mengusik ku lagi maka semua akan aku sebar melalui sosial media," batinku dalam hati.
Setelah mendapat apa yang aku mau tak perlu menunggu begitu lama hasil visum ada ditanganku saat ini. Aku lekas kembali ke dalam mobil dan segera menuju apartemen. Sungguh aku sudah sangat lelah ingin sekali mengistirahatkan total tubuhku. Besok aku akan izin untuk tidak masuk, rasanya badanku benar benar mau patah. Lebih baik esok aku gunakan perawatan seluruh tubuh saja agar bisa kembali fresh saat pekerjaan ku sudah di mulai kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments