Pagi ini tidak ada yang berubah aku melakukan semua seperti yang biasa aku lakukan. Bahkan sebelum setengah enam aku sudah bergegas keluar karena supir yang ibu siapkan sudah menungguku. "Senikmat inikah diperlakukan seperti seorang anak pada layaknya meski aku tak bisa memeluk dan bercerita langsung padamu ibu. Tapi terimakasih untuk semuanya, Bu," batinku dalam hati.
"Non nanti jika berkenan sepulang sekolah saya akan menjemput dan mengantarkan nona untuk melihat apartemen yang sudah ibu nona siapkan," ujar sopir itu dengan sopan.
"Tidak apa pak, lebih cepat lebih baik. Aku ingin segera keluar dari rumah itu, mereka memerlukan ku seperti upik abu. Aku lelah dan ingin berhenti dengan keluar dari rumah itu."
"Baik non, jika nona membutuhkan sesuatu nona bisa meminta bantuan pada saya."
Aku terdiam sebentar mengingat besok harus kemana, teringat oleh ku bahwa besok hasil tes DNA akan keluar.
"Pak besok maukah kamu mengantarkan ku ke rumah sakit dekat dari tempatku kerja? Aku ingin mengambil hasil tes DNA yang bisa membuatku terusir dari rumah itu."
"Baiklah nona besok akan saya antar kan, nona belum sarapan pastinya kita akan mampir ke sebuah tempat makan terlebih dahulu."
"Terimakasih Pak, bapak juga ikut sarapan nanti ya," ujarku tak enak hati.
Memang benar jika hari ini aku tidak sempat menyisihkan sebagian sarapan untuk ku. Meninggalkan rumah itu secepat mungkin adalah hal ternyaman bagiku. Siapa juga yang akan betah hidup dengan keluarga gila seperti mereka. Lebih baik seperti ini menjauh dan jarang bertemu lebih baik.
Aku terdiam teringat kemarin malam memasak banyak makanan tapi aku tidak diperbolehkan melihat tamu itu. Siapa tamu itu apakah sangat penting bagi mereka para dedemit. "Ah, sudahlah yang penting aku akan keluar dan bukan menjadi urusanku lagi. Akan ku pastikan bahwa hubungan ini akan putus pada esok hari," lirihku dalam hati.
Setibanya di restoran aku memasan makanan yang tidak begitu berat. Mau bagaimanapun lebih baik menjaga daripada mengobati. Yang ku maksud adalah menjaga berat badan, pola makan serta gizi yang ku makan. Semua ini ku lakukan hanya demi karir yang sedang ku emban tetap berjalan dengan baik.
Aku dan sopir dari ibu memakan apa yang kami pesan masing masing. Setelahnya aku segera diantar ke sekolah, karena di mobil pribadi aku memutuskan untuk tidur. Bayangkan saja setiap hari aku hanya tidur 3 jam agar bisa melakukan banyak hal dan tidak terlambat. Maka dari itu rasa kantuk ini menumpuk membuatku tak terasa memejamkan mata dengan erat.
"Nona sudah sampai maaf jika saya membangunkan nona," ucapnya sopan membangunkanku.
"Terimakasih pak, nanti aku keluar pukul tiga sore. Bapak bisa menjemput ku di jam itu."
Setelah mengatakan hal itu aku bergegas keluar dari mobil dan meleset masuk ke dalam sekolah. Hari ini tidak tahu mengapa aku begitu bersemangat mungkin karena besok akan drama yang indah. Drama yang mana aku adalah sutradara dan aktris utamanya. Drama yang sudah aku rencanakan agar mereka mengusir ku, sangat menyenangkan membayangkannya saja membuatku tersenyum bahagia.
Hari ini sekolah masih sangat sepi, aku memasuki ruang kelas yang kosong itu. Aku duduk di kursi yang selalu menjadi tempat duduk favorit ku. Tentu Fattar duduk di sebelahku, dan Aluna serta Michelle duduk di belakangku. Karena begitu sunyi aku mendengarkan musik dari ponselku dengan earphone yang selalu ku bawa kemanapun. Terlarut dalam alunan musik membuatku tertidur dengan sempurna.
Satu per satu murid mulai berdatangan memenuhi ruang kelas namun aku masih terlelap. Sampai akhirnya seseorang melepas paksa earphone ku lah membuat mata ini terbuka dengan berat. Aku sedikit terkejut melihat ruangan yang kosong sudah terisi hampir penuh. Tentu aku juga terkejut dengan keberadaan Fattar yang ada di hadapanku sekarang. Kesadaranku belum sepenuhnya terkumpul, rasa kantuk masih ada tapi harus ku tepis.
"Fokuslah sebentar lagi kelas akan dimulai, aku tau aku tampan Rachel!"
"Fattar kenapa kamu sangat percaya diri huh? Aku hanya terkejut melihat kelas yang sudah penuh. Tadi masih sangat kosong jadi kau jangan kepedean!"
"Bagaimana mau penuh saat kau datang bahkan sebelum jam enam Rachel?"
"Bagaimana kau bisa tau? Apa kau mematai ku?"
"Iya setiap apapun yang kau lakukan bahkan saat kau mandi tanpa selai benang!"
"Fattar!!!!" teriak ku spontan yang hanya dibalas dengan kekehan darinya.
Aku tidak tahu mengapa dia begitu menyebalkan sekali. Bisa bisanya berujar seperti itu dengan santai. Aku sangat malu mendengarnya bagaimana jika ada yang mendengar obrolan kami tadi. Aku menatapnya tajam dan dia tertawa lepas sehabis menjahili ku. Seperti ini lah aku dan Fattar dalam kelas sudah banyak yang mengetahui kedekatan kami. Jadi mereka tidak heran lagi tidak seperti saat kelas satu. Banyak sekali yang membenciku hanya karena Fattar bisa hangat kepadaku dan cuek kepada semua gadis di sekolah ini.
Aku sendiri tidak heran dengan sikapnya, karena Fattar sendiri hanya akan bersikap hangat hanya pada orang tertentu. Dan aku sendiri tidak peduli pada beberapa gadis yang memusuhiku hanya karena Fattar. Aku sendiri mengakui dia sangat tampan, berkharisma dan misterius. Bahkan aku yang sudah berteman dengan nya dari kecil masih belum mengetahui apapun tentangnya secara rinci. Fattar seolah memiliki segudang rahasia yang sulit untuk ku tembus.
Tak lama kemudian guru memasuki kelas ku dan pembelajaran dimulai. Tiba saat yang ku tunggu yaitu waktu pulang sekolah. Karena aku tidak sabar untuk melihat apartemen itu. Seperti biasa Aluna dan Michelle menunggu jemputan dan aku bergabung dengan mereka saat ini.
"Rachel? Tunggu apakah kau dijemput hari ini? Apakah ayahmu sedang kerasukan sesuatu?" ujar Aluna menatapku penuh keheranan.
"Hahaha, mana ada tua bangka itu menjemputku Luna? Aku menunggu sopir dari ibuku, Luna. Dia baru saja menghubungi ku beberapa hari yang lalu. Dia juga yang akan membantuku keluar dari rumah."
"Wah ibumu baru menghubungi kamu setelah sekian lama Rachel? Syukurlah dia ada saat kau benar benar lelah bukan?" sahut Michelle.
"Kau benar Chel, tapi yang aku senang adalah hari ini aku akan melihat apartemen yang ibuku belikan. Oh ya dan besok kemungkinan besar aku akan terusir dari rumah jahanam itu."
"Bagaimana bisa Rachel? Mereka sangat tidak menginginkan kamu pergi karena memanfaatkan tenagamu itu," tanya Aluna dengan kebingungan.
"Aku akan membuat drama percikan kebencian yang akan membuatku terusir. Benar sekali aku bukanlah anak kandung dari ayahku itu."
"Wah Rachel, apakah kau perlu bantuan kami?" tawar Michelle.
"Tidak Michelle ibuku yang membantuku kali ini meski dari jauh. Dan kalian jika aku sudah tinggal di apartemen jangan lupa menginap ya!!" seruku pada kedua sahabat ku.
Tak terasa jemputan Aluna dan Michelle sudah tiba. Aku masih menunggu sopir dari ibu untuk tiba, sedikit menaruh curiga padahal aku sudah mengatakan pulang pukul tiga sore. Sudah setengah jam berlalu belum ada tanda bahwa ia datang. Aku menghembuskan nafas lesu sepertinya lebih baik aku pulang saja saat ini.
"Mau kemana kau Lau?" sapaan itu membuat langkahku terhenti.
"Fattar? Kau belum pulang dari tadi?"
"Kau lupa apa? Aku ini kapten tim basket bagaimana meninggalkan timku yang berlatih?"
"Ya ya ya kapten, aku kan lupa jika kau hari ini ada latihan. Tapi kenapa kau selalu memanggilku Lau dari kecil?"
"Kau akan tau nanti bukan sekarang, dan hanya aku nanti yang akan memanggilmu seperti itu mengerti?"
"Kau selalu saja begitu Fattar aku kesal padamu!"
"Sudahlah jangan marah! Kau menunggu sopir dari ibumu kan? Dia tadi ingin menghubungimu tapi tak punya nomormu. Dia menyampaikan bahwa ban nya sedang bocor dan ditambal. Jadi dia akan tiba sepuluh menit lagi, bersabarlah Lau."
"Tunggu dari mana kau tahu semua ini Fattar? Aku bahkan belum bercerita apapun padamu Fattar!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
kania_efe
makin seru
2024-02-03
1