Hukum I Kirchhoff menyatakan “Besar arus yang masuk pada sebuah titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang tersebut “.Eiden bisa diibaratkan sebagai titik cabang yang menerima dan mengeluarkan arus seperti hukum yang dinyatakan oleh seorang ahli fisika Jerman,Gustav Kirchhoff.
Eiden akan memberi waktu sebanyak Celine memberinya uang,karena setiap detik yang terlewat memiliki nilai tersendiri. Celine bisa meminta waktu sebanyak mungkin dengan bayaran yang setimpal. Gila memang, sudah pernah Eiden katakan bahwa anak-anak yang terlahir dengan sendok emas ditangannya tidak akan mengerti bagaimana susahnya mencari hal yang mereka hambur-hamburkan begitu saja.
Pakaian, sepatu dan tas-tas bermerek yang dibawa Celine belum seberapa dari yang gadis itu punya dari kesemua barang itu akan diletakkan sedikit-sedikit di kos-kosan Eiden. Gadis gila itu rupanya merencanakan hal besar yang Eiden yakini tidak akan berhasil, bukan meremehkan cara kerja Celine tapi melihat bagaimana kepribadian gadis itu, Eiden yakin Celine akan segera bangkrut jika hidup diluar sendiri.
“Masih ada beberapa yang ada di mobil, gue nggak bisa bawa masuk semuanya “ Celine menjatuhkan dirinya diatas karpet yang selalu terbentang di kos-kosan kecil milik Eiden.
“Lebih dari 1000% gue yakin, lo nggak akan bisa hidup lebih dari satu bulan diluar”ungkap Eiden.
Sama halnya dengan dengan bom waktu, Celine seperti sumbu yang terbakar dan siap untuk meledak dalam beberapa waktu yang tersisa. Gadis itu bisa bersemangat diawal seperti sekarang, tapi dalam beberapa waktu kedepan tidak ada yang tahu akan seberantakan apa masalah yang gadis itu ciptakan.
“Lo pernah dengan seleksi alam?”pertanyaan yang Eiden yakini gadis itu akan tahu apa yang ia coba sampaikan.
Celine belajar banyak hal sejak kecil, ia cukup dekat dengan buku-buku pelajaran dan tahu cukup banyak. Bukannya Celine tidak menangkap apa yang Eiden coba sampaikan tapi mengapa lelaki itu mengatakan hal demikian.
Eiden menyalakan rokok yang sejak tadi ada di sela jarinya”Mereka yang bisa menyesuaikan diri akan bertahan, sedangkan mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri”beberapa saat lelaki itu menggantung ucapannya,netra tajamnya menatap tepat pada netra coklat gadis yang berada diatas karpet miliknya ”Dan lo bisa aja jadi salah satunya”.
“Lo khawatir?”cetus Celine.
“Mereka sebut gue monster nggak punya hati dan artinya gue nggak kenal sama apa yang lo sebut”Eiden menghisap lama rokoknya lalu menghembuskannya keatas, dengan kepala mendongak bibirnya kembali berucap”Kenapa lo pilih gue?”.
Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana awalnya mereka bisa saling terikat seperti sekarang, baik Celine maupun Eiden tidak tahu. Terlalu klise jika mengatakan sebuah kebetulan atau takdir yang sudah diatur,Eiden jelas tidak akan percaya dengan hal semacam itu.
“Gue bisa jujur tapi sekarang gue mau bohong”setiap orang punya cara yang berbeda dalam setiap penyampaian yang akan mereka berikan, begitu pula Celine yang punya cara sendiri. Maka gadis itu menarik nafas panjang sebelum berucap “Gue nggak punya kenalan atau seseorang yang tahu tentang lo”bukan hal itu yang harusnya menjadi jawaban dari pertanyaan Eiden.
“Seseorang itu jelas ada tapi gue nggak perlu tahu dia.Yang gue tanya, Kenapa lo pilih gue?”tekannya.
Celine bangkit dari duduknya tanpa menghiraukan pertanyaan Eiden, gadis itu berjalan menuju pintu”Masih banyak barang dimobil,gue nggak mau ngabisin waktu”elaknya.
Eiden menggigit bagian dalam mulutnya, jujur ia merasa bahwa gadis itu tengah melibatkannya dalam sesuatu yang berbahaya.Tidak mau menebak-nebak apa yang ada dipikiran gadis itu maka dengan segera Eiden ikut beranjak.
Jangan tanyakan seperti apa perasaan Eiden saat melihat lebih dari sepuluh paperbag berisi barang-barang bermerek yang tadi ada dibagasi mobil kini pindah ke pojok kamarnya.Eiden menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur kecil miliknya, sementara tatapannya mengikuti pergerakan Celine dipojok kamarnya.
“Penuh banget”Samar suara Celine masih bisa didengar oleh Eiden.
“Sebelah kamar gue kosong, kalau lo mau sewa biar gue kenalin sama pemiliknya”Perlu diketahui bahwa Eiden tidak suka ruangan yang berantakan.Kepribadian seseorang bisa dilihat dari bagaimana tempat tinggal menurutnya.
“Lo keberatan kalau barang gue disini?”Celine mengangkat sebelah alisnya bertanya.
“Barang lo terlalu banyak. “
“Nanti barang gue hilang kalau diletakin disana”gumam Celine yang sejujurnya masih mampu didengar oleh Eiden.
Eiden mengernyit heran"Mereka bahkan nggak saling peduli, nggak akan ada yang tahu kalau barang lo disana"katanya.
Lingkungan tempat tinggal Eiden dipenuhi oleh orang yang tidak saling peduli. Lingkungan yang kejam dengan orang-orang yang tidak memiliki rasa empati, jika sakit maka jangan berharap ada yang membantu. Bahkan pernah ada yang meninggal dan ditemukan dengan keadaan membusuk.
“Ya tapi tetap aja. ”
“Terserah.lo bisa sewa kos-kosan sebelah atau barang lo bakal dibagi cuma-cuma disini”dari nadanya saja Celine bisa mendengar banyak ancaman disana.
“Yaudah.”
....
Celine berada didalam kamarnya setelah selesai Les Matematika bersama mentor yang menurutnya sok paling genius itu. Bahkan setelah lebih dari tiga puluh lima menit, rumus-rumus dasar Trigonometri masih melekat dikepala Celine dan cukup membuat pusing.
Bagi orang-orang yang punya kegemaran terhadap matematika Trigonometri bukan hal yang sulit, tapi bagi Celine tidak ada hal yang lebih sulit dari matematika yang bermacam bentuk. Celine tidak suka matematika, Kimia, Fisika ataupun beberapa pelajaran yang menggunakan banyak hitung-hitungan.
“Celine!”suara ketukan pintu dan panggilan dari Mama membuat Celine bertambah-tambah pusing.
Bisa Celine tebak bahwa mentornya itu pasti mengadu lagi pada Mama.Dengan kepala yang terasa berputar-putar Celine membuka pintu kamar, mendapati wajah Mama yang tak pernah bersahabat setiap kali menatapnya.
“Kenapa kamu nggak bisa diatur Celine,dua kali Mama dapat komplain dari mentor kamu”suara tegas dengan nada rendah khas Mama, Celine lebih dari tahu bahwa Mamanya sedang dalam emosi yang hampir meledak sekarang.
Celine tidak tahu bagaimana harusnya hubungan seorang anak dan orangtuanya, karena Celine tidak pernah tahu bagaimana Mama memperlakukannya. Mama selalu mendominasi, membuat Celine tunduk yang sewaktu-waktu memupuk perasaan tak tahan akan wanita itu. Jujur saja kadang Celine membayangkan bagaimana jika Mamanya lebih baik pergi saja dari dunia ini. Mungkin Celine akan merasa lebih baik, atau bisa lebih hancur sari sekarang. Tapi semuanya kembali lagi keawal, Celine tidak pernah bisa membenci Mama sebagaimana pun Mama memperlakukannya.
"Celine capek" Keluhan dari bibir tipis Celine cukup untuk membuat Mama melempar barang apa saja yang ada didepannya. Tak terkecuali piala kaca yang sangat Celine sayangi.
"Mama nggak suka kegagalan Celine. Cukup kamu, cukup kamu yang membuat Mama ngerasa gagal" Geram wanita itu tanpa sadar meremas hati putringa sendiri.
Celine menjatuhkan tubuhnya tepat setelah Mama membanting pintu kamarnya. Meski begitu Celine tetap tidak bisa menyalahkan Mama. Celine adalah sebuah kegagalan, dan hal itu tidak akan pernah bisa Celine ubah. Karena gagal satu kali adalah cacat bagi Mama.
Perlaha Celine merangkak menuju pecahan kaca yang berserakan. Piala itu adalah satu-satunya hal yang sangat Celine sayang, karena saat itu Mama bisa menerima semuanya. Mama tersenyum manis dan mengatakan bahwa Celine adalah anak paling hebat didunia. Kilasan itu membuat sakit, bahkan lebih sakit dari goresan ditangannya.
Celine tidak peduli meski darahnya habis atau dia akan mati disini. Celine hanya perlu mengambil semua pecahanan pialanya, Eiden pasti bisa memperbaikinya. Lelaki itu pandai memperbaiki, pasti tidak mustahil untuk memperbaiki pialanya.
...●●●...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
auliasiamatir
kasian banget hodup mu caline
2023-09-06
0
auliasiamatir
oo helllooooo, zaman apa ini nyonya, masih mendidik anak dengan cara sep itu..
2023-09-06
0