Pukul lima pagi Eiden dengan segala rasa tanggung jawab yang masih dimilikinya,mengantar Celine dengan motornya.Menghiraukan udara dingin yang menusuk hingga tulang. Sesekali Eiden memantau pergerakan Celin dari spion,terlihat gadis itu memejamkan kedua matanya.Spontan Eiden menatap kebawah, tepat kearah pinggangnya saat pelukan dari kedua tangan Celine mengerat disana. Tangan gadis itu bahkan masuk kedalam saku hoodienya.
Eiden memperlambat laju motornya agar gadis dibelakangnya tidak perlu memejamkan mata ketakutan. Lima belas menit perjalanan keduanya berhenti tepat di gerbang timur rumah Celine. Setahu Eiden ada tiga gerbang rumah Celine tapi gerbang timur selalu digunakan gadis itu untuk masuk dalam keadaan seperti sekarang.
Celine turun dari motor dengan cengiran khasnya,diberikannya helm abu yang tadi ia pakai kepada Eiden “Sweater lo bagus, besok-besok gue kabur lagi biar bisa pinjam sweater lo lagi”katanya.
“Pulang sendiri lain kali,lo berani kabur berarti berani pulang sendiri”tegas Eiden.
“Jahat lo”Celine menatap netra gelap milik Eiden”Gue bisa minta sweater lo yang satu ini nggak,nanti gue bayar”pintanya.
Entah apa yang sangat spesial dari Sweater satu itu hingga Celine sangat menginginkannya bahkan rela membayar. Gadis itu bahkan bisa membeli puluhan sweater yang lebih mahal,tapi moment ini justru menguntungkan bagi Eiden. Segala sesuatu butuh uang dan kesempatan emas kini berada di depan mata, Eiden tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
“Satu juta cukup buat sweater itu”harusnya gadis itu menolak jika berpikir rasional, orang gila mana yang akan membayar sweater bekas yang barunya sekalipun tidak sampai menyentuh angka dua ratus ribu. Eiden pikir begitu.
“Oke”Eiden nyaris melepaskan tawanya, antara polos atau bego. Semudah itu Celine mengeluarkan uang untuk barang yang ia inginkan.
“Yaudah.lo bisa transfer nanti, gue pulang”setelahnya motor Eiden kembali membelah jalanan kota yang mulai ramai.
Semuanya tak lepas dari pandangan Eiden, bagaimana tokoh-tokoh yang bersiap buka dipukul lima lewat delapan belas menit. Sulit untuk menghasilkan uang di era sekarang, kadang Eiden menertawakan orang-orang berada yang dengan mudahnya menghamburkan uang mereka. Membeli barang mewah tanpa memikirkan berapa digit angka yang akan mereka keluarkan.
Cara pandang Eiden perlahan berubah ketika mengenal Celine hampir setengah tahun ini, bagaimana kehidupan mereka yang diatur sedemikian rupa. Contohnya Celine yang punya mimpi mengunjungi negara-negara besar didunia,tapi terhalang karena harus meneruskan bisnis keluarga.
Eiden merasa bersyukur setidaknya, karena bisa menjalani hidupnya sesuai keinginannya tanpa tekanan dari orang lain.
◎◎◎
Tiga hari berlalu keduanya menjadi orang asing kembali, begitulah seharusnya karena keduanya hanya akan bertemu jika Celine yang meminta. Lagipula keduanya punya tempat yang berbeda meski berada dikawasan yang sama.
Dalam sebuah cerita remaja,sosok seperti Eiden pastinya digambarkan sebagai seorang berandal yang dapat menarik banyak perempuan kedalam pesonanya. Tapi kisah itu tidak berlaku untuk Eiden,wajahnya jelas mendukung tapi sikapnya membuat semua orang berpaling. Lelaki itu tidak memandang siapa yang bermasalah padanya, bahkan lelaki itu tidak segan berlaku kasar pada perempuan sekali pun.
Eiden tidak dapat bersikap kasar hanya pada Celine, tentunya ia tidak akan bisa menyakiti sedikitpun gadis satu itu. Celine sumber uangnya jelas Eiden tidak bisa memperlakukan gadis itu sama dengan yang lainnya. Katakanlah hidupnya sekarang bergantung pada uang Celine, jika bukan karena uang Eiden pasti akan memperlakukan Celine sama seperti yang lain.
Penjilat, katakanlah Eiden seperti itu karena memanfaat apa yang Celine miliki,tapi mencari kerja tidak semudah itu. Berada di kota besar dengan identitas pelajar jelas tidak akan mudah mencari pekerjaan. Sekalipun ada, pekerjaan yang pastinya akan berhubungan dengan dunia gelap yang tidak akan pernah Eiden masuki karena terlalu berisiko.
“Aderal Eiden”suara guru yang mengajar dikelasnya memecah konsentrasi Eiden pada lamunannya.
“Maaf”setidaknya Eiden masih bisa mengatakan kalimat satu itu.
“Saya juga mohon maaf karena sepertinya kamu harus keluar dari kelas. ”
Eiden bangkit dari tempat duduknya tanpa menghiraukan tatapan satu kelas yang mengarah padanya. Lagipula tidak akan ada yang mau membicarakan Eiden secara terang-terangan.
Disisi lain,keadaan di kelas XII MIPA tiga sedang tidak terkendali karena keributan yang tercipta. Celine salah satu orang yang tergolong tidak suka keributan jelas lebih memilih menjauh dari tempat duduknya. Terlalu ribut tidak baik untuk kesehatan telinganya menurut Celine.
“Kay,gue izin UKS kalau ada guru yang tanya”pamit Celine pada gadis berambut tergerai bernama Kaylana.
Langkah kaki Celine menggema disepanjang koridor yang sepi, jam pelajaran tengah berlangsung sekarang. Celine bisa melihat bagaimana sibuknya orang-orang didalam sana mendengar setiap penyampaian yang guru mereka sampaikan.
Celine menyipitkan matanya mendapati seseorang yang ia kenal berada dijarak sekitar sepuluh meter darinya. Meski seseorang itu memunggunginya jelas Celine mengenal sosok itu. Celine buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku roknya.
Ei👀
‘Udah gue transfer, lo bisa datang ke UKS sekarang’
Langkah kaki Celine membelok memasuki UKS setelah mengetik beberapa kalimat untuk seseorang. Celine merebahkan dirinya di salah satu tempat tidur disana, entahlah ia sangat ingin menumui orang itu hari ini. Rindu? Ah, Celine bahkan ragu dirinya bisa merindukan seseorang.
Terdengar suara pintu terbuka membuat Celine buru-buru menutup tubuhnya menggunakan selimut. Hanya cara satu ini yang terpikir didalam otaknya.
“Lo nggak tidur”suara khas milik Eiden mengalun ditelinganya Celine.
“Gue tidur.“
Decakan kecil terdengar disusul dengan selimut Celine yang terlepas hingga hanya menutupi sebagian tubuhnya. Sosok Eiden berdiri dengan satu tangan yang masih menggenggam ujung selimut “Bodoh”desisnya.
“Hellow Mr. Aderal”kosakata formal dengan nada yang sedikit dilebihkan jelas sangat tidak cocok dengan kepribadian Celine.
Eiden menarik kursi yang berada didekat tempat tidur lalu menudukan dirinya disana, tatapan tajamnya senantiasa mengawasi pergerakan Celine yang kini merubah posisinya menjadi duduk diatas tempat tidur. Bukan sekali dua Eiden melihat Celine yang berada diatas tempat tidur, meski berdua sekalipun tidak pernah ada pikiran yang tiba-tiba muncul diotaknya.
“Apa?”sebelah alis Eiden terangkat tak suka mendapati tatapan yang diberikan Celine.
“Kenapa nggak masuk kelas?.”
Melihat tidak akan ada tanda jawaban yang akan diberikan Eiden, kali ini Celine memikirkan hal lain”Gimana kalau gue tidur ditempat lo lagi nanti malam?”usulnya.
Dengusan tipis terdengar dari Eiden”Terus aja kabur, lo bisa habisin uang lo buat gue”katanya.
“Oke juga ide lo. Kalau lo udah kaya boleh juga jadi suami gue”goda Celine dengan tatapan jahilnya.
“Bawah jembatan cocok buat lo."
“Sumpah ya,nggak bisa banget diajak bercanda”Celine jadi kesal sendiri. Sebenarnya Eiden ini orang seperti apa, lelaki itu bisa jadi orang yang sangat bawel dan berubah mengesalkan seperti sekarang.
“Dunia nggak sesempit itu. Gue bisa cari orang yang lebih dari lo kalau punya uang,nggak akan ada yang mau sama orang yang suka kabur kayak lo”satu pukulan mendarat dibahunya, Eiden menaikan sebelah alisnya”Gue nggak salah”katanya.
Keduanya dilanda hening setelah Eiden selesai berucap. Celine sibuk memuat pembicaraan apa lagi yang akan cocok menjadi pokok bahasan mereka. Diam-diam Celine melirik Eiden yang memejamkan mata.
“Ei gue laper.”
Eiden spontan membuka matanya mendengar rengek dari gadis yang duduk di atas tempat tidur.
“Kaki tangan lo masih berfungsi dan lo punya uang. Cari makan sendiri.”
◎◎◎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
auliasiamatir
jangan kasar dong Eid
2023-09-06
0
Nova Azzuhra
iya santai dong
2023-06-18
0
gst. bintangselatan
to the point banget si eiden wkwq
2023-06-18
0