Part 20

"Pertanyaan Kakek nggak usah dijadikan pikiran, kita menikah juga belum satu tahun. Alhamdulillah kalau dikasih cepat, kalau belum ya nggak perlu buru-buru." Airil mengelus rambut istrinya yang sendu. Wanitanya itu jadi murung setelah kembali ke kamar.

"Iya Mas," gumam Nasya menyentuh perutnya.

"Kalian mirip," Airil mengalihkan perhatian dengan mengambil bingkai foto yang terdapat di atas nakas.

Di sana ada dua pigura. Figura yang lebih besar berisi foto Nasya bersama abi, ummi dan adiknya. Sedang pigura kecil berisi foto dua gadis yang memiliki kemiripan wajah.

"Cantikan mana?" Tanya Nasya dengan alis terangkat melihat foto dirinya dengan mendiang sang adik.

"Emm, kayaknya cantikan yang ini deh." Tunjuk Airil pada foto yang berada di sebelah Nasya.

"Jadi aku nggak cantik?"

"Bukan nggak cantik, tapi lebih cantikan yang ini." Ujar pria itu tertawa gelak melihat wajah masam istrinya.

"Mas," rengek Nasya menarik-narik tangan Airil dengan manja.

"Ya mau gimana lagi, aku kan harus jawab jujur."

"Jangan jujur-jujur juga, nyenengin hati aku kan berpahala." Sungut Nasya cemberut.

"Cantik kok, cantik banget." Airil mengecup pipi istrinya gemas.

"Makasih Mas," ucap Nasya sambil memainkan jari telunjuknya di dada Airil.

"Cuma bilang makasih? Aku butuh yang lebih."

"Kamu sudah jatuh cinta sama aku ya?" Goda Nasya dengan hidung dikerutkan lucu. Sangat menggemaskan.

"Pertanyaannya terbalik. Kamu sudah jatuh cinta sama aku?"

Nasya cepat menganggukkan kepalanya, beberapa detik kemudian kepala itu menggeleng.

"Jadi sudah jatuh cinta atau belum?" Ulang Airil, mengusapkan jari telunjuknya ke hidung sang istri.

"Sudah, eh belum." Jawab Nasya bingung.

"Pasti sudah," sebut Airil dengan percaya diri. Membaringkan istrinya lalu menyelimuti.

"Kamu percaya diri banget Mas."

"Harus dong," jawab Airil sambil mengelus-elus perut Nasya lalu ikut berbaring di sampingnya.

"Kenapa bisa jadi senarsis ini sih," keluh Nasya terkekeh geli.

"Kalau belum jatuh cinta kamu nggak akan tunduk sama aku 'kan?"

"Siapa bilang, aku itu menghormati kamu sebagai suami Mas. Bukan tunduk," kilah Nasya.

"Masa sih, yang biasanya suka nempel-nempel kayak ulat bulu siapa ya."

"Mas, jangan diungkit-ungkit lagi. Malu," Nasya menutup wajahnya dengan selimut saat mengingat bagaimana dirinya yang begitu gencar menggoda Airil.

"Bisa punya malu juga?" Airil menjauhkan selimut dari wajah istrinya yang memerah lalu mencubitinya pelan.

"Maaass," rengek Nasya membenamkan wajahnya di pelukan Airil.

"Nanti kita pulang ke rumah Papa ya," ajak Airil. Menarik istrinya semakin mendekat.

"Iya Mas."

"Tapi kalau mereka nanyain kamu sudah hamil apa belum jangan diambil hati. Para orang tua memang pertanyaannya tidak berbobot. Nggak jauh-jauh dari nanya kapan nikah, kapan punya anak. Mereka nggak pernah nanya pencapaian anak cucunya yang membanggakan ini."

"Terima kasih sudah berjuang menjadi orang yang membanggakan. Ucap Nasya, mengecup pipi sang suami.

"Sebelah sini belum dapat," tunjuk Airil di pipi kanannya.

Cup

"Disini juga belum," pria itu menunjuk keningnya. Kemudian beralih ke dagu, hidung dan mata.

"Kebanyakan minta," Nasya menutupi wajahnya dengan selimut, cekikikan di dalam sana.

...🍀🍀🍀...

Kekurangan tim ahli membuat pengembangan smart grid mengalami kendala. Perekrutan dari luar membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempelajari kembali. Sehingga Airil terjun sendiri untuk menangani masalah ini.

Seharian pria itu disibukkan dengan pekerjaan sampai tidak sempat menghubungi istrinya. Ia sudah bertekad untuk memperbaiki hubungan rumah tangganya. Jadi Airil belajar meluangkan waktu untuk membangun komunikasi dan memperhatikan Nasya. Anggap saja mereka sedang masa pendekatan, untuk menyelami kepribadian masing-masing.

Sampai di rumah pun Airil masih sibuk dengan pekerjaannya. Kalau tidak ada Nasya mungkin dia sudah menginap di kantor.

"Butuh kopi atau teh hangat Mas?" Tawar Nasya sambil memijat bahu suaminya yang masih betah memainkan jari di atas keyboard.

Airil menggeleng, "duduk disana." Tunjuknya pada kursi yang berada di depannya. Kalau mengantuk tidur duluan. Aku nggak bisa gendong kamu kalau ketiduran disini."

"Siapa juga yang mau tidur, aku mau nemenin kamu disini." Ujar Nasya, mengambil laptopnya agar tidak tertidur. Perempuan itu menonton serial drama sambil menemani suaminya bekerja.

Airil memperhatikan istrinya yang beberapa kali menguap. Matanya sudah sulit untuk dibuka.

"Ayo ke kamar," Airil mengalah mengantarkan istrinya ke kamar.

"Kamu sudah selesai Mas?"

"Bisa disambung besok." Katanya seraya menuntun Nasya yang sempoyongan dan menidurkannya.

"Kamu sudah proses bukti-bukti yang aku kirim itu Mas."

"Itu cuma rekaman saat mobilku dirusak. Untuk bukti kuat kalau Franky yang menyuruh orang untuk melakukannya belum ada. Kita tidak bisa menyerang perusahaan orang lain, yang terpenting kerjasama dengan GENTA Group sudah terjalin. Masih banyak orang yang menghidupi dapurnya dengan bekerja disana. Karena kesalahan pemimpinnya kita tidak berhak menyulitkan orang-orang yang tidak bersalah."

"Tapi kalau kamu diam dia nggak akan berhenti Mas."

"Tidurlah, tidak lelah terlalu banyak berpikir." Airil mengusap-usap kepala istrinya sampai tertidur. Wajah cantik itu begitu tenang saat terlelap.

Setelah menyelimuti istrinya Airil kembali ke ruang kerja. Ia bekerja keras untuk berhasil meluncurkan smart grid. Targetnya tidak hanya rumah tangga, namun juga perusahaan-perusahaan besar.

Keesokan paginya Nasya tidak menemukan Airil tidur di sampingnya. Pria itu tertidur di ruang kerja.

"Mas," panggil Nasya lembut. Semalaman pria itu tidur dengan posisi duduk.

"Hm," Airil menggerakkan lehernya yang terasa kaku.

"Ayo kita ke kamar," Nasya mendorong kursi roda tanpa persetujuan. "Kamu masih belum sepenuhnya sehat Mas, jangan terlalu dipaksakan." Katanya memindahkan sang suami ke tempat tidur.

"Sini," Airil meminta Nasya untuk berpindah duduk di sampingnya kemudian merentangkan tangan.

"Selamat pagi istriku," ucapnya seraya membawa Nasya dalam pelukan.

"Kamu terlalu memaksakan diri banget Mas. Tapi terima kasih sudah mau menerimaku menjadi istrimu." Nasya tersenyum bahagia, meskipun belum ada perasaan cinta yang Airil nyatakan.

Terpopuler

Comments

Arindaa

Arindaa

semangat nasyaaa

2024-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!