Part 12

Melupakan kegalauannya Nasya pulang ke rumah orang tuanya. Ia rindu dengan Ummi Attisya. Selepas resepsi pernikahan itu, ia tidak pernah berkunjung ke rumah orang tuanya lagi.

“Kenapa pulang sendirian Sayang, suamimu mana?” Perempuan setengah baya itu buru-buru mendekati putri semata wayangnya.

“Mas Airil sibuk Ummi, jadi nggak bisa ikut. Kangen banget sama Ummi makanya kesini sendiri,” Nasya menghambur ke pelukan ibu kandungnya. Cukup begini saja, biar segala beban ditanggungnya sendiri.

“Dari kantor langsung kemari?” Attisya membawa putrinya duduk.

Nasya mengangguk membenarkan, “mau numpang makan di rumah Ummi. Setelah kenyang nanti baru pulang,” katanya dengan tawa kecil.

"Ummi masakkan makanan kesukaan kamu, sana tunggu di kamar."

"Iya Ummi, aku sekalian mandi. Ini sudah bau asem, hm."

Perempuan paruh baya itu mengangguk, pergi ke dapur. Sementara Nasya menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur.

"Apa harus berpisah secepat ini?" Gumamnya menatap cincin yang melingkar di jari manis.

Netranya melirik foto keluarga yang terpajang di atas nakas. Saat itu mereka masih berempat, bersama adik perempuannya yang sudah meninggal. Betapa terpukulnya ummi di hari kepergian sang adik.

Nasya hanya tidak ingin perceraiannya nanti membuat kedua orang tuanya bersedih. Terlebih sang kakek yang sangat ingin menimang cucu darinya.

"Ya Allah, aku harus apa?" Desahnya, menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Airil ingin dia pergi, itu artinya mereka harus berpisah. Bagaimana Nasya menyembunyikan perpisahannya nanti.

...🍀🍀🍀...

Pulang dari rumah orang tuanya Nasya tidak langsung ke apartemen. Mampir sebentar ke rumah sakit untuk melihat keadaan suaminya.

"Menantu Papa baru pulang dari kantor?" Sapa Zaky.

Nasya tidak tahu kalau kedua mertuanya ada di rumah sakit. Kalau tahu begini ia tidak akan pulang ke rumah.

"Iya Pah, tadi pulang sebentar ke rumah Abi. Ini dibawain makan malam, ayo kita makan bareng." Jawabnya seraya menyalami kedua mertuanya kemudian beralih mengecup punggung tangan sang suami.

"Ummi tahu aku ada di rumah sakit?" Tanya Airil pelan.

Nasya menggeleng sebagai jawaban, menyiapkan makanan di atas meja. Kemudian mengambilkan untuk suaminya.

"Kalian aja yang makan, Mama sama Papa nanti gampang makan di rumah." Ghina tersenyum melihat anak dan menantunya akur.

"Ternyata tidak seperti yang aku takutkan," gumamnya. Sempat khawatir putranya memperlakukan anak gadis orang dengan buruk.

"Ayo makan Mas," Nasya menyendokkan nasi ke mulut suaminya. Sungguh pemandangan yang begitu romantis di mata pasangan suami istri yang sedang memperhatikan.

"Besok aku cuti. Jadi bisa nemenin kamu seharian di sini Mas," Nasya memanfaatkan keadaan. Melap bibir suaminya penuh perhatian.

"Pas banget, besok pagi Airil sudah boleh pulang. Kebetulan kami nggak bisa menjemput."

"Serahkan semuanya sama aku Mah," Nasya tersenyum puas. Kembali menyuapi suaminya.

"Pagi tadi aku bilang apa? Jangan mengurusiku hidupku lagi!"

"Tenang aja, aku akan selalu menemanimu Mas." Nasya menjawab bisikan Airil dengan genit. "Pasti mau aku suapin tiap hari kan?" Godanya dengan kekehan kecil.

"Itu maumu," Airil mencubit geram pipi istrinya. Terlihat romantis, namun nyatanya pria itu sekuat tenaga memelintir pipi Nasya.

"Aww!" Nasya meringis pelan, mengusap pipinya yang terasa pedas dan panas. Namun bibirnya masih mampu menyunggingkan senyuman manis.

"Pacar kamu mana Mas, kok gak ada pas Mama Papa datang. Kan bisa dikenalin sekalian."

"Diem!!" Sentak Airil kesal.

"Jujur aja sama mereka biar kamu bisa cepat ceraikan aku," Nasya mengucapkannya dengan lapang.

"Berisik!!"

Diam-diam Ghina mendekati brankar tempat putranya terbaring. Mulai curiga ketika melihat wajah kesal putra satu-satunya itu.

"Airil, kamu beneran cubit istrimu." Geram perempuan paruh baya itu melihat pipi mulus menantunya kemerahan.

"Pipinya memang sensitif Mah, jadi sentuh dikit merah." Kilah Airil yang tertangkap basah.

"Kalau cubitnya pelan gak akan sampai merah," gerutunya. Mencontohkan dengan mencubit pelan di pipi Nasya yang satunya.

"Lihat, gak merah kan? Kamu sering menyakiti istrimu."

"Ini gak sakit kok Mah," Nasya menenangkan mama mertuanya yang marah.

"Pah, ajak Mama pulang gih. Ganggu Airil aja disini."

"Besok pagi kalian pulang ke rumah." Putus Zaky, memang sejak awal datang ke rumah sakit sudah curiga dengan gelagat putranya itu.

"Disana terlalu banyak orang, Nasya nggak suka Pah." Tolak Airil cepat.

"Suka kok, di rumah juga rame. Kita semua ngumpul. Anak-anak Kakek gak ada yang pisah rumah." Jawab Nasya yang membuat Airil melotot tajam.

"Nah, tuh Nasya suka aja, kamu mau buat alasan apalagi?" Ghina mencubit tangan putranya geram.

"Aww sakit Mah!!" Pekik Airil, tangannya sampai memerah kena cubit ibunda ratu.

"Sudah tahu sakit, kenapa menyakiti istri sendiri."

"Airil mau mandiri, gak mau rumah tangga Airil dicampuri." Ujar Airil mengembalikan ke pembicaraan sebelumnya.

"Iya gak mau dicampuri, biar bisa menyiksa istrimu dengan puas!!"

"Kami tinggal di apartemen aja boleh Mah." Bujuk Nasya, mendukung keinginan suaminya. Kalau tinggal satu kamar bisa-bisa dia tidur di sofa setiap malam. Kasihan punggungnya yang hampir memasuki usia tiga puluh ini.

"Gak boleh, dia bakalan suka menyiksa kamu. Mama sudah gak percaya lagi. Kalian gak perlu berakting sok manis lagi di depan Mama."

"Kalau sudah tahu makanya jangan maksa orang nikah." Kalau bisa berjalan leluasa, sudah pasti Airil tinggalkan tempat ini.

Nasya tidak ikut berkomentar lagi. Perdebatan ibu dan anak itu semakin sengit.

"Mungkin sebaiknya kita bercerai aja Mas," usul Nasya setelah kedua mertuanya pulang.

Perdebatan itu tetap dimenangkan oleh Airil. Sekarang ia mengerti sekeras apa hati pria yang menjadi suaminya ini.

"Kau pikir semudah itu bercerai. Keluargaku menghabiskan banyak uang untuk menjadikanmu menantu. Kau yang menerima pernikahan ini. Jadi nikmati saja konsekuensi yang harus kau terima. Aku sudah pernah mengingatkannya. Jalani hidup masing-masing, kau tidak perlu mengurusi hidupku."

Nasya berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Deal. Tapi jangan mencubit pipiku lagi, ini sakit."

"Sakit?"

Nasya mengangguk manja.

"Cup cup cup, makanya jangan suka mencari kesempatan seperti tadi." Peringat Airil menepuk-nepuk pipi istrinya pelan.

"Mumpung ada kesempatan dalam kesempitan. Waktunya istirahat, ayo tidur biar besok bisa pulang cepat." Nasya membaringkan suaminya lalu menyelimuti.

"Pulanglah, aku bisa sendiri disini."

Nasya menggeleng tidak mau, "mau disini. Siapa tahu nanti besok dicerai tiba-tiba."

"Berhenti menyebut kata cerai. Walaupun kita harus berpisah aku tidak akan menceraikanmu."

"Kenapa?"

"Cari pertanyaan yang lebih berbobot," Airil memejamkan mata. Bagaimana mau bercerai, mendengar kata itu saja ia tidak suka. Padahal pagi tadi dia sendiri yang menyuruh Nasya pergi meninggalkannya.

Nasya mengulum senyum, merebahkan kepala di sisi tempat tidur sambil memainkan tangan kiri suaminya.

Setelah Nasya tertidur Airil mengangkat tangan, mengelus-elus kepala sang istri. Sampai akhirnya ia terlelap sambil memeluk punggung Nasya.

"Airil!"

Suara teriakan itu kembali datang bersama bayangan kecelakaan kecelakaan yang membuat tubuhnya terjepit. Berteriak minta tolong namun suaranya tertahan.

"Tolooong!!" Teriaknya dengan suara tercekat.

"Mas," Nasya menepuk-nepuk tubuh suaminya yang gelisah dan bergetar.

"Mas," panggil Nasya berbisik.

Suara Nasya menyadarkan Airil dari mimpi buruknya.

"Sya," Airil menggenggam tangan Nasya kuat seperti saat dia menggenggam setir mobil.

"Mimpi buruk?" Cemas Nasya, mengusap-usap pipi suaminya lembut untuk memberikan ketenangan.

Airil mengangguk pelan, merasa lebih baik ketika melihat Nasya masih menemaninya

"Bisakah kamu putuskan pacarmu Mas, dan kita mulai hidup yang baru. Saling menerima dan saling menguatkan," pinta Nasya serius.

Airil melepas tangan yang berada dalam genggamannya. "Jangan berharap lebih, kita baru saja membuat kesepakatan."

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GREGETAN BANGET SAMA SI AIRIL, TU NASYA MSH SAJA BRHARAP, TINGGALIN KNP TU AIRIL, LO AJUIN GUGATAN PRCERAIAN DI PA..

2023-12-12

2

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KRN KALIAN TDK SERUMAH, MKANYA TDK TAU.. KELAKUAN PUTRA LO YG UDH LUMPUH BNYK TINGKAH

2023-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!