"Tenangkan dirimu, ini hanya sakit sebentar. Nanti dia akan kembali ke dalam pelukanmu setelah tugasnya selesai."
"Tidak ibu, ini menyakitkan."
Perlahan wanita berambut panjang melepaskan pelukan, melangkah perlahan mendekati meja dalam Isak tagis tangan kanannya mengambil pisau yang terletak di atas potongan buah apel.
Menempelkan pisau tajam di pergelangan tangan tepat pada urat nadinya.
Yuli panik ia tak menyangka anaknya akan berbuat nekad. Sehingga wanita paruh baya langsung berteriak meminta pertolongan.
"Tolong siapa saja tolong anakku!"
Yuli meminta pertolongan dengan di banjiri air mata.
Kevin yang mendengar keributan di kamar Renata langsung melangkah setengah berlari menuju asal suara mertuanya.
Kevin melihat Renata sedang memegang pisau dan menempelkannya di pergelangan tangannya. Pria itu menggelengkan kepala.
Apa lagi yang akan di perbuatanya! Selalu saja menyusahkan
Kevin menghampiri Renata dengan hati-hati, Pria itu menghindari kejadian yang tak terduga jika ia bertindak gegabah.
"Buang pisaunya atau aku akan menceraikan mu?"
Mendengar perkataan Kevin lelaki yang menjadi suaminya hatinya luluh, Renata menjatuhkan pisau kelantai, tubuhnya ambruk di lantai jika tidak buru-buru di tangkap oleh Kevin.
Kevin memeluk istrinya Isak tangisnya belum juga berhenti. Hatinya betul-betul luka. tapi Kevin tidak memperdulikannya.
"Batalkan pernikahnya?" Pinta Renata di sela Isak tagisnya, dengan wajah memelas menatap suaminya.
"Cobalah untuk mengerti, pernikahan itu palsu dengan nama keluarga palsu." Kevin meyakinkan Renata membingkai wajah dan menghapus buliran bening yang terus saja mengalir dari sudut matanya.
"Aku sangat takut jika nantinya kamu akan meninggalkanku?"
"Tidak, percayalah padaku ini semata-mata hanya untuk balas dendam. Lagi pula aku sama sekali tidak tertarik padanya."
Kevin meyakinkan perkataannya dan membopong tubuh Renata membawanya ke tempat tidur. Membaringkan tubuh ramping di atas ranjang, memberinya selimut tak lupa mencium kening Renata dengan lembut untuk menenangkan hati istrinya.
Setelah mematikan lampu ia menutup pintu.
Renata tampak lebih tenang dengan ucapan Kevin, Karena lelah menangis akhirnya ia pun terlelap.
Siang telah berganti malam, malam ini penuh dengan bintang. Kartika berada di beranda rumah. kepalanya mendongak memandang bintang yang berkelap-kelip, kedua tangannya di lipat di dadanya untuk menghalau rasa dingin yang menerpa tubuhnya.
Ia tak menyangka pertemuannya dengan Kevin berlanjut sampai ke tahap ini. Ia merasa jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Hatinya berbunga-bunga tiap kali berjumpa dengan Kevin Ingin rasanya berlama-lama dengan nya tak ingin berpisah.
Tapi itu tak mungkin, Kakeknya tak mengijinkan dirinya keluar rumah. Jika ingin keluar rumah Kartika harus mengendap-endap supaya tidak ketahuan kakeknya. Namun, ketika ia di pinang geraknya seakan lebih leluasa. Karena Kevin merupakan rekan bisnis Kakeknya.
Dering ponsel berbunyi dari balik saku roknya, Kartika segera mengeluarkan dan membuka ponsel yang terkunci. Satu pesan masuk dari Kevin. Wanita berambut ikal tersenyum membaca pesan di layar ponsel.
[Bisakah besok kita bertemu, di tempat biasa sambil melihat mata hari terbenam?]
Wanita berambut ikal tersenyum, jemarinya menekan huruf demi huruf di atas benda pipih untuk membalas pesan dengan hati yang berdegup tak karuan.
[Baiklah]
Balasan singkat ia kirimkan. Ponsel nya di dekap dengan kedua tangan di dadanya. Ia merasa senang orang yang paling ingin di temuinya, mengajaknya bertemu.
Sementara Kevin tersenyum melihat balasan Kartika, Entah mengapa hatinya selalu berdetak lebih cepat jika ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments