Bab 12

“Buat apa?” tanya Langit.

“Buat bahan bully-an kalian.”

Langit tertawa kecil lantas menggelengkan kepalanya. “Nggak lah,” katanya.

Matahari mengernyitkan dahinya saat Langit tertawa kecil setelah mendengar perkataannya tadi. “Kenapa malah ketawa?” tanyanya sembari menatap Langit serius.

Langit terdiam sejenak, dia balas menatap matahari matahari yang sembab. Ada luka dan bekas darah di sudut bibir gadis itu serta lebam di pipi kirinya. Namun meskipun begitu, gadis itu masih terlihat cantik di bawah cahaya lampu yang temaram.

“Lo pikir gue segabut itu sampai-sampai harus nyebarin aib lo ke orang lain?”

“Ya kali aja lo lagi gabut,” sahut Matahari.

“Lo bener-bener gak kenal siapa gue, Matahari,” lirih Langit.

Matahari yang semula melihat ke depan lantas langsung menoleh ke arah Langit sehingga pandangan mereka kembali bertubrukan dan terkunci selama beberapa detik. Tak ada yang bersuara, keduanya hanya diam bergelut dengan pikiran masing-masing.

Memang benar, selama ini Matahari tak mengenal siapa pun dan tidak mempersilakan siapa pun untuk mengenalnya. Bagi Matahari dunianya hanya Venus. Seluruh waktunya hanya dihabiskan untuk bersama Venus. Itu sangat sudah cukup membuatnya merasa nyaman dan aman. Hingga Matahari merasa tidak membutuhkan orang lain lagi dalam hidupnya.

Lamunan Matahari membuyar saat tiba-tiba saja tangan Langit menyentuh sudut bibirnya yang robek karena tamparan keras dari Hadi tadi.

“Ini pasti sangat sakit,” ucap Langit.

Matahari langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia menyentuh sudut bibirnya sendiri sembari merintih kesakitan, merasakan perih pada lukanya. Meskipun luka itu tak sesakit seperti yang dirasakan hatinya.

“Sakitnya gak seberapa kok, tenang saja.”

“Gue beli ini buat kompres luka lo,” ucap Langit sembari memperlihatkan sebuah benda untuk mengompres luka robekan di sudut bibir Matahari. “Lo mau obatin sendiri atau mau gue bantu?” tanyanya kemudian.

Langit tahu, tak seharusnya dia bertanya seperti itu. Langit bisa saja berinisiatif sendiri mengobati luka Matahari. Namun, dia tidak ingin membuat Matahari merasa tidak nyaman dan berpikir buruk tentangnya.

Biar bagaimanapun, sebelumnya Langit tidak pernah sedekat ini dengan Matahari. Akan aneh rasanya dan akan jadi terkesan seperti sedang mencuri perhatian dari gadis itu. Meskipun sebenarnya Langit sangat ingin melakukannya.

“Gue bisa sendiri,” ucap Matahari. Dia mengambil alih pengompres tersebut dari tangan Langit lalu menempelkan benda itu di sudut bibir dan juga pipinya yang lebam.

Suasana kembali hening seiring waktu yang semakin larut malam. Semilir angin semakin terasa menusuk menembus tulang sehingga membuat siapa pun akan menggigil kedinginan, termasuk Matahari.

Gadis itu sudah berusaha menahannya. Namun sialnya kondisi tubuh Matahari saat ini tak sekuat seperti sebelumnya. Apa lagi dengan ditambah goresan luka di hatinya membuat tubuh Matahari drop lagi. Sayang, Langit belum menyadari Mataharinya meredup.

“Sekarang lo mau ke mana? Balik lagi ke rumah lo atau ke tempat lain?” tanya Langit.

Matahari menoleh, menatap Langit dengan matanya yang sayu, wajahnya pun terlihat sudah sangat pucat.

“Matahari, lo—“ Langit menggantung perkataannya. Dia langsung menempelkan punggung tangannya di dahi Matahari untuk memeriksa suhu tubuh gadis itu. “Lo demam,” ucap Langit.

Langit menatap Matahari. Sialnya, dia baru menyadari bahwa sedari tadi Matahari memakai baju yang basah bekas kehujanan. Gadis itu belum sempat mengganti pakaiannya. Langit beranjak dari tempat duduknya.

“Ayo kita pergi dari sini,” ajak Langit.

“Ke mana?”

“Rumah sakit. Lo demam, Matahari.”

Matahari menggelengkan kepalanya. “Cuma demam, lo gak perlu repot-repot bawa gue ke rumah sakit,” ucapnya.

Lagi pula Matahari belum lama ini baru saja dirawat di rumah sakit. Dia tidak mau kembali lagi ke tempat itu karena merasa sudah muak mencium aroma obat-obatan yang membuat dadanya terasa sesak.

“Ck, jangan ngeyel. Lo harus diobati,” ucap Langit.

“Gue gak papa, Langit. Tapi kalau lo khawatirin gue, lo bisa bantu gue belikan obat demam di apotek sekarang.”

Langit menghela napas panjang. “Oke. Tapi lo juga harus ikut pergi. Gue gak mau lo nunggu di sini sendirian, bahaya.”

Matahari mengangguk pasrah. Dia beranjak dari duduknya mengerahkan segenap kekuatan yang masih tersisa. Gadis itu berusaha kuat meskipun tubuhnya terasa sangat lemas.

Matahari berjalan di depan Langit yang terus memerhatikan dan mengkhawatirkannya. Bahkan Langit sangat ingin menangkap Matahari ketika gadis itu oleng dan hampir terjatuh ke tanah. Namun, Langit menahan keinginannya.

Bukan tak peduli, Langit hanya berusaha menghormati Matahari yang ingin menghadapi rasa sakitnya sendiri. Meskipun pada akhirnya Langit tetap tak bisa menahan diri untuk tidak menolong gadis itu ketika melihatnya akan terjatuh lagi.

“Plis jangan tolak gue. Ijinin gue bantu lo, Matahari.”

***

Salah satu hal yang menjadi rutinitas menyenangkan bagi Venus dalam setiap harinya ialah momen ketika keluarganya berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Di momen itu mereka akan bercerita tentang hal yang seru atau cerita tentang rencana yang akan dilakukan hari ini.

“Kak, Kak Matahari kok udah gak pernah main lagi ke sini, kenapa?” tanya Nina— si bungsu, adik kandung Venus.

“Eh, iya loh. Kapan kamu ajak dia main ke rumah? Mama udah kangen sama calon mantu.” Mira—mamanya Venus ikut bertanya tentang Matahari kepada Venus.

Venus yang saat itu sedang ingin menyuapkan makanan ke mulutnya langsung berhenti. Dia menatap mama dan adiknya secara bergantian lalu tersenyum kecut.

“Aku udah putus sama Matahari.”

Mendengar itu Mira dan putri bungsunya langsung tersedak.

Venus tahu jawabannya tersebut membuat keluarganya terkejut bahkan mungkin kecewa kepadanya. Namun mau bagaimana lagi karena itulah kenyataannya sekarang.

“Kenapa bisa putus?” tanya Mira begitu batuknya sudah reda.

“Udah nggak cocok.”

“Lah? Kok bisa?” Kali ini si Bungsu Nina yang bertanya.

Semua ini memang di luar ekspektasi Venus. Dia pikir keluarganya tidak akan seheboh ini mendengar kabar dirinya putus dengan Matahari dan sekarang perhatian mereka tertuju kepadanya.

“Ya, bisalah. Sekarang aku sama Bulan,” jawab Venus.

Satu ruangan seketika menjadi hening selama beberapa saat. Mira dan putri bungsunya itu saling berpandangan satu sama lain.

“Gimana ceritanya? Kan kamu sama Bulan baru beberapa bulan kenal itu pun mama yang kenalin,” ucap Mira.

Bagaimanapun Mira sangat menyukai Matahari, bahkan dia menyayangi gadis itu sama seperti dirinya menyayangi Nina. Jadi, wajar saja jika kabar buruk ini membuatnya kaget.

“Jangan-jangan Kak Venus selingkuh dari Kak Matahari, ya?” selidik Nina.

“Gak lah. Kita memang udah putus terus ya sekarang lagi cocok sama Bulan,” jawab Venus.

Nina mendengkus. “Aku gak suka Kak Venus putus sama Kak Matahari,” ucapnya. “Kak Matahari baik banget loh, Kak. Kami udah cocok sama Kak Matahari. Dan lagi, aku gak suka sama Kak Bulan.”

“Lah, yang jalanin hubungan ini kan Kakak, bukan kamu. Yang merasakan baik buruknya juga Kakak, bukan kamu.”

“Pokoknya aku gak suka!” tegas Nina.

Mira menghentikan aktivitas makannya. Dia menghela napas panjang dan menatap Venus serius.

“Seriusan putus? Sayang loh, kalian kan udah pacaran dua tahun,” ucap Mira.

"Iya loh, Kak Venus. Apa lagi aku udah cocok banget sama Kak Matahari, dia baik orangnya." Nina ikut menimpali.

Angkasa—papanya Venus dan Nina yang sedari tadi diam mengangkat tangannya mengintrupsi. “Udah, jangan ribut. Itu urusannya Venus,” katanya. Setelah itu Angkasa menatap Venus serius. “Venus, kamu berhak mencintai siapa pun, tapi satu hal yang harus kamu ingat. Saat kamu memutuskan untuk mengambil hak kamu memilih seseorang yang kamu cintai, maka kamu juga berkewajiban untuk tidak menyakitinya.”

“Sebelum menyakiti hati wanita mana pun, kamu harus ingat mama dan adikmu. Tentunya kamu pasti gak mau kan mereka disakiti?” ucap Angkasa lagi.

“Iya, Pa.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!