BERTUKAR JIWA

Jiwa Line menatap tubuh yang memantul di cermin. Jiwa itu nyaris pingsan melihat perubahan tubuhnya.

"Kenapa? Siapa aku?" tanyanya bodoh tentu dengan suara pria.

Line cukup terkejut dengan apa yang menggantung di bawah. Ia merasa jijik.

"Kamu siapa!" pekiknya pada diri sendiri.

Jiwa Line mulai mengingat wajah yang ia tempati. Gadis itu sangat mengenali rupa sosok yang sangat menyebalkan.

"Pria mesum itu!" umpatnya.

Akhirnya Line menyadarkan tubuh dan otaknya sesuai dengan jiwanya. Ia memakai pakaian terbaik. Tentu saja di sana banyak outfit dengan branded ternama.

Jiwa Line tentu mengerti mode. Gadis itu adalah anak orang kaya tadinya. Hanya saja ia keluar dari rumah karena tak sudi tinggal bersama ayah yang mengkhianati ibunya.

Mark keluar dari kamarnya. Beberapa maid berpakaian seksi nampak mengerling genit padanya.

Jiwa Line langsung sinis pada tubuh yang ia tempati sekarang.

"Cis ... dasar mesum!" umpatnya.

Mark tak menggubris para maid. Pria itu turun, lalu melihat sepasang orang tua. Jiwa Line langsung menerka jika itu adalah ayah dan ibu dari tubuh yang ia tempati.

"Morning Mom, Dad!" sapanya.

Maria dan Marcus menatap putranya. Seakan tak percaya, mereka berkali-kali mengucek mata dan melihat benda bulat di pergelangan tangan kiri mereka.

"Sayang ... kau sudah bangun?" tanya Maria bodoh.

Line mentertawai tubuh yang ia tempati. Ia sangat yakin jika sosok yang sekarang bertukar jiwa dengannya itu sangat manja.

"Iya Mom. Apa aku tak boleh bangun pagi?" tanya Mark santai.

Pria itu duduk di sebelah ibunya. Maria langsung menyuruh maid menyiapkan piring untuk putranya.

"Ambilkan piring!"

"Ini Tuan," ujar salah satu maid meletakan piring dan peralatan lainnya.

"Terima kasih!" ujar Mark yang lagi-lagi membuat Maria dan Marcus kaget, begitu juga maid.

"Astaga sayang .. ayo kau mau apa?" tanya Maria.

Maria mengoleskan roti dengan selai nanas kesukaan anak laki-laki kesayangannya itu.

"Thanks mom!" sahut Mark ketika roti diberikan padanya.

"Anytime dear," sahut Maria dengan mata haru.

Marcus masih mode bengong. Ia benar-benar tak percaya dengan perubahan sikap sang putra.

"Oh ya sayang. Daddymu telah memberikan perusahaan baru sesuai yang kau inginkan," perkataan Maria membuat Mark tersedak.

Jiwa Line tentu kaget mendengar perkataan enteng wanita yang melahirkan tubuh yang ia tempati ini.

"Sayang, kau kenapa?" tanya Maria khawatir lalu buru-buru memberi air minum dan menggosok punggung anak kesayangannya itu.

"It's oke Mom. Thanks!' ujar Mark setelah menenangkan dirinya.

"Jadi apa.kau sudah mempersiapkan apa yang akan kau kerjakan pada perusahaan itu?" tanya Marcus.

"Aku mau lihat dulu perusahaannya Dad!" jawab Mark.

"Baiklah aku sudah selesai. Itu Paul telah menunggumu!" ujar Marcus sambil menunjuk kedatangan Paul.

Mark mengangguk, ia juga telah selesai sarapan. Pria itu berdiri dan membenahi pakaiannya.

"Mom, boleh nanti siang bawakan aku makanan?" pinta Mark yang lagi-lagi mengejutkan Maria.

"Mom?" panggil Mark lagi karena sang ibu tak menjawabnya.

"Tentu ... tentu sayang! Mommy akan buatkan pasta kesukaanmu!" sahut Maria antusias.

Mark tersenyum lalu memberikan kecupan ringan di kening ibunya. Ia pun pergi bersama ajudannya yang juga terbengong-bengong melihat tingkahnya.

"Nyonya!" pekik beberapa maid yang melihat majikannya menekan dada.

"Helen, apa itu putraku?" tanya Maria dengan genangan air di matanya.

"Iya nyonya, dia putramu," jawab sang maid juga terharu.

Sementara di tempat lain. Sosok gadis menggeliat dan menggaruk beberapa bagian tubuhnya.

"Eh?"

Gadis itu terkejut ketika ia menggaruk bagian dada.

"Kok menonjol dan perih ya?" tanyanya dalam hati.

"Hoaaamm!!"

Gadis itu bangun sambil menguap lebar. Matanya mengerjap melihat sekeliling, tubuhnya merasa ringan karena tidur sempurna.

Untuk sesaat ia masih melihat sekelilingnya. Karena kantung kemihnya penuh, ia pun buru-buru masuk kamar mandi.

Namun ia sangat terkejut ketika ingin mengeluarkan senjatanya.

"Aahhh mana burungku!" teriaknya

Tak terasa ia pun pipis sambil berdiri hingga membasahi semua pakaian bawahnya.

"Ah ... sial!" umpatnya.

Mark membuka semua kain yang membungkus di tubuhnya. Ia cukup terkejut. Menatap seluruh tubuh tanpa busana.

"Apa ... apa ini?"

Jiwa Mark yang berada pada tubuh yang sama sekali tak ia kenali.

Mark menatap kaca di depannya. Tubuh dengan lekuk yang indah. Dada yang membusung tidak terlalu besar atau terlalu kecil.

"Indah sekali?!" pujinya.

Jiwa Mark yang memang menyukai keindahan tubuh wanita, menikmati apa yang tersaji di depannya.

Rambut pendek pirang dan mata besar beriris hijau. Jiwa Mark mengenali sosok wajah ini.

"Tidak ... itu tidak mungkin!" gelengnya tak percaya.

Jiwa Mark yang kuat langsung menguasai tubuh yang ia tempati. Otak genius Line sangat cepat beradaptasi.

"Oh astaga!" gelengnya lagi tak percaya.

"Kau punya tubuh seindah ini tapi kau bungkus rapat dengan pakaian longgar?" Mark berdecih pada tubuh.

"Baiklah gadis ... selama ini kau harus mengikuti caraku!" kekehnya tersenyum mesum.

Usai mandi, Mark yang tak mengenali tubuhnya menatap semua isi kamar.

"Rapi dan banyak buku,"

Ia mengangguk puas. Rupanya sang tubuh berotak cerdas. Mark mencari tahu siapa nama tubuh ini.

Mengambil dompet dan memeriksa identitas kartu.

"Roseline Elizabeth Robertson!" bacanya.

Tiba-tiba rentetan peristiwa melintas di otaknya. Mark tercenung, ia merasakan gemuruh dan kemarahan pada dirinya.

Kilasan pengkhianatan sang ayah juga kekasih yang bercinta dengan sahabatnya sendiri membuat jiwa Mark ikut muak melihatnya.

"Aku memang Casanova. Tapi aku paling tidak suka pengkhianatan!" ujarnya pelan.

Mark membuka lemari. Semua pakaian berwarna senada, gelap dan berukuran besar.

"Kau melindungi dirimu dari semuanya. Itu salah sayang," ujarnya lalu mengambil pakaian yang sedikit berukuran kecil dan juga celana jeans.

Usai memakai pakaian, Line menyisir rambutnya yang hanya sekuping.

"Aku akan memanjangkan rambutmu sayang. Kau akan terlihat luar biasa jika cantik dan anggun. Kau harus beli sesuatu dari uang ayahmu!" ujarnya bermonolog.

Sementara di tempat lain. Mark sedikit gelisah. Jiwa Line takut jika jiwa Mark merusak apa yang telah ia jalani selama satu tahun kemarin.

"Jangan buat aku seperti wanita murahan di luaran sana Mark!" gumamnya dalam hati.

Sementara itu Line yang berjiwa Mark tengah berjalan di sebuah butik dan membeli beberapa dress cantik dengan kartu hitam milik sang gadis.

"Aku tau kau pasti marah. Tapi ini pelajaran bagi perempuan yang merebut ayahmu sayang. Kau tak boleh memberinya sedikitpun peluang untuk menguasai hartamu!" lanjutnya lalu memakai kacamata hitam.

Sedang di sebuah hunian besar. Tampak seorang wanita geram mendapat laporan.

"Jadi setelah satu tahun baru kali ini dia memakai kartu hitam itu!?"

"Benar nyonya!' ujar sang pelapor.

"Kau boleh pergi!' usir sang perempuan.

Pria itu membungkuk hormat. Satu tahun berlalu dan ia belum juga hamil.

"Aku harus mengandung anak laki-laki. Jadi semua harta Edric jadi milikku!" tekadnya dalam hati.

Bersambung.

Eng ... Ing ... eng!

next?

Terpopuler

Comments

🌸 Yowu-Kim 🌸

🌸 Yowu-Kim 🌸

Asikkk seru nih

2024-03-30

1

🌸 Yowu-Kim 🌸

🌸 Yowu-Kim 🌸

Udah lenyap bang. Raib udh itu 🤣🤣

2024-03-30

1

🌸 Yowu-Kim 🌸

🌸 Yowu-Kim 🌸

Oamygaatt

2024-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!