Mark mengendarai mobil mewahnya. Kendaraan itu berhenti di sebuah klub malam.
Pria itu memang sangat menyukai hingar bingar. Mark melepas kacamatanya. Iris birunya menembus pandangan siapapun yang menatapnya.
Ia akan sedikit menyunggingkan senyumnya hingga para wanita histeris dan mulai mengikutinya.
"Hai tampan ... apa aku bisa menemanimu?" tanya seseorang wanita menawarkan diri.
Walau penyuka wanita, Mark sangat pemilih. Dirinya tak mau jika bercumbu dengan penjaja cinta atau sejenisnya. Ia lebih suka jika gadis itu adalah wanita baik-baik.
"Kau tampan sekali!" puji wanita tadi hendak menyentuh lengannya.
Mark menepis tangan itu dengan mengibaskan tangannya sendiri. Ia menepis-nepis lengan jasnya seakan-akan membersihkannya dari debu.
"Ish ... menyebalkan sekali!" gerutu wanita bertubuh seksi itu ketika Mark melewatinya.
Sampai pada ruang penuh dengan asap. Beberapa pelayan membungkuk hormat pada pria itu.
Di tengah-tengah ruangan banyak alat-alat untuk berjudi. Seperti rolet, kartu dan slot.
Satu-satunya bisnis Mark yang berhasil. Di paling ujung dua penari tiang meliuk-liuk kan tubuhnya yang hanya berbalut kain tipis.
Banyak pria hidung belang menikmati pertunjukan itu. Tak sedikit wanita juga menontonnya.
"Tuan, selamat datang ...."
Mark mengangkat tangan dan menghentikan pria yang hendak berbicara padanya.
Mark terus berjalan menuju ruangannya. Di sana ia mengawasi semua melalui monitor kamera pengintai.
"Nona Broks ...."
"Biarkan dia bersenang-senang Paul!" potong Mark.
"Biar dia bersenang-senang, lalu kuras uangnya perlahan-lahan!' lanjutnya lirih dengan seringai sadis.
Angela Broks adalah kekasih yang kesekian Mark. Bisa dibilang wanita itu yang menganggap Mark kekasihnya. Tetapi bagi Mark Angela hanya komoditas pemuas nafsunya saja.
"Sayang!" teriak wanita itu tak lama kemudian.
Angela kalah telak. Setelah tiga hari memenangkan judi sampai dua digit. Kini ia menelan kekalahan melebihi kemenangannya.
Mark mengusir Paul, asistennya. Paul membungkuk hormat dan pergi kemudian menutup pintu.
"Ada Angela!?" tanya Mark pura-pura tak tahu.
"Aku kalah!" rengek Angela lalu duduk di pangkuan pria yang ia klaim sebagai kekasihnya.
"Puaskan aku sayang," pinta Mark.
Dengan cepat Angela melakukan apa yang diminta pria tampan itu.
Sementara di tempat lain, Line nampak menghela napas. Ia baru saja selesai bekerja paruh waktu.
"Thanks Matilda!" seru gadis itu ketika pulang dari toko kue milik seorang kebangsaan Afrika-Amerika.
"Iya sayang, hati-hati!" teriak wanita berkulit eksotik itu.
Matilda mengenakan penutup kepala yang dililitkan. Khas wanita Afrika. Ia tersenyum puas dengan kinerja sang gadis dalam mengolah kue buatannya.
Line atau Rose berjalan melewati lorong sepi. Tak ada yang berani menyentuhnya karena preman di sana segan padanya.
"Nona ... aku antar ya!' tawar Rudolph salah satu preman berkulit gelap.
"Thanks, tapi tak usah Rud!" tolak Line tegas.
"Ah ... baiklah!" ujar Rudolph kecewa.
"Ini, kau bagikan untuk yang lain juga ya!" ujar Line menyerahkan satu paper bag berisi banyak roti pada pria itu.
"Ah ... kau sangat paham sekali Nona!" kekeh Rudolph yang memang lapar.
"Apa kau juga ada?" tanyanya dan Line menunjukkan paper bag satunya lagi.
Gadis itu melambaikan tangan pada preman lain di sana. Salah satu tangan ketuanya masih digips, dan itu hasil ulah Line atau Rose.
Hanya butuh satu kali naik bus umum. Rose sudah turun dan sampai pada kediaman kecilnya.
Gadis itu masuk, seekor kucing melompat ketika ia masuk dan langsung dalam gendongan gadis itu.
"Hai Mark ... how are you? Are you hungry?" tanyanya pada sang kucing.
"Meong!"
Mark sang kucing oranye tentu tak akan lapar. Tempat nasinya bisa terisi secara otomatis begitu juga air minumnya.
Setelah bermain sebentar dengan Mark. Rose pun membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, gadis itu melihat kertas selembar. Besok ia harus berpergian menuju tempat wisata bersama teman-teman kuliahnya.
Rose tetap punya banyak teman. Tapi gadis itu tak mau lagi memiliki sahabat, is sedikit trauma. Padahal banyak teman yang benar-benar tulus padanya.
"Aku harus panggil Sofia untuk mengurus Mark lagi besok seharian," gumamnya pelan.
Rose atau Line adalah gadis genius. Ia tak kepayahan mencari uang. Banyak karya yang bisa ia jual dan memenuhi pundi-pundi rekeningnya.
Walau sang ayah tak pernah memblokir kartu unlimited-nya. Tapi gadis itu tak pernah sekalipun menggesek kartu hitam itu.
"Meong!" Mark naik ke ranjang Line.
"Meong!" teriak anabul menggemaskan itu memerintahkan sang gadis untuk segera beristirahat.
"Baiklah Mark!" sahut Rose atau Line tersenyum.
Ia merebahkan diri sambil menarik selimut. Mark langsung masuk dan bergelung di sisi sang gadis.
Tak lama hewan lucu itu mengeluarkan dengkuran khas yang membuat nyaman siapa saja. Rose pun terlelap tak lama kemudian..
Pagi menjelang, Mark terbangun dengan telanjang dada. Ia menggeliat, seluruh tubuhnya sedikit kaku.
"Astaga perempuan itu benar-benar maniak!" gumamnya mengingat aksi liar Angela tadi malam.
Pria itu melepas celana piyamanya. Berjalan bugil ke kamar mandi dan membasuh seluruh tubuhnya.
Angela kembali tak berhasil membuat pria itu melakukan penetrasi. Mark menatap senjatanya yang besar.
"Kau hebat sekali!" pujinya dengan seringai menyebalkan.
Setelah mandi dan berpakaian. Pria itu menyambar dompet.
Prak! Sebuah proposal jatuh dari meja. Pria itu menoleh, tadinya Mark tak mau ambil pusing.
Namun ia melihat satu gambar yang terselip dan itu menarik perhatiannya.
"Apa ini?" tanyanya pada diri sendiri.
Foto menunjukkan keindahan alam yang luar biasa. Mark sedikit tertegun melihat pemandangan itu.
"Proposal apa yang menawarkan tempat seindah ini?" tanyanya lagi.
Mark membaca proposal untuk pertama kalinya. Mimiknya pun begitu serius menelusuri kata demi kata.
"Pembuatan villa penginapan?" Mark mulai tertarik.
"Aku coba ke sana dan melihatnya sendiri!" lanjutnya lalu menyambar kunci mobil.
Sementara di tempat lain, rombongan mahasiswa dan mahasiswi turun dari bus yang mereka tumpangi.
Line atau Rose turun dan membenahi kacamata tebalnya. Gadis itu langsung bisa menikmati alam.
"Aku dengar, di sini ada situs kuno yang terletak di tengah hutan," ujar salah satu gadis.
"Katanya jika kita bicara sembarangan di sana maka kita akan dapat sialnya!" lanjutnya berapi-api.
"Ah ... aku tak percaya!" sahut lainnya.
Rose tak peduli yang lain jika ia merasa nyaman. Bahkan peringatan dari petugas wisata gadis itu tak mendengar sama sekali.
Di tempat lain, Mark menghentikan mobil besarnya. Ia turun dan memakai kacamata hitamnya.
"Ah ... segar sekali!" ujarnya lalu merentangkan tangan dan menghirup rakus udara di sekitarnya.
Ia pun berjalan menyusuri jalan setapak. Pria itu menuju satu rumah besar di sana.
"Halo apa ada orang?"
Tak ada satu jawaban. Rumah tampak kosong. Mark memindai tempat itu dan memilih mengelilingi lokasi.
Rose berjalan mendaki jalanan yang sedikit naik. Gadis itu adalah pemegang sabuk hitam taekwondo.
Tak terasa ia berpisah dari rombongan. Gadis itu terus berjalan dengan menatap pemandangan hingga.
Bruk! Dua tubuh bertubrukan. Mark menatap manik hijau yang ada di bawah dagunya.
"Hai cantik!" sapanya menggoda.
Mark 9 bulan.
Bersambung.
Eh ...
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
asep
ibuuu
2023-06-16
1
Anita Barus
nama kuuccing Rossa sama dengan si ganteng Mark
2023-06-16
1
@༄𝑓𝑠𝑝⍟MAYA
meong
2023-06-15
1