"Jangan katakan ini situs kuno?" ujar Line pelan.
Mark yang merasa kakinya lebih nyaman, memilih berdiri dan mendekati sang gadis. Line tak menggubris sama sekali pria yang selalu ingin mengganggunya.
Matanya hanya terfokus pada susunan batu berbentuk pintu dengan pahatan dan sepertinya pahatan itu diberi pewarna hanya saja sudah pudar.
"Apa ini mantra?" tanyanya ketika meraba relief yang tercetak di batu.
"Hei ... ini sudah sore! Apa kau tidak mau pulang?" sentak Mark mulai kesal.
"Tunggu, aku sedang membaca ini?" seru Line menjawab.
Mark kesal, sebenarnya ia bisa saja meninggalkan gadis itu dengan rasa penasarannya. Ia merogoh saku.
"Ponselku!" teriaknya.
Line menoleh padanya, namun sejurus kemudian tak peduli. Gadis itu masih meraba bentuk relief yang tercetak.
Mark memilih mencari keberadaan benda pipih canggihnya. Ia yakin ponsel mahalnya itu terjatuh di mana ia terperosok tadi.
"Ah ... Paul!" teriaknya kesal karena tak menemukan ponselnya.
Line telah selesai meraba mantra yang tertulis di batu yang disusun seperti pintu.
"Apa aku akan masuk ke dunia lain jika melewati batu pintu itu?" tanyanya sendiri.
Gadis itu melangkahkan kaki, ia benar-benar tak peduli dengan Mark yang marah-marah tak jelas.
"Xixixixi! Bodoh sekali kau Roseline!" kikiknya menyindir diri sendiri.
Rupanya gadis itu benar-benar melangkah melewati batu yang disusun seperti pintu.
"Kau memang bodoh!" umpat Mark membenarkan perkataan Line pada dirinya sendiri.
"Eh ... apa kau bilang?" desis Line tak terima.
Gadis itu mendekati pria tampan yang menatapnya marah.
"Siapa yang mengejarku tadi?" lanjutnya membalik pertanyaan sambil menatap Mark sinis.
"Siapa yang menyuruhmu lari?" sahut Mark membesarkan matanya.
"Siapa yang menggodaku tadi?" sahut Line kembali mencibir Mark.
"Kau hanya ingin menarik perhatianku kan. Well, kau berhasil. Tapi kita di sini terjebak dan itu karena ulahmu!" ujar Mark menyalahkan sang gadis.
"Oh ... sorry Tuan. Kau lebih dulu menggodaku, aku sudah menghindar. Tetapi kau malah mengikutiku!" sungut Line tak mau kalah.
"Aku yakin jika kau adalah pria hidung belang yang hanya suka senang-senang belaka!" tuduh Line menatap Mark dari kepala sampai kakinya.
"Oh ... come on girl! Ini jaman apa kau mengharapkan pria baik-baik jika ia sudah sukses?" sahut Mark menyeringai.
"Bahkan perempuan sepertimu hanya mengandalkan kecantikan tanpa ada ini!" lanjutnya sambil menunjuk-nunjuk kepala Line.
"Sembarangan kau!" sentak Line tak terima.
"Aku berani sumpah. Jika aku laki-laki, aku jauh lebih baik dari laki-laki yang sebenarnya!" sesumbar Line.
"Jika aku jadi kau. Maka aku akan membuatmu jadi gadis paling liar yang pernah ada!" sinis Mark tak mau kalah.
"Cih ... aku yakin, kau tak akan bisa jadi wanita barang sehari saja!" ledek Line meremehkan pria di depannya.
"Oh ... memang apa kerjanya wanita selain bersolek?" sindir Mark sangat yakin.
"Kalian hanya mengincar uang para pria. Berlaga menjadi yang tertindas agar dikasihani ...."
"Kau terlalu banyak baca novel Tuan!" semprot Line memotong perkataan Mark.
"Dan kau laki-laki macam seperti kau itu adalah laki-laki yang tak bisa setia. Kau seorang pengecut yang bersembunyi di balik ketampanan mu. Tanpa harta dari ayah dan ibumu. Kau bukan siapa-siapa!" ledek Line sakras pada Mark.
"Kau perempuan hanya bisa mengandalkan tubuh kalian yang palsu. Cinta suci itu tak ada Nona ... ini bukan kisah Cinderella!" sahut Mark mulai kesal.
Dua mata saling tatap. Keduanya tak ada yang mau mengalah. Mereka menyalakan listrik permusuhan.
Line mengingat jelas pengkhianatan sang kekasih dan juga ayah kandungnya sendiri.
"Kau pria cecunguk yang tak punya otak! Hanya bisa mempermainkan wanita yang tulus mencintai!' desisnya.
"Kau hanya wanita penipu. Tujuanmu hanya uang dan uang," sahut Mark.
"Katakanlah sayang, kau mau berapa. Aku bisa membayar seluruh hidupmu ...."
Bug! Terdengar pekik kesakitan Mark karena Line menyikut pusaka berharganya dengan lutut.
"Masa depanku!" pekiknya sambil memegangi bagian bawahnya.
"Kau!" kilatan marah tertuju pada Line.
Gadis itu merasa sedikit bersalah. Tetapi tuduhan Mark membuatnya marah. Maka ia mengabaikan kesakitan pria itu.
Sementara di tempat lain. Rombongan para penyelamat berdatangan. Marcus menyuruh tim SAR mencari keberadaan putranya.
Hari makin larut dan sudah mulai gelap. Jalanan tak mampu diterangi oleh cahaya apapun karena hutan sangat rimbun dan udara dingin yang menusuk.
"Maaf Tuan, kami tak bisa mencari keberadaan keduanya. Ada badai salju menerjang di bagian selatan hutan. Kami tentu tak bisa membahayakan tim!" ujar kepala regu penyelamat.
"Aku tak peduli!" teriak Maria.
"Kau harus mencari putraku sampai ketemu!" lanjutnya histeris.
"Ryn bawa nyonyamu!" suruh Marcus yang menenangkan istrinya.
Ryn mengambil alih majikannya. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu sangat sigap dan setia pada pekerjaannya.
Sementara di tempat situs. Sepasang manusia tak merasakan apapun. Line memilih mencari cara agar keberadaan mereka dapat terendus oleh orang lain.
"Ah ada cahaya matahari masuk?" ujar gadis itu ketika satu sinar masuk di area mereka berdiri.
Line mengambil cermin. Gadis itu memantulkan cahaya berkali-kali ke sembarangan arah.
Beberapa orang yang tengah mencari dan hendak pulang melihat ada kilatan cahaya di bawah bukit.
"Hei ... cahaya apa itu?" tanya salah satu pria berompi dan berhelm.
"Arah sana!" tunjuk pria itu pada suatu tempat.
"Ayo ke sana, sebelum cahaya itu hilang!" teriak salah satu lagi memberi perintah.
Empat orang tim penyelamat dari petugas hutan gegas bergerak ke arah cahaya.
Sampai mereka di bibir bukit, salah satu di antaranya berteriak.
"Hei ada orang di sana!"
Semua menunggu dalam hening. Sedang di bawah bukit, Line mendengar gaungan gema.
"Ah ... mereka jauh sekali!" keluh gadis itu.
Line memutar kepala mencari sesuatu agar semua orang di atas sana yakin jika ada orang yang terjebak di sini.
Line melihat ada sebuah kerang. Gadis itu gegas mengambilnya. Ia memperhatikan benda itu.
"Hei ... lakukan sesuatu bodoh!" teriak Mark marah ia merasa perutnya sudah lapar.
Line tak menggubris sama sekali pria yang bersamanya. Gadis itu lebih banyak bertindak dibanding bicara melantur.
Line meniupkan kerang itu. Dan terdengar suara keras dari benda itu.
Tak lama, tempat Line sudah penuh dengan orang-orang petugas penyelamat. Tim SAR datang lima menit setelah tim evakuasi dari pihak wisata menemukan Line dan Mark.
Sebuah helikopter dengan cap perusahaan mendarat tak jau dari sana. Mark menaikinya dan kendaraan terbang itu melayang. Sedang Line bersama tim evakuasi wisata.
Sampai hunian mereka masing. Mark dan Line langsung terlelap di kasur mereka. Tubuh mereka sudah kelelahan hingga tak lagi merasakan lapar.
Pagi menjelang, di sebuah ruangan Line bangun. Gadis itu merasakan tidur berkualitas. Ia merentangkan kedua tangannya ke atas.
Line memilih ke kamar mandi dengan mata terpejam. Hingga satu menit kemudian.
"Aaaarrrggghhh!" teriaknya kaget setengah mati.
"Apa ini?"
bersambung.
Wah ... kenapa tuh?
dukung karya othor ya makasih
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
ꪶꫝMeitha.V.Aꪶꫝ
Sepertinya mereka bertukar raga, merasakan sumpah serapah mereka. Dibilang jangan berucap yang gak2 disana apalagi sumpah serapah rasain tuh, kocak pasti 🤭🤭🤭
2023-06-22
2
ꪶꫝ🥀⃞oktavia ariani🔮S⃟M•
sdah mulai bertukar tubuh
2023-06-18
1
Anita Barus
line kenapa teriak ada yg mengerikan kah
2023-06-17
1