Elvaroz mengemudikan mobilnya tak tentu arah, dia hanya berjalan menyusuri jalanan sepi dan tidak tahu itu kemana. Yang jelas dia sendiri tidak tahu akan kemana sebenarnya pada malam menjelang pagi ini.
"Sial!! Kenapa harus habis bensin sekarang" ucap Elvaroz yang memukul stir mobilnya lumayan kencang, saat mobilnya berhenti karena kehabisan bahan bakar.
"Ini dimana lagi? Kenapa jalanan nya terasa asing?" tanya Elvaroz yang menatap kearah jalan yang sepi dan juga gelap.
"Apa gue nyasar? Yang benar saja, seorang Elvaroz Malik Tomlinson anak pengusaha terkenal nyasar" gumamnya yang menatap sekeliling nya hanya persawahan dan tidak ada rumah, apa lagi hotel.
"Tapi ini dimana sih" gumamnya lagi sambil menatap ponselnya dan dia melihat jika tidak ada jaringan diponselnya, apa lagi internet. Tidak ada sama sekali.
"Pukul empat? Berarti gue berkendara selama tiga jam dan gue tak tentu arah" dia benar-benar sangat bingung harus bagaimana. Terpaksa jika dia harus tidur dulu didalam mobilnya untuk menunggu orang yang lewat jalan itu.
.
Sedangkan didalam rumah semua orang heboh, karena mencari keberadaan Elvaroz yang tidak ada dikamarnya dan juga ponselnya tidak aktif.
"Kamu tahu kemana Varo pergi Rez?" tanya Zahiya yang menatap kearah Alvarez yang hanya mengedikan bahunya saja.
"Apa kamu sudah mengerahkan anggota kita Rez? Mimi takut jika dia bertindak nekad, kamu tahu sendiri bukan dia itu seperti apa? Mimi tidak mau jika obsesinya terhadap sesuatu muncul kembali. Itu bisa berbahaya untuk dirinya sendiri, Rez kamu segera cari dia" ucap Zahiya yang sudah sangat panik jika menyangkut dengan putranya yang satu ini.
"Iya Mi, aku sudah memerintahkan Leonard untuk mengerahkan seluruh anggota untuk mencari anak nakal itu. Sudah tahu sedang sakit masih saja keluyuran tidak jelas" gerutu Alvarez yang beranjak dari duduknya menuju kamar, karena Zahiya semakin berumur akan semakin banyak bicara. Membuat telinganya sakit.
"Mi, Mimi tenanglah, Varo pasti baik-baik saja. Dia sudah dewasa dan pintar, tidak mungkin dia kenapa-kenapa" ucap Alvaraz yang duduk disamping Zahiya yang hanya menghela nafasnya.
"Iya Mi, yang dikatakan oleh bang Varaz benar, Mimi harus berfikir positive saja. Dia pasti baik-baik saja" ucap Alvariz yang juga menenangkan Zahiya yang mengangguk.
"Tapi Mi, jika bang Varo tidak ada sama saja bukan? Ada atau tidak ada, karena dia itu selalu membuat suasana menjadi tegang. Tapi aku merasa khawatir dan kehilangan juga tidak ada teman berdebat, huh" ucap Elvaruz yang malah mendapatkan lemparan bantal dari Alvariz dan Alvaraz. Kedua kakak kembarnya yang memang sama-sama konyol, jika sudah bersama-sama seperti sekarang.
"Eh bambank, sakit tahu. Jangan karena kalian lebih tua beberapa menit dariku, kalian seenaknya ya ngebully gue" ucap Elvaruz yang memanyunkan bibirnya hingga seperti akan menyentuh lantai.
"Ini bibir, mau gue iket pake karet?" ucap Alvariz yang mencomot bibir Elvaruz.
"Enak saja, bibir gue yang ada makin sexy" ucap Elvaruz menepuk tangan Alvariz yang sedang memegang bibirnya.
"Biar saja, mungkin akan lucu jika bibir loe jadi membleh. Hahaha" ucap Alvaraz yang ikut menimpali dan mereka berdua tertawa.
Membuat Zahiya bisa ikut lebih tenang juga dengan tingkah ketiga anak-anaknya. Dia memang merasa sedikit terhibur oleh tingkah mereka, tiba-tiba Alvarez datang dan mereka bertiga semakin bersemangat membuly Elvaruz yang akan menangis, walau dia sudah dewasa dan diantara keempat saudara kembar itu sibungsu yang cengeng dan akan mudah menangis jika melihat sesuatu yang membuatnya sedih.
Mereka masih terus bersama hingga mereka dipanggil untuk sarapan bersama sebelum melakukan aktifitasnya masing-masing. Dan mereka membahas Elvaroz lagi, membuat Zahiya sedih kembali dengan memperlihatkan wajah dingin nya.
.
Sedangkan ditempat lain, dimana Elvaroz sudah terbangun karena sinar matahari senerangi mobilnya dan dia terpaksa bangun karena terganggu. Apa lagi banyak orang-orang yang sedang berkerumun didepan mobilnya dan bahkan ada yang menyentuh mobilnya sangat pelan.
"Sudah siang rupanya. Sekalian saja gue tanya orang-orang itu" gumam Elvaroz yang segera mengunyah permen supaya tidak perlu gosok gigi disaat sedang urgent seperti sekarang.
Dia juga membersihakan wajahnya menggunakan tisu basah, jadi dia lebih segar dan tidak kucel seperti habis bangun tidur. Untungnya kaca mobilnya gelap, jadi yang diluar tidak bisa melihatnya sedang apa didalam mobil.
Saat Elvaroz membuka pintu mobilnya. Semua orang yang ada disana menyingkir dari mobilnya dan menatap aneh pada Elvaroz yang terlihat sangat tinggi dan juga sangat berbeda dari orang-orang disana.
"Maaf Pak, ini dimana ya?" tanya Elvaroz yang menatap kearah orang-orang yang sedang saling berbisik dan entah membicarakan apa.
"Aden ini teh dari mana? Kenapa bisa sampai disini?" tanya salah seorang yang ada disana.
"Saya dari kota J Pak, ini dimana ya? Kenapa begitu asing dimata saya?" tanya Elvaroz yang menatap kearah Bapak-Bapak didepan nya.
"Waduh den, ini teh sangat jauh dari kota yang aden sebutkan tadi. Ini mah didesa den, lebih tepatnya kampung malah. Apa aden kesasar kemari?" tanya Bapak yang sejak tadi bertanya pada Elvaroz.
"Sepertinya iya Pak, karena saya membawa mobil kemari sejak semalam dan mobil saya kehabisan bahan bakar. Apa disini ada yang jual bahan bakar?" tanya Elvaroz setelah menjawab pertanyaan dari Bapak didepan nya.
"Ada den, tapi sangat jauh dari sini. Lebih tepatnya adalah didesa kami, apa aden mau berjalan kaki menuju dengan kami menuju desa kami yang masih sangat jauh?" tanya Bapak tadi yang melihat Elvaroz yang mungkin tidak biasa berjalan jauh.
"Tentu saja mau Pak, jika tidak merepotkan Bapak" jawab Elvaroz yang mengangguk setuju akan ajakan dari Bapak tersebut.
"Hayu atuh den" ucapnya yang membuat Elvaroz mengernyitkan keningnya bingung, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Bapak tersebut.
"Kenapa den? Apa ada yang tertinggal?" tanya Bapak tersebut yang melihat kearah Elvaroz sambil mendongak, karena terlalu tinggi menurut mereka.
"Tidak ada Pak, tapi apa Bapak tidak sibuk? Bukankah Bapak akan kesawah?" tanya Elvaroz yang menatap semua Bapak-Bapak itu malah bubar setelah mereka tahu, jika pemuda itu sedang meminta bantuan dari mereka.
"Tidak den, justru kami ini mau pulang. Karena sudah siang ini teh" jawab Bapak tersebut yang mengajak Elvaroz berjalan kaki menuju desanya.
"Aden ini bukan asli orang negara ini ya? Sepertinya aden ini orang bule" tanya Bapak tersebut yang bertanya sambil terus berjalan disamping Elvaroz.
"Saya asli warga negara ini Pak, mungkin karena ada turunan dari sananya yang bisa membuat saya seperti sekarang" jawab Elvaroz yang merasa heran dengan tatapan semua orang yang mereka lewati.
Tapi Elvaroz hanya cuek dan terus berjalan, apa lagi dia masih menggunakan hoodie dan menutup kepalanya menggunakan kapucon yang ada pada hoodie nya. Tidak lupa dia menggunakan maskernya.
"Oh, jadi kedua orang tua aden ini orang asli negara ini? Saya kira blasteran, karena tinggi badan dan kulit putih aden yang membuat kami salah mengira. Maaf ya den, jalan disini memang masih belum bagus. Mungkin jika mobil aden dibawa kemari akan rusak" ucap Bapak tersebut yang terus mengajak nya berbicara sambil berjalan dan tidak terasa sudah sampai didepan penjual bahan bakar.
"Ini tempatnya den, disini hanya ada ini saja. Jika ingin yang lebih besar jauh lagi tempatnya den" jelas Bapak tersebut yang menunjuk kearah penjual bahan bakar yang ada didepan mereka berdua.
"Mang Asep, eta teh saha?" tanya penjual bensin.
(Mang Asep, itu siapa?)
"Ieu teh orang kota neng, mobilna mogok ceunah, makana mamang ajakan badeu meuseur bensin kadieu" jawab Bapak yang dipanggil mang Asep oleh penual bensin tersebut.
(Ini itu orang kota neng, mobilnya mogok katanya, makanya paman bawa kemari mau beli bensin kesini).
"Oh, mangga atuh sok. Badeu meuseur baraha leteur?" tanya penualnya yang membuat Elvaroz hanya bisa diam dan tidak mengerti akan bahasa apa yang sedang mereka berdua ucapkan.
(Oh, silahkan saja. Mau beli berapa liter?).
'Mereka ini sedang mengucapkan apa? Kenapa bahasa mereka tidak aku mengerti? Setelah ini aku harus belajar bahasa ini, aku sudah berada seperti orang bodoh, yang tidak mengerti apa-apa' ucap Elvaroz dalam hati yang hanya diam saja, mengingat apa saja yang mereka berdua bicarakan.
"Den, aden mau beli berapa liter bensin nya? Kenapa aden hanya diam saja?" tanya Bapak tersebut yang melihat kearah Elvaroz yang diam saja.
"Saya beli semuanya saja yang ada disini. Bisa antarkan saya kemobil saya sekalian? Ini uangnya" ucap Elvaroz yang memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada penjual bensin tersebut.
"Ini teh kebanyakan den, hanya segini saja cukup" ucap penjual bensin tersebut yang hanya mengambil dua kembarnya saja dan itu masih ada lebih. Karena hanya ada beberapa botol bensin saja.
"Hmm" jawab Elvaroz yang hanya berdehem saja.
"Mari den, saya antarkan sekalian" ucapnya yang mengeluarkan sebuah motor dan dia harus duduk dibelkangnya? Sangat jauh dari ekspektasi, tapi mau bagaimana lagi. Dia harus segera pergi dari kampung aneh ini, menurutnya.
"Pak, terimakasih sudah menolong saya" ucap Elvaroz yang menjabat tangan Pak Asep dengan menyelipkan beberapa lembar uang pada kantong baju miliknya.
"Sama-sama den, sudah menjadi kewajiban kami sebagai sesama manusia dan mahluk Allah untuk saling membantu" jawabnya yang tersenyum dan tidak menyadari jika Elvaroz menyimpan uang untuk Bapak tersebut.
"Saya permisi Pak" ucap Elvaroz yang segera pergi dengan membonceng motor yang menurutnya seperti motor-motoran saja.
Elvaroz hanya diam saja dan tidak mengatakan apa-apa saat diatas motor dan tidak lama kemudian mereka sampai didepan mobil sports keluaran terbaru.
"Tuangkan" ucap Elvaroz yang memerintahkan pada penjual bensin tersebut.
"Baik den" jawabnya yang segera menuangkan bensin tersebut dan sudah masuk semuanya kedalam tempat bensin.
'Ya Allah, ingatkan aku untuk membangun jalanan ini. Karena ini akan sangat berbahaya bagi orang-orang yang lewat sini, apa lagi jika malam hari' gumam Elvaroz dalam hati dan dia terus menatap kearah jalan yang berlubang yang sangat dalam lubangnya.
Setelah selesai Elvaroz langsung masuk kedalam mobilnya dan dia memberikan uang tips pada penjual bensin tersebut, lalu dia pergi dari sana setelah memberikan itu padanya.
"Sial!! Ini sudah siang, dan ponsel ku pastikan belum ada signal" gumamnya dan segera mengecek ponselnya untuk segera menghubungi Zahiya yang pastinya sangat khawatir.
"Sial!! Harus macet lagi" gerutu Elvaroz yang terjebak macet yang sangat panjang.
Elvaroz segera mengaktifkan GPS miliknya dan tidak lama kemudian ada telopon dari Zahiya yang memang mungkin sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Ya Mi?" tanya Elvaroz saat sudah memasangkan erpone ditelinganya dan menjawab panggilan dari Zahiya. Mimi nya.
"Kau sedang dimana Elvaroz? Mimi sangat khawatir akan keadaan kamu? Jawab Mimi, kamu dimana dan sedang apa?" tanya Zahiya yang sudah sangat khawatir dan dia bertanya dengan panjang lebar.
"Apa Mimi yakin tidak tau aku ada dimana? Atau kemampuan melacaknya sudah menghilang?" Elvaroz malah balik bertanya pada Zahiya.
"Oke, Mimi tahu kamu adalah dimana. Tapi setidaknya kamu jawab sedang apa disana? Kenapa kamu sampai disana?" tanya Zahiya yang menenangkan suaranya supaya tidak terdengar panik.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba ada disini dan bensin mobilnya habis. Makanya aku tidak langsung pulang, sekarang sedang dijalan dan macet. Apa Mimi bisa mengirimkan motor untuk ku? Rasanya sangat jenuh untuk berada didalam mobil ini seharian" jawab Elvaroz yang meminta bantuan pada Zahiya.
"Mereka sedang kesana dan sebentar lagi sampai. Terserah padamu akan menggunakan apa dan jalur yang mana" ucap Zahiya yang menatap layar laptopnya dan memperlihatkan jika anggotanya sedang menuju kesana dan menjemput Elvaroz.
"Thanks Mi" ucapnya yang langsung menutup panggilan telpon nya dan dia keluar dari mobilnya saat melihat motor kesayangan nya berada dijalur berlawanan.
"Ini akan seru" gumamnya yang segera menggunakan helm yang sangat canggih.
Saat akan jalan menuju rumahnya, dia melihat ada seorang gadis yang sangat dia rindukan dan dia inginkan. Elvaroz segera mendekatinya dan langsung memeluk tubuhnya dengan sangat erat.
"Akhirnya aku bisa menemukan mu juga, sudah aku katakan bukan. Jika aku akan menemukan kamu Love" ucap Elvaroz yang membuat gadis tersebut meronta-ronta, karena dipeluk Sembarangan dan oleh orang tidak terkenal.
"Lepaskan! Kamu ini siapa kenapa memanggilku seperti itu? Aku ini bukan cinta dan aku tidak kenal siapa kamu" ucap gadis tersebut yang memukul-mukul punggung Elvaroz dengan kencang.
"Kau jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi Love. Aku akan segera membawamu dan membuatmu bahagia juga akan aku lakukan untuk kamu Love" ucap Elvaroz yang masih terus memeluk tubuh gadis tersebut dengan sangat erat.
"Stop! Jangan pernah mengatakan itu. Aku tidak kenal kamu!" ucap gadis tersebut yang mendorong Elvaroz dengan kencang hingga melepasakan pelukan nya.
"Lebih baik kau pergi dan jangan mendekatiku. Aku saja tidak kenal padamu" ucap gadis tersebut dan dia akan pergi dari hadapan Elvaroz.
Tapi bukan Elvaroz namanya, jika melepaskan gadis tersebut dengan mudah. Dia malah melepasakan helm yang dia gunakan dan gadis cantik tersebut bisa mengenalinya.
"Kamu! Jadi kamu orangnya? Kamu fikir saya sudi kamu panggil seperti itu? Jangan mimpi!!" ucap gadis yang tidak lain adalah Xaviera yang pertama kali mereka bertemu itu tidak diduga. Sama seperti sekarang.
"Jika aku mimpi, maka aku tidak ingin bangun dari mimpi ini. Jadi, ikut bersamaku baik-baik atau?" ucap Elvaroz yang memberikan penawaran yang seperti ancaman.
"Atau apa? Apa yang akan kamu lakukan padaku ditempat umum seperti ini? Apa?!" tanya Viera dengan tatapan tajamnya dan dia rasanya ingin sekali menahan nya hidup-hidup.
"Atau aku akan membuat keluargamu satu-satunya akan aku hancurkan" ucap Elvaroz dengan berbisik dan membuat Viera didalam dan dia tidak bisa apa-apa jika menyangkut keluarganya.
"Sekarang menurut padaku dan diamlah" ucap Elvaroz yang mengatakan nya dengan penuh penekanan juga sangat dingin.
"Aku akan menuruti kamu. Tapi jangan apa-apakan dia, jika kamu ingkar janji maka aku sendiri yang akan membunuh kamu dengan tangan ku sendiri" ucap Viera dengan tatapan tajamnya dan menahan marahnya.
"Good girl, sekarang naiklah" ucap Elvaroz yang meminta Viera naik keatas motornya.
Elvaroz mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia meletakan kedua tangan Viera melingkar dipinggangnya dan dia tidak melepaskan tangan Viera dari pinggangnya.
'Ya Allah, apa yang sedang aku hadapi ini? Kenapa aku harus bertemu dengan pria gila ini lagi? Sebelumnya dia menghinaku dan mengataiku, sekarang malah membawaku entah kemana. Ya Allah, tolong jaga adik ku. Jangan biarkan dia kenapa-kenapa dan diapa-apakan olehnya. Tolong hamba Ya Allah' ucap Viera dalam hati dan dia menangis dalam diam sambil memeluk punggung kekar Elvaroz.
'Apa dia menangis? Apa yang dia tangisi? Apa dia tidak bahagia bisa bertemu dengan ku? Kenapa dia seperti ini? Aku akan mendengarkan ucapan Mimi, jika aku harus menjeratmu dengan perasaanku, mengikatmu dengan cintaku, kurung dengan kasih sayangku dan menaburi kamu dengan cintaku yang sangat besar padamu' ucap Elvaroz dalam hati dan itu akan dia lakukan sekarang dan selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
༅⃟🥂ALINA_12࿐✅
Nah lho, nyasarnya kemana tuh
2023-09-09
1
༅⃟🥂ALINA_12࿐✅
Waaah si el lagi berkelana, ga usah buru" di cari
2023-09-09
1
🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀
sebenarnya anak Zahiya itu kembar berapa sih kok banyak banget ya🤔🏃🏃🏃
2023-08-07
2