Sore ini Yoga mengajak Aynara untuk melihat rumah baru mereka.
"Wah rumah di kompleks ini bagus - bagus, Mas." Aynara terkagum - kagum melihat rumah dengan type minimalis modern.
"Rumah kita yang ujung itu, yang pagar coklat." tunjuk Yoga.
Mata Aynara tak berkedip, pandangannya tertuju pada rumah yang ditunjuk oleh suaminya. Motor yang mereka kendarai berhenti tepat di rumah baru.
"Bener ini rumah kita, mas?"
"Bener, masak aku bohong."
Aynara tersenyum bahagia, mata tampak berkaca - kaca menahan haru.
"Kita masuk yuk." ajak Yoga.
Aynara mengangguk. Ada rasa bangga dalam menginjakkan kaki pertama kali di rumah itu.
"Kamu yang buka." perintah Yoga sambil menyerahkan kunci pintu pada Aynara.
"Aku gugup mas."
"Hahahahahh.. Kamu itu seperti anak kecil yang baru terima hadiah saja." Yoga membelai rambut istrinya. "Ayo buka, aku juga ingin lihat dalamnya."
Aynara segera membuka pintu rumah terlihatlah design interior rumah itu. Rumah berlantai dua yang di dominasi oleh lantai warna marble menambah kesan mewah. Terdapat empat kamar termasuk kamar pembantu. Dapur yang luas dan terdapat lahan kosong satu petak untuk membuat taman kecil agar terlihat lebih asri.
"Kenzie pasti suka bermain di sini. Rumah ini jauh lebih luas daripada rumah kita yang lama."
"Tentu saja. Yang penting kamu dan Kenzie suka." ucap Yoga. "Kalian adalah penyemangatku dalam bekerja, sehingga wajar kalau kalian yang menikmati hasilnya."
Yoga berjalan mengitari ruang keluarga.
Aynara sibuk melihat dapur yang luas dan memiliki kompor yang lebih canggih.
Yoga melihat betapa bahagianya Aynara merasa bangga akan pencapaian yang sudah di dapatnya. Tiba - tiba ia menggendong Aynara dari belakang.
"Hei.. Kenapa menggendongku, Mas?"
"Apa kau tidak penasaran dengan kamar utama, kamar kita?" bisik Yoga
"Tentu saja penasaran." jawab Aynara malu.
"Baiklah nyonya Yoga, aku akan membawamu kesana. Dan sebagai hadiah atas jerih payahku. Kita akan bersenang - senang di sana untuk yang pertama kali."
'Mas, kalau tiba - tiba ada orang bagaimana?"
"Hahahahhh.. tidak akan ada orang, Rumah ini milik kita." Yoga mencium bibir istrinya. Dari yang berlahan berubah menjadi ciuman yang menggairahkan. Mereka naik ke atas tanpa melepaskan ciuman itu sedetik pun.
☔☔☔☔
Dina membantu Aynara mengepak beberapa barang yang akan mereka bawa ke rumah yang baru.
"Kamu nanti mau kamar yang sebelah mana?"
"Terserah mbak Nara, mau kasih aku kamar yang mana saja."
"Maksud mbak, kamu suka kamar yang diatas atau yang di bawah."
"Aku di atas saja."
"Baiklah nanti bawa barang kamu ke kamar atas."
"Baik mbak."
Melihat Dina yang menurut padanya membuat Aynara tersenyum bahagia. Saat ini Dina bersikap baik dan penurut. Aynara sudah tidak pernah melihatnya pulang malam dan berkumpul bersama pria urakan itu.
Setelah semua beres, pekerja segera menaikkan barang - barang ke dalam truk dan membawa ke rumah baru.
Aynara, Kenzie dan Dina menyusul menggunakan taksi. Dan alangkah terkejutnya ketika sampai di sana Aynara melihat pria urakan teman dekat Dina itu tersenyum sambil duduk di atas kap mobil.
Dina segera keluar dan menghambur ke pelukan pria itu. Wajah Aynara langsung berubah masam karena ternyata mereka masih berhubungan.
"Dina." panggil Aynara.
"Apa sih mbak?"
"Kenapa dia ada di sini?"
"Mas Yoga sudah mengijinkannya."
"Kapan?"
"Kemarin, aku datang ke kantornya bersama Mark. Mark minta maaf karena beberapa waktu lalu bertindak di luar kendali. Dan sekarang Mark berjanji akan menjaga kehormatanku." Dina menjelaskan panjang lebar. Di wajahnya seperti merasa puas membuat kakak iparnya itu tertipu.
Kenapa mas Yoga tidak bercerita padaku mengenai hal ini. Aku merasa dipermalukan. Dan aku juga tidak yakin pria itu berubah pikir Aynara. Dari pandangannya yang liar membuat aku merasa ketakutan. Aynara berusah menepis semua prasangka yang ada di pikirannya. Ia harusnya positif thinking, bahwa pria itu benar - benar sudah berubah.
"Ya sudah, suruh masuk ke dalam."
Mereka akhirnya masuk kedalam. Pertama Aynara menaruh Kenzie di kamar karena ia sudah tidur. Kemudian ia di bantu beberapa pekerja menata ruangannya sehingga menjadi lebih cantik. Dina bersama Mark membawa beberapa barang milik Dina ke atas.
Karena memang almari es belum ada persediaan bahan makanan jadi Aynara memesan makanan lewat online.
"Bapak - bapak, silahkan di makan." Aynara mempersilahkan para pekerja beristirahat.
Aneh kemana Dina dan Mark, kenapa mereka belum turun pikir Aynara. Ia akhirnya memutuskan untuk menyusul ke atas. Aynara membawa dua box nasi beserta minumannya. Ketika ia akan mengetuk pintu kamar terdengar suara dari dalam yang membuatnya tergidik ngeri. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Aacchh.. Oohhh.. Ssshhh.. Terus sayang."
"Kamu suka Mark."
"Iiyaa.. Aacchh.. Aku suka.. Ooohh."
Tubuh Aynara bergetar hebat seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Dengan penuh amarah ia membuka pintu kamar itu.
"DINA! APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Aynara. Matanya melotot melihat adik iparnya sedang bermesraan dengan seorang pria tanpa ikatan pernikahan.
Mereka berdua hanya menoleh dan memandang Aynara dengan tenang. Dina segera turun dari atas tubuh Mark. Ia mengambil selimut dan menutupkan le tubuhnya. Ia berjalan dengan tenang menghampiri Aynara yang mematung di pintu.
"Mbak ngapain ke kamarku?"
"Dina!" teriak Aynara. "Hei kamu laki - laki urakan keluar kami dari sini!"
Dina mencekal tangan Aynara. "Mbak yang harusnya keluar dari sini. Mbak sudah mengganggu kesenangan kami." Dina mendorong Aynara hingga keluar dari pintu.
"Akan aku laporkan ke mas Yoga." ancam Aynara.
"Masa bodoh! Laporkan saja!" Dina tersenyum smirk sambil membanting pintu dan menguncinya.
Aynara menangis dan menitikkan airmata. Ya tuhan kenapa rumah baru kami ternodai dengan berbuatan zina seperti itu. Dengan langkah gontai Aynara turun ke bawah. Ia segera menelepon suaminya. Tapi ternyata Yoga tidak bisa di hubungi. Mungkin ada rapat.
Aynara mencari kesibukan dengan mulai menata dapur. Ia juga habis belanja untuk mengisi stok bahan makanan di almari es.
"Sibuk mbak."
Aynara menoleh di lihatnya Mark ada di belakangnya hanya dengan mengenakan celana. Aynara hanya diam kemudian melanjutkan kegiatannya.
Mark mendekatinya. Dengan segera Aynara menghindar.
"Kenapa pergi mbak? Takut? Aku bukan hantu?"
"Kau itu lebih buruk dari hantu. Dasar manusia bejat yang merusak masa depan adikku!" Aynara menjawab dengan nada penuh penekanan.
Mark tersenyum. Ia meneguk air dan kemudian meletakkan gelas di meja. "Hmm.. Ternyata mbak kalau marah tambah cantik." pujinya.
Aynara pura - pura tidak mendengar apa yang dikatakan Mark. Ia kembali menata beberapa mie instan ke dalam almari.
"Mbak tuli ya." bisik Mark dari belakang yang membuat Aynara terkejut. Dengan spontan ia mendorongnya.
"Minggir kamu!"
"Aduh.. Aduh.. Jangan marah donk. Aku kan cuma ingin dekat saja dengan mbak."
Aynara memandang tajam ke arah Mark. "Keluar kamu! Keluar dari rumahku!" teriaknya. Dan itu membuat Dina turun ke bawah.
"Ada apa sih?"
"Ini kakak iparmu mencoba merayuku."
Aynara terkejut dengan pernyataan Mark. "Hei siapa yang menggodamu! Dasar pria berandalan."
"Mbak! Jangan sebut pacarku seperti itu! Jangan sok suci dan sok baik deh. Dasar munafik!"
"Dina masa depanmu itu telah di rusak oleh Mark."
"Kenapa tiba - tiba mbak peduli dengan masa depanku. Yang berhak mengurusku itu hanya Mama dan mas Yoga. Mbak itu hanya orang luar. Mengerti!"
"Hei! Hei! Ada apa ini ribut - ribut?" tanya Yoga. Ia meletakkan tas nya di meja dapur. Tahu suaminya pulang Aynara langsung mendekat ke arahnya.
"Ada apa tadi kamu mencariku?"
"Aku mau memberitahu mas tentang sesuatu. Ini tentang Dina mas."
Yoga melirik ke arah Dina. "Ada apa Din?"
"Nggak tahu tuh, Mas. Mungkin mbak Nara kecapekan jadi kayak bingung gitu."
"Nggak mas, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri."
"Melihat apa?" tanya Yoga.
"Melihat Dina dan Mark melakukan hubungan suami istri di rumah ini."
"Benarkah itu Dina?!"
"Hahahahha.. Nggak mungkinlah mas, aku nggak akan berani melakukan perbuatan yang di larang agama itu."
Pandangan Yoga kembali tertuju pada istrinya. Mungkin saja benar yang dikatakan Dina. Istrinya itu sangat capek sehingga bisa saja pandangannya salah.
"Mas aku tidak bohong. Lihat itu, Mark tidak mengenakan apa - apa. Hanya celana saja." tunjuk Aynara.
"Maaf mas Yoga. Saya terpaksa melepas kaos karena sedang bantu bersih - bersih dan udara sangat panas."
"Bohong mas.. Mereka bohong." Aynara berusaha meyakinkan suaminya. "Aku berkata yang sebenarnya."
"Mbak ada buktinya?" tanya Dina. "Kalau mbak tidak punya bukti nanti jatuhnya fitnah." Dina tersenyum penuh kemenangan. Karena ia yakin Aynara tidak memiliki bukti apapun.
"Aku.. Aku___."
Yoga menghela napas. Ia memandang Aynara dan kemudian memeluknya. "Istirahatlah, masuk ke kamar dan tidur bersama Kenzie. Nanti aku temani."
Aynara memutuskan menuruti perintah suaminya. Ia bingung kenapa Dina dan Mark pintar sekali memutar balilkan fakta.
"Dina nanti kita bicara. Dan kau Mark sebaiknya kamu pulang. Terima kasih sudah membantu."
"Sama - sama mas, saya permisi dulu." pamit Mark.
"Mas aku antar Mark ke depan dulu."
Yoga mengangguk, ia kemudian masuk ke kamar menyusul istrinya.
"Hei brengsek!"
"Wow kenapa memanggilku seperti itu honey."
"Aku tahu kamu pasti sudah menggoda mbak Nara kan?"
"Hei bukan aku, dia yang berniat mendekatiku."
"Jangan bohong! Kalau soal ini aku lebih percaya dengan apa yang di katakan kakak iparku. Awas kalau kau ulangi lagi!" ancam Dina. "Dasar pria kurang ajar."
Mark tersenyum dan segera keluar dari rumah itu.
☔️☔️☔️☔️
Yoga sudah menasehati Dina. Dan Dina kembali ke mode kalem dan penurut.
Acara tasyakuran pindah rumah di hadiri beberapa tetangga dan teman kantor Yoga. Tapi ada yang mencuri perhatian Aynara. Seorang wanita yang usianya hampir sama dengan Yoga tampak akrab dengan suaminya.
"Nara, ayo sini." panggil suaminya.
"Ya mas."
"Aku perkenalkan dengan teman kantorku." Yoga merangkul pundak istrinya. "Ini Beni dia di bagian Administrasi, ini David dia di bagian Pelayanan, ini Niko dia di bagian Tata Usaha dan ini Jasmine dia sama dengan aku di bagian keuangan."
"Halo, saya Aynara." Aynara mengulurkan tangan dan menyalami satu persatu.
"Wah istrimu cantik juga, Ga. Pantas kau tidak pernah menunjukkan ke kami. Takut di embat ya?"
Hahahahhh.. Semua tertawa.
"Tentu saja dong, istriku ini paling the best pokoknya." Yoga mencium kening Aynara.
"Iihhh.. Mesranya jadi iri deh." goda Jasmine.
"Makanya segera nikah." sahut Niko.
"Sabar bro belum ada yang cocok."
"Heh.. Jadi perawan tua baru tahu rasa."
"Eh.. Awas kamu ya." Jasmine memukul pelan lengan Niko.
Aynara ikut tertawa melibat keakraban mereka. Ternyata lingkungan kantor mas Yoga sangat baik. Ia di kelilingi teman - teman yang care.
Acara tasyakuran pindah rumah sudah selesai. Aynara dan di bantu beberapa pekerja membereskan semua barang - barang kotor.
"Nara."
"Ya mas."
"Sudah biar di bereskan mereka. Kamu istirahat saja di kamar. Jangan capek - capek."
"Iya mas." jawab Aynara. "Hmm mas, aku mau ngomong sesuatu di kamar." ucap Aynara malu.
"Oh.. Aku tahu." Yoga mengerling nakal. Ia segera menggendong istrinya masuk ke dalam kamar.
Setelah melewati permainan yang panas dan gairah yang menggebu mereka berdua tiduran dengan berbalut selimut.
"Mas aku mau bicara."
"Loh, tadi kamu memang mau bicara serius to."
"Iya, mas kira apa?"
"Hahahahh.. Aku kira minta ini tadi."
"Heheheh.. Awalnya mau bicara penting, terus dapat ininya sebagai bonus."
"Huh, nakal kamu ya." Yoga memencet hidung Aynara. "Kamu mau bilang apa?"
"Aku hamil mas."
"Apa?!"
☔️☔️☔️☔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments