Yoga memeluk istrinya dari belakang. "Perkataan Mama jangan diambil hati." bisiknya di telinga Aynara.
"Nggak apa - apa mas." jawab Aynara. "Aku beresin meja makan dulu, ya." ia berusaha mencari kesibukan agar rasa kecewanya tidak terlihat oleh suaminya. Agar ia cepat melupakan rasa sakit hatinya. Tapi Yoga tahu istrinya itu memendam semuanya.
"Mas, di panggil Mama tuh." Dina datang menemui kakaknya.
"Ada apa?"
"Mana aku tahu." jawab Dina. Ia duduk di meja makan sambil mengambil makanan di meja.
"Aku menemui Mama dulu." pamit Yoga ke istrinya. Aynara hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman.
Sepeninggal Yoga, Dina memandang tajam ke arah kakak iparnya.
"Mbak Nara."
"Ya."
"Kok mbak betah sih dengar cacian Mama? Kalau aku jadi mbak, sudah pasti aku minta cerai."
Aynara menghela napas. Ini ibu anak kok sama saja pikirnya. "Din, tidak semua masalah dalam rumah tangga di selesaikan dengan perceraian. Dan aku yakin suatu saat Mama akan luluh padaku dan menerima aku sebagai menantunya."
"Sulit mbak."
"Maksudmu?"
"Sebenarnya sejak awal mas Yoga dan mbak Nara pacaran, Mama itu yang menolak paling keras. Tapi karena mas Yoga mencintai mbak Nara jadi Mama terpaksa mengalah."
"Tapi sikap Mama padaku selama kami menjalin hubungan selalu baik."
"Aku ralat, bukan baik tapi biasa dan kesannya lebih ke tidak peduli. Ya karena status kalian masih pacaran. Orang pacaran kan bisa putus. Eh tidak tahunya malah lanjut ke pernikahan."
Aynara sedikit kaget mendengar perkataan Dina adik iparnya. Tapi ia yakin suatu saat akan bisa menaklukkan hati mertuanya.
"Sekeras apapun mbak Nara mencoba, aku yakin Mama tidak akan luluh."
"Aku yakin aku bisa Din. Apalagi kami sudah ada Kenzie."
"Dengan Kenzie iya, tapi tidak dengan mbak Nara." Dina beranjak dan pergi meninggalkan Aynara dalam kekalutan.
Ya tuhan aku mohon kuatkan dan teguhkan hatiku untuk menghadapi semua ini. Aynara segera pergi ke dapur, setelah membereskan semuanya ia pergi ke kamar dan tidur di samping Kenzie. Tidak membutuhkan waktu lama ia tertidur karena kelelahan hatinya.
☔️☔️☔️☔️
Aynara terbangun karena mendengar Kenzie menangis. "Aduh, jam berapa ini?" ia tampak terkejut melihat jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. Ia mencari bayinya dan tidak ia temukan di kamar, dengan cepat ia segera keluar. Ia melihat suaminya sedang menenangkan Kenzie.
"Kenapa mas?"
"Mungkin haus."
"Kenapa tidak membangunkan aku?"
"Aku lihat kamu kecapekan, aku tidak tega membangunkanmu."
Aynara mengambil Kenzie dari gendongan Yoga. Ia segera menyusui bayi itu. "Maaf mas, aku bangunnya telat."
"Tidak apa - apa. Aku masak nasi goreng dulu." Yoga bergegas menuju ke dapur.
Tak lama kemudian Mama dan Dina keluar dari kamar menuju meja makan.
"Yah, nggak ada makanan Ma. Aku lapar." keluh Dina kecewa.
Dengan spontan Mama menoleh ke arah Aynara yang sedang menyusui.
"Baru bangun ya?" tanya Mama yang melihat penampilan Aynara yang awut - awutan. Muka bantal dan rambut yang tidak tersisir rapi.
"Maaf Ma, semalam aku___."
"Alasan!" cibir Mama. "Bilang saja kamu malas."
"Nara tidak malas Ma. Semalam Kenzie rewel jadi pagi tadi dia bisa baru tidur." sahut Yoga dari dapur sambil membawa nasi goreng.
"Sudah resiko jadi ibu memang seperti itu." Mama duduk di meja makan. "Nah akibat istrimu yang malas, kamu juga kan yang akhirnya masak. Dulu waktu Papamu masih hidup aku tidak membiarkannya masuk dapur selelah apapun itu."
"Aku ikhlas Ma. Ini inisiatifku sendiri. Aynara sudah capek mengurus Mama, Kenzie, masak, mencuci. Sudah lah jangan memperpanjang masalah ini. Lebih baik kita sarapan."
Setelah Kenzie tertidur Aynara segera melayani mertua dan suaminya yang berangkat kerja.
"Titip Mama ya." pesan Yoga. "Tidak usah kau masukkan ke dalam hati setiap perkataan Mama." peluk Yoga. Ia mencium lembut kening istrinya.
"Iya mas." jawab Aynara. Duh mana bisa aku tidak mendengarkan ucapan Mama, pasti selalu memojokkanku pikir Aynara. Tapi Bismillah aku bisa.
Setelah mengantar suaminya pergi bekerja sampai depan pintu, Aynara kembali masuk ke dalam. Ia melihat Mama dan Dina sedang menyantap nasi goreng buatan Yoga suaminya.
"Ma, untuk makan siang Mama mau di masakin apa?"
"Daging."
Aynara sempat terkejut dengan permintaan Mama. Daging kan mahal, ia saja dan suaminya jarang makan itu. Tapi karena pesan dari suaminya untuk membahagiakan Mama sebaiknya ia turuti saja keinginan Mama. "Baik, nanti mau di masak apa?"
"Rendang saja mbak." sahut Dina.
Aynara segera masuk ke kamar, ia bersiap mau pergi ke pasar dekat rumah dinasnya. Bisa di tempuh dengan jalan kaki.
"Din, aku ke pasar dulu. Titip Kenzie ya. Nanti kalau dia bangun susunya ada di freezer. Tolong nanti kami panasi."
"Aduh ribet amat mbak. Kenapa nggak di bawa ke pasar sih?"
"Di pasar kotor dan juga panas. Lagian Kenzie kan juga baru tidur. Aku akan secepatnya pulang. Tolong yah."
"Iya.. Iya." jawab Dina sambil mainan HP.
Aynara segera pergi ke pasar membeli daging dan sayuran. Tapi entah kenapa perasaannya nggak enak. Ia segera mempercepat langkahnya.
"Oh, baru pulang kamu. Dasar ibu tidak bertanggung jawab." bentak Mama di depan pagar. Ia sedang menggendong Kenzie yang sedang menangis.
"Maaf Ma, aku tadi sudah menitipkan Kenzie sama Dina."
"Jangan bohong! Dina itu sedang keluar."
"Maaf Ma."
"Kamu itu selalu minta maaf. Makanya kalau mau apa - apa itu di pikir dulu."
Aynara segera mengambil alih Kenzie ke dalam gendongannya. Ia masuk ke dalam dan menyusui anaknya.
"Sudah jam segini lagi. Biasanya aku kalau di rumah sudah mulai makan siang. Kalau begini terus aku bisa sakit maag."
Tanpa banyak bicara Aynara memasak sambil menggendong Kenzie. Ia merebus daging dan membuat sayur sop.
"Ma, makanannya sudah siap."
"Huh, lama." gerutu Mama.
Aynara meletakkan Kenzie di tempat tidur tak lama kemudian Dina masuk dan langsung ikut makan siang tanpa memberikan penjelasan apa - apa.
"Dina, kau tadi pergi kemana?" tanya Aynara.
"Aku cari universitas buat aku kuliah nanti."
"Kenapa kamu tidak bilang? Kalau tahu kamu akan pergi tidak mungkin aku menitipkan Kenzie padamu."
"Salah sendiri perginya lama." gumam Dina.
"Nah, yang salah berarti kamu kan? Masih saja berusaha menyalahkan orang lain." sahut Mama.
"Tapi aku perginya cuma tiga puluh menit ma. Itu juga karena di pasar antri." Aynara berusaha membela diri.
"Pintar alasan kamu. Kalau Yoga tahu kamu menyudutkan kami seperti ini pasti dia akan marah padamu. Ingat dia di luar sedang berjuang, hargailah perjuangan suamimu."
Aynara menarik napas panjang berulang kali dan berusaha menahan emosinya. Ia mengepalkan tangannya sebagai bentuk rasa jengkel yang dia tahan. Setelah di rasa tidak perlu berdebat panjang toh yang ada dia juga yang harus minta maaf, Aynara memilih pergi.
☔️☔️☔️☔️
Sore itu Yoga duduk santai di teras. Aynara datang mendekat sambil membawa secangkir kopi.
"Terima kasih sayang." Yoga menyeruput kopi dan kembali menghisap rokok.
"Kamu sekarang merokok mas?" tanya Aynara keheranan.
"Biar nggak ngantuk. Pekerjaanku di kantor banyak."
"Jangan terlalu banyak merokok. Nggak baik buat kesehatan."
"Iya.. Iya.. Nanti kalau aku sudah berhasil naik jabatan lagi dan pekerjaanku tidak sebanyak ini, aku akan berhenti merokok."
Aynara tersenyum melihat suaminya yang dari wajahnya tampak lelah. "Mas."
"Hmmm.."
"Aku mau bicara."
"Soal apa?"
"Soal uang belanja."
"Memangnya kenapa dengan uang belanja? Kurang?"
"Iya."
"Kok bisa?" tanya Yoga. Ia memandang ke arah istrinya. "Tumben kamu boros. Biasanya tidak kurang kan?"
"Iya, biasanya tidak. Itu karena____."
"Karena apa? Terus terang Nara, jangan menggantung begitu."
"Selama Mama tinggal di sini, beliau selalu minta di masakkan daging."
"Daging?"
"Iya mas. Sekarang harga daging di pasar juga baru mahal - mahalnya." Aynara tertunduk sambil beberapa kali memainkan kuku nya. Itu adalah ciri khas dia kalau sedang gugup.
"Hei! Dasar menantu kurang ajar!" teriak Mama tiba - tiba dari dalam. "Kau menuduhku menghabiskan uang bulananmu. Dasar kau ini ya. Ternyata pintar main fitnah."
"Sudah Ma.. Sudah! Jangan ribut di depan malu kalau tetangga dengar."
"Biar saja mereka tahu kelakuan bejat istri kamu. Ia sama sekali tidak menghormati aku."
"Bbukan itu maksudku Ma." ucap Aynara yang matanya berkaca - kaca.
"Heleh, jangan bersilat lidah kamu!" umpat Mama. "Kamu itu sudah beruntung di peristri oleh anakku. Dulu banyak sekali wanita yang mendekatinya. Sungguh di sayangkan dia memilih istri yang membawa sial seperti kamu!"
"Ma.. Jangan berkata seperti itu. Nara ini menantu Mama lo."
"Aku tidak sudi punya menantu seperti dia!"
Yoga segera menarik Mama masuk ke dalam. Ia tidak mau tetangganya dengar dan itu menjadi konsumsi publik.
Aynara mengikuti mereka dari belakang.
"Lepaskan! Kau menyakiti Mama!"
"Maaf Ma." Yoga memeluk Mama. "Aku mohon jangan marah Ma." Yoga berusaha menenangkan Mama karena ia takut darah tinggi nya akan kambuh.
"Besok Mama mau pulang. Ternyata selama satu bulan tinggal di sini sudah di anggap merugikan oleh istrimu."
"Nara ayo minta maaf ke Mama." perintah Yoga. "Cepat."
Aynara yang sebenarnya enggan untuk meminta maaf karena ia sama sekali tidak bersalah dengan terpaksa mengikuti perintah suaminya.
"Tunggu apalagi. Ayo cepat." desak Yoga.
Aynara menarik napas panjang. "Maafkan aku Ma."
"Ma, Nara sudah meminta maaf. Aku mohon jangan pulang. Tinggallah di sini sampai Mama bosan."
Mama terdiam cukup lama dan akhirnya. "Ya sudah Mama maafkan."
"Terima kasih, Ma." ucap Yoga sambil memeluk Mamanya. "Dina tolong bawa Mama ke kamar."
Yoga segera menggandeng tangan istri masuk ke dalam kamar.
"Maafkan Mama, kamu nggak apa - apa kan?"
"Aku tidak baik - baik saja mas. Semua yang aku katakan tadi fakta. Uang belanja habis karena Mama suka makan daging, kalau malam juga kadang jalan - jalan bersama Dina. Makan di mall itu mahal mas."
"Iya.. Iya aku tahu. Di sini aku yang salah. Seharusnya aku tidak menanyakan kenapa uang cepat habis. Sudah kewajibanku mencukupi semua kebutuhanmu. Tapi aku mohon pengertianmu, aku ingin membahagiakan Mama. Aku janji akan bekerja lebih keras lagi untuk membahagiakanmu, mama dan juga Kenzie."
Aynara tahu, dalam agamanya anak laki - laki memiliki kewajiban merawat orang tuanya. Jadi ia tidak perlu mengeluhkan hal sepele seperti itu. "Iya, mas." jawab Aynara. "Apa menurutmu aku kerja sambilan saja?"
"Tidak usah. Fokuslah merawat dan mendidik kenzie." jawab Yoga.
Aynara memeluk erat tubuh suaminya. karena saat ini ia butuh sekali dukungan dari keluarganya. Hatinya serasa lelah.
☔️☔️☔️☔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
kluarganya yoga toxic bnget... si yoga juga mlah belain emaknya meski udah tau kelakuan emaknya pada Nara sprti apa...
2024-04-23
0