Diacuhkan

Inggit mulai kesepian berada di rumah seorang diri. Fandi semakin hari semakin bersikap dingin padanya. Fandi selalu pulang malam hari dan akan mengunci pintu kamarnya selama berada di rumah. Untuk mengisi waktu senggang, Inggit memutuskan untuk melukis, hobby yang membuatnya lupa waktu dan tak terlalu merasa sepi karena Fandi selalu menghindarinya.

Belum selesai menghadapi sikap dingin Fandi, masalah kembali datang. Sekitar jam 10 pagi Mama Olla datang bersama Dara. Bak nyonya besar yang punya kekuasaan, Mama Olla datang dengan angkuh dan menatap Inggit dengan pandangan mencemooh.

"Sudah satu bulan kamu tinggal di sini, sekarang coba kamu test pack! Apakah ada perubahan atau tidak?" Perintah Mama Olla.

Inggit mengambil benda pipih berwarna biru yang diberikan oleh Mama Olla dengan malas dan menuruti perintah mama mertuanya tersebut. Tentu saja tak pernah ada perubahan, selama Fandi tidak pernah menyentuh Inggit, maka hasil test pack itu akan tetap negatif. Jangankan menyentuh Inggit, Fandi saja sekarang selalu pulang malam. Inggit sudah menyiapkan diri menghadapi kemarahan mertuanya.

Mama Olla kembali murka dan kecewa dengan hasil yang diberikan oleh Inggit. "Masih negatif juga? Kapan kamu positif hamil? Selalu negatif terus! Apa sih kelebihan kamu? Hamil aja kok enggak bisa? Lihat saja orang lain di luar sana, begitu mudahnya hamil. Kenapa kamu sulit sekali sih? Sudah 3 tahun loh kamu menikah dengan Fandi, usaha apa kek. Kamu tuh sudah meminta rumah yang bagus ini sama Fandi, kasih dong timbal balik. Jangan mau enaknya saja minta ini itu sama suami kamu! Kamu pikir Mama akan melepaskan kamu begitu saja? Tidak. Tugas kamu adalah hamil anak Fandi. Mama mau secepatnya kamu hamil anak Fandi atau Mama akan memilihkan wanita lain untuk Fandi nikahi!" omel Mama Olla panjang lebar.

Inggit hanya menundukkan kepalanya menahan amarah yang sekuat tenaga ia tahan. Inggit memilih diam menyembunyikan semuanya. Kalau saja mertuanya tahu alasan kenapa dirinya tak kunjung hamil, mungkin semuanya akan berubah. Mungkinkah mertuanya akan bersikap baik kalau Inggit mengatakan semuanya dengan jujur?

"Percuma mengomeli dia, Ma. Seharusnya Kak Fandi nikah sama Kak Naura saja. Cantik, baik dan pasti bisa memberi Mama cucu. Kak Fandi juga bodoh sih, apa salahnya menunggu Kak Naura sebentar eh malah memilih wanita miskin ini jadi istrinya. Enggak guna! Jauh sekali dia bila dibandingkan dengan Kak Naura, bagai bumi dan langit!" Dara semakin memanasi suasana dengan perkataan pedasnya.

"Sudah, lupakan saja si Naura itu. Jangan sampai Kakak kamu mendengar namanya disebut lagi, bisa-bisa kamu kena marah dia," tegur Mama Olla pada Dara.

Mama Olla kembai menatap Inggit dengan tatapan sebal. "Mama jadi lapar nih kebanyakan ngomel sama kamu, buatkan Mama makan siang. Sekarang. Enggak pakai lama!" Bak seorang bos besar, Mama Olla seenaknya saja mengomeli dan memerintah Inggit.

Dara juga ikut-ikutan dengan Mamanya. "Panas banget sih nih rumah, enggak pakai AC di setiap ruangan apa? Pelit banget sih. Aku jadi gerah kalau berada di sini. Aku haus, aku mau jus alpukat. Cepat buatkan!" perintah Dara.

"Aku enggak punya buah alpukat, Dara. Kalau jus jeruk saja, mau?" tawar Inggit.

"Aku enggak mau tahu, pokoknya aku mau jus alpukat ya jus alpukat, seenaknya saja kamu mau ganti dengan jus jeruk. Sudah, kamu pergi saja ke minimarket depan dan belikan aku alpukat lalu kamu buat jus sendiri. Masa sih begitu saja harus aku ajari. Sudah miskin, bodoh pula!" perintah Dara dengan seenaknya.

"Tunggu apa lagi? Kamu mau anak saya kehausan? Pergi sana! Jangan malas jadi orang. Sudah mandul, miskin, tidak berguna eh malas pula!" cibir sang mertua dengan pedasnya.

"Baik, Ma. Aku pergi dulu beli alpukat." Dengan terpaksa Inggit pergi ke supermarket depan untuk membelikan alpukat yang Dara minta. Untunglah ada supermarket di seberang komplek tempat tinggalnya berada.

Peluh mulai bercucuran di kening Inggit. Kalau naik kendaraan memang tidak terlalu jauh tapi kalau berjalan kaki ternyata lumayan jauh. Cuaca yang terik membuat tenggorokan Inggit terasa kering.

Tiin!

Suara klakson mobil membuat Inggit terkejut dan reflek menoleh ke belakang. Jendela mobil pun diturunkan dan ternyata yang mengklakson Inggit adalah Dalvin, tetangga sebelah rumahnya yang baik hati dan ramah.

"Hai, Inggit! Kamu dari mana?" tanya Dalvin dengan senyum tampannya yang dihiasi lesung pipi yang sangat indah tersebut.

"Aku habis dari supermarket depan." Inggit mengangkat kantong plastik berisi alpukat yang ia beli. "Aku mau buat jus."

"Naiklah! Aku juga mau pulang ke rumah. Mataharinya terik sekali, nanti kulit kamu hitam loh berjalan di siang hari yang terik ini!" ajak Dalvin.

Inggit pun menerima tawaran Dalvin. Inggit mengajak Dalvin mengobrol agar tidak canggung. "Mas baru pulang kerja? Mas Dalvin kerja apa sih? Kok jam kerja Mas tidak beraturan ya?" tanya Inggit.

"Ya ... namanya juga kerja serabutan. Jam kerja aku tidak menentu. Kadang bisa kerja seharian tanpa henti, kadang cuma perlu datang sesekali dan sisanya di rumah aja," kata Dalvin merendah.

Inggit masih ingin bertanya namun mereka sudah sampai di depan rumah. Setelah mengucapkan terima kasih, Inggit pun masuk ke dalam rumah.

"Lama banget sih disuruh beli alpukat saja? Ngegosip dulu ya? Sudah haus nih! Cepat buatkan!" perintah Dara.

"Mama juga lapar, masakan kamu sudah dingin. Buatkan lagi untuk Mama yang baru!" perintah Mama Olla.

****

Inggit mengadu pada Fandi tentang perbuatan keluarganya. "Apa susahnya sih beliin alpukat di supermarket depan komplek? Kamu saja yang malas! Pakailah motor di garasi kalau kamu tidak mau pergi jalan kaki. Jangan kebanyakan menceritakan keburukan keluargaku hanya karena kamu tak menyukai mereka!"

"Tapi, Mas, apa yang keluarga kamu lakukan sudah keterlaluan, mereka-"

"Aku pergi dulu!" Fandi pergi dan mengacuhkan Inggit. Mendengarkan perkataan Inggit saja Fandi tak mau. Inggit benar-benar seorang diri, tak ada suami yang peduli padanya.

"Kalau kamu tidak suka, lawan! Jangan diam saja!" Kedatangan Dalvin yang tiba-tiba membuat Inggit terkejut.

"Mas Dalvin?"

"Kenapa sih kamu pasrah banget jadi orang? Dihina, diperlakukan seenaknya dan diacuhkan oleh mereka cuma kamu balas dengan sabar gitu? Ih aku sih ogah! Kalau kamu terus lemah begitu, mereka akan semakin menjajah kamu. Lawan, Git. Kamu berhak membela diri kamu sendiri. Jangan mau diperlakukan begitu sama mereka!"

"Terima kasih atas sarannya, Mas. Ini urusanku, Mas tak perlu ikut campur!" Inggit kembali masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Dalvin.

"Kenapa sih kamu masih bertahan dengan suamimu yang tak bersyukur itu?" gumam Dalvin. "Lemah sekali jadi perempuan!"

****

Terpopuler

Comments

lucky gril

lucky gril

mak ngedukung kamu jadi pebinor mau vin🤣🤣🤣

2024-08-08

0

Modish Line

Modish Line

betul bgt tuh Dalvin👍👍👍

2024-04-25

0

Dira nugraha

Dira nugraha

gregetan sama kepasrahan Inggit,,

2023-08-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!