Bab 4

Chika bangun dari lamunannya ketika ia mengingat bahwa tugasnya belum selesai. Ia langsung menuju laptopnya lagi untuk kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya itu.

Chika mengetik keyboard laptopnya dengan sedikit terburu-buru karena kantuk sudah melanda dirinya. Ia sibuk membaca buku yang di perintahkan gurunya untuk diringkas sembari mengetik laptopnya. Matanya semakin sayu tak fokus menatap laptopnya itu. Padahal tugasnya masih lumayan banyak. Tetapi rasanya Chika sudah tak Kuat menahan rasa kantuk yang menyerangnya.

 Tanpa di sadari Chika sudah tertidur dengan pulas sembari menelungkupkan wajahnya di antara kedua lengan tangannya. Posisi wajah Chika masih berada tepat di depan laptopnya.

Bahkan laptopnya belum sempat ia matikan karena kantuk itu sudah memaksanya untuk tidur. Ranjang Chika masih dipenuhi buku-buku pelajarannya yang belum selesai ia ringkas. Keadaan ranjang Chika sangat berantakan.

Tiba-tiba pintu kamar Chika terbuka secara perlahan, dan menampakkan seorang lelaki yang cukup berumur yang saat ini melangkahkan kakinya memasuki kamar Chika yang tidur.

Lelaki yang tak lagi muda itu mengusap pucuk kepala Chika dengan lembut tanpa niat untuk membangunkan Chika dari tidurnya. Ia terkekeh kecil saat menyadari kamar Chika yang sangat berantakan itu.

 Lelaki itu kembali fokus memperhatikan dengan detail wajah Chika sembari tersenyum lembut.

“Papa sayang sama kamu, Nak. Perlu kamu ketahui, papa sangat menyayangi kamu melebihi apapun di dunia ini. Hanya kamu yang papa miliki sekarang. Dan papa berjanji pada diri papa sendiri kalau papa akan selalu jaga kamu. Karena papa sangat menyanyi kamu. Nggak ada yang bisa menghilangkan rasa kasih sayang papa sama kamu, sayang. Maafkan papa yang selalu egois dan nggak pernah memperhatikan kamu selama ini. Papa selalu sibuk bekerja dan nggak ada waktu untuk kamu. Tapi papa melakukan semua ini hanya demi kamu, Sayang. Papa hanya ingin kamu hidup dengan layak tanpa kekurangan sedikitpun. Walau nyatanya kamu masih kekurangan satu hal di dalam hidup kamu. Yaitu perhatian dan kasih sayang dari ibu kandungmu sendiri. Tanpa kamu sadari, sebenarnya papa selalu mengawasi kamu dari kejauhan untuk memastikan bahwa putri papa ini dalam keadaan yang baik-baik saja."

Dharma bergumam dengan lembut tanpa melepas pandangannya sedikitpun pada putri cantiknya itu. Tangannya pun terus mengelus rambut halus milik putrinya, Chika.

Di balik pintu, ternyata ada Valerie yang memperhatikan Dharma dari luar  kamar Chika. Valerie tersenyum lembut melihat kedekatan Dharma dengan chika.

“Kalau kamu memang merasa aku yang telah merebut kebahagiaan kamu dan keluarga kamu dulu, aku cuma bisa meminta maaf padamu Chika. Aku sungguh nggak ada niat untuk merebut kebahagiaan kalian. Kalau aku tau, semuanya akan seperti ini, aku nggak akan mau masuk kedalam kehidupan papa kamu. Tapi sungguh Chika aku benar-benar Menyayangimu seperti anak kandungmu sendiri. Aku Sangat menyayangimu."

Valerie masih menatap Dharma dari luar kamar Chika dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya. Ia menatap lembut pemandangan di depannya sekarang ini. Dimana Dharma seorang lelaki yang selama ini dikenal Chika sebagai papa yang tak pernah menyanginya dapat menjelma menjadi sosok ayah yang sangat perhatian dan sangat menyayangi anaknya.

 Dharma merapikan semua buku-buku pelajaran Chika yang tergeletak di ranjang Chika. Ia dengan sangat rapi menyusun kembali buku serta laptop putrinya di atas meja belajar Chika.

Setelah semuanya rapi dan teratur, Dharma kembali mengakhiri Chika di dekat ranjang anaknya dan kembali mengelus rambut Chika sembari tersenyum manis. Dan sebelum ia meninggalkan kamar putrinya, tak lupa ia mengecup lembut dan penuh sayang kening putrinya. Cukup lama ia menyalurkan rasa kasih sayang yang dia milik untuk putrinya melalui kecupan hangat itu.

Setelah dirasa puas menyalurkan kasih sayang dan kecupannya, Dharma melenggang pergi meninggalkan kamar Chika. Tetapi sampai di depan lantas Chika, Dharma sedikit kaget karena mendapati Valerie yang sepertinya sedang melamun dengan senyuman lembutnya.

Valerie bahkan tak menyadari kehadiran Dharma yang kini berada di hadapannya. Dharma melayangkan tangan kanannya diudara tepat di depan wajah Valerie agar Valerie bangun dari lamunannya.

 “Hei. Kok kamu disini? Nggak tidur?"

Pernyataan Dharma yang baru saja keluar dari kamar Chika langsung membuat Valerie sedikit kaget dan tersadar dari lamunannya.

“Aku belum ngantuk, Dharma"

Jawab Valerie sembari tersenyum kikuk. Dharma hanya mengangguk setelah itu melenggang pergi menjauh dari kamar putrinya diikuti oleh Valerie.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!