Kisah Chika

Kisah Chika

Bab 1

"Eh Chika Kamu udah pulang, Sayang. Ayo sini makan siang, mama udah masakin makanan kesukaan kamu."

Saat Chika masuk kedalam rumah ia sudah disambut oleh wanita yang sedang sibuk menata makanan di atas meja makan.

Chika memutar bola matanya malas dan segera berlalu menaiki anak tangga tanpa menghiraukan ucapan perempuan itu.

"Mama tunggu ya di meja makan"

Ucap wanita itu lagi karena ia merasa tak hiraukan oleh Chika.

Chika menghentikan langkahnya dan menoleh sekilas pada wanita itu seraya mengepalkan tangannya seperti sedang menahan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya.

"BERHENTI BERHARAP JADI MAMA AKU! AKU NGGAK PERNAH PUNYA MAMA KAYAK KAMU! MAMAKU CUMA MAMA ROSALINE BUKAN KAMU! JADI JANGAN HARAP AKU ANGGAP KAMU SEBAGAI MAMAKU! ITU HANYA MIMPI KAMU VALERIE!! "

Chika membentak wanita yang ternyata bernama Valerie itu. Valerie hanya menatap Chika tak percaya atas semua yang sudah dikatakan Chika.

"Aku tau kamu belum bisa menerimaku untuk menjadi seorang ibu walaupun hanya sebatas ibu tiri. Tapi kamu harus tau Chika bahwa aku sayang sama kamu. Aku sudah anggap kamu sebagai anakku sendiri. Aku akan terus berusaha untuk menggantikan posisi Rosaline agar kamu tak merasa kekurangan perhatian, Chika."

Ujar wanita itu yang merupakan ibu tiri Chika. Valerie berusaha berbicara pada Chika dengan sangat lembut.

"SAMPAI KAPANPUN POSISI MAMA ROSALINE NGGAK AKAN PERNAH BISA DIGANTIKAN OLEH SIAPAPUN! TERMASUK KAMU VALERIE! AKU NGGAK MENGINGINKAN ORANG TUA KAYAK KAMU! PEREMPUAN ****** YANG REBUT KEBAHAGIAAN KELUARGA AKU! SAMPAI KAPANPUN AKU GAK AKAN PERNAH MENGANGGAP KAMU SEBAGAI MAMAKU!”

"CHIKA! CUKUP!!!"

Tiba-tiba suara berat seorang menghentikan Suasana tegang antara Chika dan ibu tirinya yang bernama Valerie itu. Chika hanya menatap lelaki itu dengan tatapan tajamnya. Sedangakan yang ditatap pun tak kalah sengit menatap Chika dengan emosi menggebu-gebu.

"APA?! ADA YANG SALAH SAMA OMONGAN AKU BARUSAN?! APA YANG AKU OMONGIN TADI SEMUANYA ADALAH FAKTA! DIA MEMANG PEREMPUAN ****** YANG REBUT KEBAHAGIAAN KELUARGAKU,”

Pekik Chika dengan suara bergetar. Ia berusaha menahan emosi serta air matanya saat mengingat kejadian di masa lalunya.

PLAKKK

satu tamparan keras dari tangan lelaki itu mendarat mulus di wajah cantik Chika. Chika menatap orang itu tak percaya atas semua yang sudah ia lakukan pada Chika.

"TAMPAR AKU! AYO TAMPAR!! SAMPAI MATI PUN NGGAK MASALAH KARENA AKU JUGA INGIN NYUSUL MAMAKU! "

Chika menyodorkan wajahnya di depan Dharma untuk mengizinkan Dharma menamparnya.

Tetapi tak ada pergerakan lagi dari Dharma ia hanya menatap Chika dengan tatapan elang ya yang sangat mengerikan bagi semua orang tetapi tidak bagi Chika. Karena tatapan itu sudah sering di dapati Chika dari papanya.

“KENAPA DIAM?! TAMPAR CHIKA! TAMPAR CHIKA, PA! PAPA UDAH KETERLALUAN SAMA CHIKA! PAPA TEGA NAMPAR ANAK PAPA SENDIRI DEMI BELA WANITA ****** INI?! IYA?!"

Chika berteriak tepat di hadapan lelaki yang tak lain adalah papanya sendiri, Dharma.

Dharma kembali dibuat emosi saat mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Chika. Saat ia ingin kembali menampar wajah Chika, sebuah tangan menahan tangan Dharma.

"Cukup, Dharma. Aku nggak apa-apa, jadi jangan dipermasalahkan. Jangan sakiti dia lagi." Ucap sang pemilik tangan yang ternyata adalah Valerie. Chika justru menatap Valerie dengan tatapan bencinya.

“Cari muka! Dasar wanita jalang”

Desis Chika saat ia di bela oleh Valerie. Chika menatap Valerie dengan kebencian dan juga tatapan jijiknya.

"AKU NGGAK AKAN TERBUAI RENCANA BUSUK KAMU YANG PURA-PURA BAIK DI DEPAN PAPA! CAMKAN ITU VALERIE!!"

Ucap Chika yang masih berteriak emosi. Dharma kembali menatap mata Chika tajam tersirat kemarahan yang sangat amat besar untuk anaknya.

Chika kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sedangkan Dharma dan Valerie masih terdiam melihat punggung Chika yang semakin lama semakin menghilang naik ke lantai atas.

"Sudah, nggak usah dipikirkan, Dharma. Kamu nggak boleh terlalu kasar sama Chika. Dia itu anak perempuan jadi wajar sikapnya seperti itu. Dia hanya kurang kasih sayang dan perhatian kamu, Dharma."

Ucap Valerie berusaha menenangkan suaminya. Dharma menghela nafas lelah.

**********

Chika memasuki kamarnya dengan air mata yang sudah tumpah membasahi wajah mulus nan cantiknya. Dari tadi Ia berusaha menahan air mata itu agar tak jatuh. Tapi apa daya? Chika hanya seorang manusia yang mampu merasa lelah dengan keadaan. Chika juga hanya sebatas makhluk yang bisa menangis karena sudah merasa menyerah dengan semua yang Ia hadapi. Menangis? Hanya itulah yang bisa Chika lakukan. Walau menangis bukan jalan keluar dari suatu masalah, tetapi Chika hanya mampu melakukan itu. Ia tak tau harus bersandar dengan siapa ketika ia merasa sedih. Keluarga yang tak harmonis membuat Chika merasa sendiri.

“Gue harus kuat! Gue nggak boleh nangis! Karena mama nggak suka liat gue nangis,”

Chika berusaha menyemangati dirinya sembari mengusap air mata nya dengan kasar pertanda ia akan berusaha bangkit dari keterpurukannya.

Chika berjalan kearah nakas dan pandangannya terhenti pada sebuah bingkai foto yang terpajang diatas nakasnya. Terlihat sangat jelas rona bahagia di setiap anggota keluarga. Mereka semua tersenyum mengisyaratkan rasanya bahagia di sebuah keluarga yang penuh dengan kehangatan.

Chika tersenyum tipis saat memandangi foto keluarga itu. Ya, itu adalah foto keluarga Chika saat mamanya masih hidup di dunia ini. Mama Chika tampak merangkul Chika dengan sayang. Begitupun Chika, yang melingkarkan tangan kanan nya di pinggang mamanya. Sedangakn tangan kirinya merangkul pinggang papanya. Mereka tersenyum lepas bagaikan tak ada masalah yang menghinggapi keluarga yang Hangat itu. Raut wajah mereka tampak sangat bahagia.

Air mata Chika kembali mengalir dengan tenang seiring diputakannya memory Chika tentang betapa bahagianya keluarganya dulu. Chika masih memandangi foto itu dalam-dalam seolah masih tak rela kehilangan kehangatan keluarga kecilnya dulu.

Tangan Chika tergerak untuk mengelus foto itu tepatnya di wajah mamanya, wanita yang paling berharga dalam hidup Chika. Chika berusaha menahan tangisnya dengan menggigit bibir bawahnya agar tangisnya mereda. Tapi sepertinya hal itu tak berpengaruh pada air mata yang tak kunjung mengalir tanpa henti.

"Chika kangen bahagia kayak gini. Chika kangen mama. Kapan kita bisa hidup bahagia lagi Ma, Pa?"

Chika bergumam lirih dengan hati yang sesak karena terlalu merindukan kebahagiaan Seperti yang tergambar jelas difoto ini.

Tiba-tiba Chika kembali teringat sosok Valerie. Perempuan yang dianggap Chika sebagai penghancur kebaharian keluarganya. Seketika senyum yang dari tadi terkukir indah di bibir Chika berubah menjadi ekspresi yang penuh emosi.

"Ini semua karena Valerie! Dia yang udah bikin mama pergi! Dia udah buat aku merasa kehilangan sosok mama dan dia juga yang buat aku merasa kehilangan kebahagiaan yang keluarga aku rasakan. "

Chika membatin dengan geram tanpa ia sadari ia mencengkram pinggiran bingkai foto itu dengan sangat kuat. Chika menggertakan giginya, rahangnya mengeras saat mengingat betapa jahatnya Valerie yang telah merebut kebahagiaan dirinya dan juga kedua orangtuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!