“Chika bangun sayang. Sudah pagi"
Valerie terus mengetuk pintu kamar Chika karena sedari tadi tak ada jawaban dari sang pemilik kamar.
“Aduh Chika kenapa nggak jawab ya? Atau jangan-jangan dia sakit?"
Batin Valerie bertanya pada dirinya sendiri.
“Chika ini sudah pagi. Kamu baik-baik aja kan sayang?" Tanya Valerie lagi tanpa henti mengetuk pintu kamar Chika. Ia tak henti-hentinya mengritik pintu lama Chika. Ia khawatir pada anak tirinya karena tak biasanya dia bangun se siang ini. Matahari bahkan sudah menampakan jati dirinya namun Chika masih bergeming di dalam kamarnya.
Di dalam kamarnya, Chika mengerjapkan matanya karena mendengar ketukan pintu yang semakin lama semakin kencang karena tak sabar ingin segera di buka kan pintu.
“Apaaan sih berisik banget tuh cewek! Ganggu orang tidur aja!" Dumel Chika saat ia berhasil membuka matanya secara sempurna. Ia mengucek matanya dan melirik jam yang berada di atas nakas. Seketika matanya terbuka lebih lebar saat menyadari waktu yang sudah beranjak siang.
“Astaga! Gue kesiangan. Aduh mati gue! Mana hari ini ada pengumuman dari bang Nizam lagi tentang kompetisi,” Ucap Chika dengan panik lalu dengan secepat kilat ia menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya.
Sedangkan Valerie tak berhenti mengetuk pintu lama Chika. Valerie mengira bahwa Chika belum terbangun dari tidurnya.
*********
Sepuluh menit kemudian Chika keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa karena khawatir ia akan terlambat.
Chika yang menyadari Valerie terus mengetuk pintu kamarnya langsung mendengus kesal. Ia sangat merasa terganggu dengan ketukan dari Mama tirinya itu. Tetapi sesaat kemudian ia terkekeh karena berhasil membuat mama tirinya kehabisan suara karena sedari tadi mulutnya tak pernah berhenti membangunkan Chika dari luar kamar dengan tangan yang terus mengetuk pintu kamar Chika.
Setelah Ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya, chika membuka pintu kamarnya dengan wajah yang sangat emosi karena melihat wajah Mama tirinya, Valerie masih berada di depan pintu kamarnya.
“Apaan sih berisik banget! Dari tadi Gak bisa Diem!” Sentak Chika di depan wajah Valerie saat ia membuka pintu kamarnya.
“Mama kira kamu belum bangun. Jadi mama dari tadi Gak bisa Diem. Maaf ya udah ganggu kamu" Balas Valerie dengan wajah sedih dan menunduk.
Chika yang melihat wajah sedih valerie hanya memutar bola matanya malas. Jangan pernah berpikir Chika akan kasian pada Valerie. Justru Chika tak mau termakan dengan wajah sok sedih milik mama tirinya itu.
Chika berpikir wajah sedih milik Valerie adalah bagian dari aktingnya agar Chika kasihan padanya dan mau menerimanya sebagai Mama tiri Chika.
“Lo kira gue akan kasian sama Lo? Dasar perempuan ular! Sampai kapanpun gue nggak akan pernah percaya sama wajah sok polos Lo itu!" Batin Chika mendecih lalu beranjak pergi dari hadapan Valerie yang masih menunduk itu.
Chika bergegas dari rumah menuju sekolahnya karena ia sudah terlambat tiga puluh menit. Walau Chika sering terlambat, tetapi untuk hari ini ia sangat panik karena ada pengumuman tentang kompetisi taekwondo yang akan diadakan minggu depan. Ia takut akan di marahi oleh bang Nizam selaku pelatih yang terkenal kiler tetapi sebenarnya baik. Kalau masalah pelajaran, Chika tak pernah memikirkan, karena itu sudah menjadi kebiasaan Chika yang jarang mengikuti pelajaran di kelasnya karena terlambat dan sering bolos pada saat jam pelajaran berlangsung. Entah mengapa, jika sudah berkaitan dengan taekwondo, Chika jadi berubah menjadi sosok yang disiplin dan patuh. Berbeda sekali jika sudah berkaitan dengan pelajaran. Taekwondo sudah mengubah sikap Chika yang kurang baik menjadi lebih baik lagi walau hanya sementara. Karena setelah dari taekwondo, Chika kembali lagi pada sifat aslinya yang cuek, tidak di disiplin dan lebih emosional.
**********
Chika sudah sampai di ruang aula dimana tempat bang Nizam menyuruh seluruh anggota taekwondo disekolah ini berkumpul untuk membicarakan soal kompetisi yang akan di selenggarakan minggu depan.
“Minggu depan kalian akan menghadapi kompetisi yang sangat bergengsi itu. Jadi bang Nizam harap, kalian lebih rajin lagi dalam berlatih. Jangan pernah bosan belajar dan berlatih karena dengan kita terus belajar, kemenangan akan kita raih."
Bang Nizam memberi semangat pada murid-muridnya dengan serius. Begitupun Chika dan teman-teman nya yang memperhatikan semua arahan sang pelatih dengan seksama dan tak kalah serius.
Bang Nizam menjelaskan kembali semua pesan-pesan yang harus di ingat oleh semua muridnya. Arahan, dan peringatan ia berikan dengan sangat baik.
“Jangan ada yang membuat masalah ketika kompetisi nanti! Karena jika kalian melakukan itu, nama sekolah kita akan terancam untuk di diskualifikasi. Kompetisi ini adalah ajang dimana kalian harus menunjukkan kemampuan kalian pada semua orang terutama sekolah yang selama ini menjadi saingan berat kalian dalam mengikuti setiap kompetisi." Ucap bang Nizam memperingati yang mendapat anggukan patuh dari semua murid nya.
**********
“Duh gue deg-degan baget nih."
Ucap Elina saat dirinya dan Chika sudah keluar dari ruang aula karena rapat telah selesai.
“Deg-degan kenapa?"
Tanya Chika yang tak mengerti arah pembicaraan sahabatnya.
“Ya deg-degan karena kompetisi itu."
Jawab Elina yang membuat Chika hanya mengangguk paham.
“Santai aja kali. Kita harus yakin kalau kita mampu memberikan yang terbaik."
Balas Chika dengan senyum tenangnya seraya menepuk pelan bahu Elina untuk memberi nya semangat.
Usai rapat tadi, Chika dan Elina kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Seperti biasa, didalam kelas Chika hanya sibuk dengan ponselnya mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan taekwondo. Dengan sangat santai ia fokus pada ponselnya tanpa perduli pelajaran yang tengah di jelaskan oleh Ms. Rima
Ms. Rima mengelengkan kepalanya saat melihat kelakuan anak dari sang pemilik sekolah ini. Tak pernah berubah, pikirnya.
Elina mengikuti arah pandangan Ms. Rima yang mengarah pada sahabatnya itu. Elina sengaja menyentuh lengan Chika agar gadis itu tersadar dari sikapnya yang tak santun itu.
“Eh udah main handphons nya. Lo di liatin tuh sama Ms. Rima,” Ucap Elina dengan berbisik di dekat telinga Chika.
Chika tetap bergeming pada kegiatannya tanpa memperdulikan ocehan Elina yang sedari tadi menegurnya.
************
“Guys kayak biasa ya kita latihan sekarang!"
Perintah Chika pada teman-temannya agar kembali berlatih taekwondo karena jam pulang sekolah sudah tiba.
Teman-teman Chika kembali berkumpul di lapangan setelah mereka mengganti seragam sekolah mereka dengan seragam taekwondo yang memilki identitas sekolah mereka di bagian belakangnya.
Chika dengan sangat serius dan tegas melatih teman-temannya. Ia terlihat seperti guru yang sudah profesional dalam memberi ilmu dan arahan pada teman-teman sesama anggota taekwondo sekolahnya.
Semua anggota terlihat begitu aktif dalam berlatih. Mereka sangat serius memperhatikan Chika yang sedang memberi ilmu taekwondo nya. Jika salah satu dari mereka ada yang belum mengerti, dengan senang hati Chika kembali mengulang arahannya. Chika sangat sabar dalam mengajari teman-temannya tanpa ada sikap yang selama ini ia tunjukkan pada teman-temannya, yaitu sikap kasar, mudah emosi.
Chika memberi waktu untuk beristirahat sejenak agar teman-temannya kembali fresh untuk latihan mereka selanjutnya. Semua teman-teman Chika sangat patuh jika Chika sudah memberi perintah pada mereka. Seperti perintah Chika saat ini yang menyuruh mereka untuk beristirahat sejenak.
“Lo hebat deh. Gue bangga punya teman kayak Lo"
Tiba-tiba Elina mengucapkan kalimat itu saat dirinya dan Chika duduk di tepi lapangan usai membeli minum.
Chika menanggapi ucapan temannya dengan senyuman tipis tanpa ada rasa sombong sedikitpun.
“Biasa aja. Gue Gak hebat"
Balas Chika sembari menoleh para sahabatnya, Elina.
Chika dan Elina memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan Chika dengan duduk di tepi lapangan dengan peluh yang sudah membasahi dahi mereka. Chika, Elina dan teman\-teman yang lain sangat terlihat lelah. Tetapi mereka tetap semangat agar mampu memberikan yang terbaik untuk sekolah mereka yang tercinta.
“Ayo kita kembali lagi latihannya!"
Perintah Chika setengah berteriak di tengah lapangan agar semua teman-temannya yang berpencar berkumpul lagi dilapangkan untuk melanjutkan latihan mereka sampai akhir.
Setelah berlatih tentunya langsung dipersilahkan untuk pulang
“Gue duluan ya udh di jemput mang diman."
Pamit Chika pada Elina saat latihan mereka hari ini telah usai.
“Iya, hati-hati ya"
Jawab Elina sembari melambaikan tangannya pada Chika yang sudah duduk manis di dalam mobil mewahnya. Hari ini Chika tak lagi membawa mobil sendiri, karena mobil yang biasa mengantar dan menjemputnya tak dipakai oleh mang diman untuk mengantar papanya. Dharma memang melarang Chika untuk membawa mobil sendiri walau Chika telah memilki Mobil pribadi pemberian papanya, Dharma. Tapi Ia suka keras kepala membawa mobil pribadinya dengan sendirian ketika sedang ingin atau supirnya sibuk. Dan kebetulan hari ini, Dharma memang berangkat ke luar negri tetapi sudah sejak subuh jadi mang diman dapat mengantar nona muda nya tepat waktu usai mengantar tuannya ke bandara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments