"Kemana Ir .. Kamu gak malu sama aku, aku ini monster. Bahkan aku bodoh, harusnya aku enggak datang." ujar Asna masih mode sedih, menangis sesenggukan.
"Enggak ada yang salah, dan aku juga tadinya enggak mau datang, tapi aku lihat dari Rey daftar nama yang datang siapa aja, aku batalin meeting cuma karena ada nama kamu."
"Ir .. Kamu kenapa harus seperti ini, bahkan aku sudah mengecewakan kamu, tapi kamu .. Huhu."
"Itu masa lalu, aku juga yang bodoh dan menyerah tidak mencari Mu dan menjelaskan semuanya, sekarang Kita operasi wajah kamu, kamu perlu bungkam mereka atas penghinaan ini! Aku selalu ada dan terus peduli sama kamu." jelas Irham, membuat Asna semakin malu.
"A-Apa .. Operasi?! Operasi aku enggak mau, nanti kalau gagal bakal lebih seram Ir. Tolong jangan paksa aku!"
"Aku enggak paksa kamu, sejak tiga bulan lalu kamu malah blokir aku, kamu enggan terima bantuan aku, aku benar benar masih sayang kamu. Tapi anggap aku menolong kamu, karena aku peduli. Aku enggak suka melihat orang yang aku sayang di permalukan, meski aku tahu kamu sangat besar mencintai si brengsek itu." lirih Irham.
"Aku menghindar karena aku takut, dan aku enggak mau bawa bawa nama kamu lagi Irham, aku takut akan ada fitnahan lagi. Jadi aku terpaksa .."
"Aku tahu kamu, sekarang ikut aku. Aku punya kenalan dokter terpercaya dengan teknologi canggih! dia pasti bisa bantu kamu."
"Kenapa harus kamu yang nolong aku Irham, aku merasa tidak pantas kamu menolong aku."
"Enggak penting pantas atau enggak, bagi aku kamu sama. Dan aku tulus sama seperti dahulu, aku menantikan kesempatan kamu sendiri karena aku punya power .. Power yang bisa membuat Arga dan orang membully kamu hancur ke angka paling rendah! Itu bukti aku masih mencintai kamu. Enggak peduli aku enggak dapat balasan, aku ingin kamu happy! Meski kamu selalu anggap aku sama seperti dulu." jelas Irham.
Deg.
Bulir air mata Asna, benar benar kembali menetes. Seperti inikah pria yang tulus, yang ia sia sia kan dan memilih Arga. Sebab dahulu Asna hanya anggap Irham sebagai sahabat masa lalu, teman baik sejak masa kecilnya. Tidak pernah ada perasaan apapun pada sahabat baiknya itu, sehingga ia baru tahu ketika telah menikah dengan Arga, jika Irham itu dari dulu mencintai Asna melebihi pria yang ia sukai. Namun terlambat dirinya tahu ketika sudah sah menjadi istri Arga Kusuma, dan setelah tahu perasaan itu Asna meminta Irham untuk jaga jarak, terkait suaminya yang cemburu buta.
"Kamu benar benar sahabat sejati Ir, kelak aku akan membalas kebaikan kamu." lirih Asna.
"Sahabat sejati .. Cukup bagus! Ayo sekarang ikut aku, enggak perlu malu. Cukup pakai topi aku saja. Kita sahabat sampai kapan pun kan?" senyum Irham, yang mencoba menghibur Asna, padahal ia ingin statusnya lebih dari itu.
"Fine .. Makasih Ir, kamu selalu buat aku tertawa terus."
Dalam perjalanan pun, tiba ketika Asna mengambil beberapa baju ke kost kecilnya, sementara Irham menunggu di mobil, tak tahu harus apa lagi. Sebab kali ini ia benar benar prihatin pada Asna, terlebih ponselnya tertinggal di jok nya, membuat mata Irham kepo siapa yang memanggil.
Nada dering sudah empat kali, namun Asna masih berada di dalam kost an nya. Tak lama Asna terlihat dan turun dari anak tangga dengan sebuah koper.
"As .. Ayo cepat! Ponsel kamu bunyi terus tuh." lirih Irham, membuat mata Asna senyum.
"Iya aku hampir lupa lagi, eh .. Tu- tunggu. Nyokap .. Tumben deh, ini nomor nyokap, bentar gue telepon balik dulu ya."
Namun saat memanggil nomor sang ibu, nomor bu Nira tidak aktif. Sehingga muncul lah satu pesan dari seseorang.
"Oke .. Slow aja lah As." lirih Irham, yang kala itu ia juga meminta asistennya men schedule pertemuan penting, hanya karena ia tak ingin melewati waktu dirinya dengan Asna, sahabat baiknya yang selalu ia sayang sejak dulu.
Beberapa saat pun kembali, Asna kembali masuk ke dalam mobil dan berkata. "Ir .. Gue kayaknya enggak jadi ke dokter yang lo bilang hari ini deh."
"Why ..?"
"Nyokap, gue takut ada apa apa, bibi kirim pesan ke gue. Katanya .. Nyokap ke rumah gue, dan ketemu mertua gue. Maksud gue mantan mertua gue, gue bener bener takut. Soalnya nyokap belum tahu gue udah bercerai. Dan belum tahu gue udah enggak tinggal di sana lagi, gimana dong ini? Lo kan tahu, nyokap enggak boleh kena berita yang bikin syok, sebab jantung nyokap enggak kaya orang sehat pada umumnya." panik sedih ketakutan Asna.
"Astaga, oke .. kita segera kesana sekarang! tunjukkan arahnya ya, kalau gue salah jalan."
"Hm ..."
Paniknya Irham dan Asna, melupakan perbincangan yang manis, terkadang di saat serius dan tidak, mereka selalu bernada kamu aku, atau lo dan gue yang secara spontan layaknya sahabat sejati yang kini kembali dekat.
Bukan main, ternyata sesampai di rumah sang bibi. Sejak dua puluh menit lalu, sang ibu bernama Nira sudah tidak ada di rumah. Kemungkinan berpapasan jalan, yang membuat ibunya Asna pergi ke rumah petaka itu, dimana Asna meminta Irham sedikit lebih cepat, ke rumah Arga untuk segera menyusul.
"Jangan panik, kita pasti sampai. Semoga nyokap enggak sampai lebih dulu ke rumah bedebah itu."
"Arga .. Namanya Ir. Aku enggak tahu kenapa nyokap bisa ke rumah, aku yang salah. Semua salah aku kalau nanti terjadi apa apa."
"Fine .. Semua pasti baik baik aja, jangan selalu nyalahin diri kamu terus As." manis Irham.
Sejak perjalanan, mata Asna tak henti nya menelpon sang ibu, ia kaget saat mendapat berita jika perceraian Asna dan suaminya sudah terdengar oleh ibu Nira, maka untuk memastikan ibu Nira menuju kediaman besannya itu. Dan dari itulah bibi dari Asna mengabarkan semuanya pada Asna, sebab kesehatan jantung ibu Nira takut tidak baik.
Sriith!!
Rem mendadak, membuat mata Asna dan Irham membola.
"Katakan jeng, apa benar putra kamu menceraikan putri saya Asna, sebab saya melihat Arga dengan perempuan lain, saya tanya dia bilang sudah bercerai dan pergi. Lalu dimana putriku berada, dan tinggal dimana sekarang?" ujar Nira pada Febi.
"Wih .. Enggak tahu ya, yang jelas bukan urusan saya. Bagus juga putra saya ceraikan anak kamu itu, wajah monster dan enggak ada bagus bagusnya juga. Setahun belakangan enggak ada tanda punya keturunan, pasti anak kamu itu mandul selain punya kelainan genetik. Pergi sana, jangan injak lagi rumah ini Nira. Kita bukan lagi besan, mau anak kamu hidup jadi pengemis bukan urusan Ku." usir Febi, yang saat itu terlihat sombong.
"Kau benar benar jahat Febi." lirih Nira.
Argh! Sesak jantung Nira, membuat dirinya lemas dan berkeringat, hal itu membuat ia terjatuh begitu saja, apalagi Febi menoleh dan langsung menutup pintu, meminta satpam untuk memindahkan tamu tak di undang di depan gerbang atau jalanan saja.
"Pak, bawa dia keluar sekarang!"
"Tetapi nyonya, dia pingsan gimana kalau ..?" ujar satpam.
"Bawa cepat mau aku pecat kamu." teriak arogan Febi.
"I-iya nyonya." sambil ketakutan dan tak percaya akan bos nya itu.
"Jangan sentuh ibu saya!" teriak Asna, yang baru tiba membuat mata Febi kaget.
"Heh baguslah kamu monster datang tepat waktu, bawa nih ibu kamu yang samanya penyakitan kaya kamu, ibu kamu yang cari masalah kemari, saya enggak ada urusan soal ini." teriak sarkas Febi.
"Baik saya pastikan anda dan putra anda mendapat balasan nya! Pak Supri, tolong bawa ibu saya ke mobil sekarang, maaf saya minta tolong!" ucap Asna, yang sudah kenal pada security yang penurut.
"Iya non. Segera .. Saya bantu, maaf ya non." permintaan maaf security, ia membantu ibu Nira masuk ke dalam mobil Irham, dimana segera menuju rumah sakit terdekat.
"Bu, ibu .. bertahan ya bu. Ibu harus sembuh dan sadar, jangan tinggalin Asna bu!" sedihnya membuat Irham tak tega.
Sementara Febi terlihat, ia masuk ke dalam rumah dan terlihat menelpon seseorang, ketika mantan menantunya itu sudah pergi tak terlihat dari kediamannya.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
lord
novel sekerem ini ceritanya ke intinya ngena banget loh. bagus baguz sih irham enggak kaya arga doi baik.asna salah pilih calon laki aja dia
2023-08-03
0
lord
wah wah irham jempol duA gentle loh
2023-08-02
0
Kaka Lalabiela
jadikan irham penolong asna wijaya
2023-07-07
0