Bab 3

"Jadilah Istri simpanan ku, aku akan menikahi kamu secara siri. Setelah satu tahun, aku akan menceraikan kamu. Dan sebagai kompensasi, aku akan memberikan uang sebesar lima ratus juta padamu. Bagaimana? Tertarik pada penawaran ku ini?" Januar menatap wajah April dengan serius.

Januar memang suka memanfaatkan kelemahan orang lain untuk keuntungan dirinya sendiri. Mungkin karena itu dia banyak dibenci oleh sanak saudaranya, tetangganya, terutama yang berasal dari kalangan bawah.

April mendelik, dia syok mendengar kata kata yang keluar dari mulut Tuan Januar. April dilanda kebimbangan, jika dia menerima penawaran pria itu sama saja dia sedang menukar harga dirinya sebagai wanita dengan sejumlah uang. Tapi jika dia menolak, dia tidak memiliki uang untuk membayar hutang peninggalan Ibunya secara kes.

"Ya... Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Keluh April didalam hati.

"Jangan berpikir terlalu lama sayang, aku tidak suka dibuat menunggu," lanjut Januar. Dia terus memperhatikan wajah cantik April yang sedang dilanda kebingungan.

"Baiklah, aku akan menerima tawaran itu. Tapi, aku juga punya satu syarat," ucap April.

"Syarat apa?" Januar penasaran.

"Jangan sampai ada orang lain yang tau tentang pernikahan kita, aku tidak mau dicap sebagai wanita murahan oleh keluargaku, teman temanku, tetanggaku dan orang orang yang mengenalku," sahut April.

Januar bernafas lega, karena syarat yang diajukan oleh April sangat mudah untuk dilakukan. Seperti membalik telapak tangan saja, tidak sulit apa lagi melelahkan.

"Kamu tenang saja, tidak akan ada yang tau tentang pernikahan kita kecuali aku, kamu dan Pak Desta. Aku bisa menjaminnya." Ujar Januar pada April.

April terdiam sejenak, dia memikirkan dampak buruk kalau Januar tidak memegang teguh janjinya. Cemoohan dari adik, tetangga dan saudara pasti akan April terima. Tapi tidak ada yang bisa April lakukan saat ini selain mencoba percaya pada janji seorang Januar.

April sangat berharap, Januar bisa menepati janjinya. Kalau tidak, hidupnya seketika akan hancur berantakan.

Di tempat lain...

Mei sedang disibukan dengan berbagai kegiatannya sebagai seorang foto model. Dia berlenggak lenggok didepan kamera, berpose menggoda dalam balutan busana super seksi. Tidak hanya sang fotografer saja yang dibuat ketar ketir oleh keseksian Mei, tapi juga beberapa pekerja lain yang ada disana.

Kulit putihnya yang sebening kristal bersinar indah, menggoyahkan iman siapa saja yang melihatnya. Benar benar mulus tanpa noda, tanpa bekas luka atau gigitan serangga.

"Gila, Mei seksi sekali. Beruntung sekali Tuan Januar bisa memilikinya, aku benar benar merasa iri," bisik salah seorang pekerja pria yang ada disana. Matanya melotot menelusuri tiap inchi kulit mulus Mei dari jauh.

"Tuan Januar memang bodoh, punya istri secantik itu dibiarkan menjadi model majalah dewasa. Keseksiannya diumbar dan menjadi konsumsi publik secara gratis," cibir yang lainnya lagi.

"Hei, kamu tidak perlu memprotes kebodohan orang lain. Justru kita harus bersyukur, kalau Tuan Januar tidak bodoh kita tidak mungkin bisa melihat pemandangan seindah itu. Ha... Ha... Ha... Ha..."

"Ya, kamu benar juga. Ha... Ha... Ha..."

Kembali ke kediaman Tuan Januar...

April keluar dari dalam ruangan pribadi Tuan Januar dengan wajah sedikit lesu, tubuhnya lemah seperti tak bertenaga. Pemandangan itu membuat Juli memiliki pemikiran dan dugaan buruk.

"Bagaimana Kak? Apa negosiasinya berjalan lancar? Tuan Januar mau memberikan kita keringanan kan?" Tanya Juli bertubi tubi. Dia sangat tidak sabar mendengar jawaban dari Kakak perempuannya itu.

April melirik kearah Pak Desta sekilas, pria itu hanya diam membisu karena memang dia tidak mengetahui apapun. April kembali menatap Juli, dia mengukir sebuah senyum palsu untuk menepis kekhawatiran adik semata wayangnya itu.

"Negosiasi berhasil, Tuan Januar mau memberi kita keringanan," sahut April bohong. Berbohong memang tidak baik, tapi demi kebaikan tidak ada salahnya berbohong asal tidak dijadikan kebiasaan.

"Hah, syukurlah kalau begitu. Aku sudah mau hampir mati berdiri karena serangan was was, aku takut pria itu tidak mau memberikan kita keringanan. Ternyata mantan Bos Ibu baik juga, jarang sekali ada orang kaya seperti itu," celetuk Juli.

Pak Desta batuk batuk mendengar ocehan Juli, seolah dia tidak setuju dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut gadis belia itu. Seorang pria kaya yang baik? Pujian itu sungguh tidak cocok diberikan pada Tuan Januar. Pak Desta paham betul bagaimana sifat majikannya, pria itu tidak akan mengabulkan permohonan seseorang tanpa melakukan sebuah barter.

"Ayo kita pulang," ajak April. Dia sudah sangat ingin merebahkan tubuh lelahnya diatas kasur.

"Ayo!" Sahut Juli penuh semangat.

April meminta Juli yang membawa sepeda, pikirannya sedang tidak fokus untuk mengemudi. Sepanjang jalan menuju rumah, pikiran April hanya terfokus pada perjanjiannya dengan Tuan Januar tadi.

Apa keputusan April tidaklah salah? Apa menjadi pelakor karena terpaksa bukanlah sebuah dosa? Ah, untuk apa April memikirkan tentang dosa, menjadi pribadi yang baik tidak bisa melunasi hutang hutang Ibunya begitu saja.

Lagi pula, Tuhan maha tau tujuan baik dari April. Dia tidak ingin hidupnya dan Juli terbebas dari kesusahan karena warisan hutang yang menumpuk dari mendiang Ibunya. Tiap orang ingin hidup damai dan sejahtera, begitu juga dengan April.

"Satu tahun itu tidak lama, kamu pasti bisa melewatinya dengan baik," April mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!