Bab 5

Dua hari kemudian, Januar menghubungi April dan memintanya untuk datang ke Hotel tempat kemarin mereka menghabiskan malam pertama. Dikamar yang sama, dengan nomor yang sama.

Meski lelah karena baru pulang kerja, April tetap menyanggupi keinginan Januar. Bagaimanapun pria itu adalah suaminya, dan dia harus menunaikan tugasnya sebagai seorang istri. Sekalipun dia hanya istri simpanan sekaligus istri kontrak saja.

Dalam pertemuan kali ini April tidak terlihat begitu canggung dan gugup, mungkin karena dia sudah pernah merasakan di setir oleh Januar. Hanya saja, April masih merasa sedikit takut. Takut miliknya terasa sakit dan perih seperti waktu itu.

Januar menatap wajah ayu April lekat lekat, meski tanpa riasan atau sentuhan skincare, April tetap terlihat menawan dan manis. Tampil sesederhana itu saja bisa meraih perhatian khusus dari Januar, apa lagi jika April tampil dalam sentuhan make up dan wajah terawat oleh polesan skincare?

"Cobalah untuk merias wajahmu dan mengenakan pakaian bagus, masa istri seorang pengusaha kaya tampil polos dan sederhana," ucap Januar.

"Tuan, bukankah Anda hanya membutuhkan sentuhan ku saja? Kenapa anda jadi menurutku untuk tampil menarik dan cantik?" Seloroh April kesal.

"Kalau kamu tampil menarik dan cantik, aku jadi lebih bersemangat untuk mengajakmu bertempur," Januar tertawa lebar.

"Pria itu menyebalkan sekali, untung saja tampan. Kalau tidak, aku sudah menutup mulut buayanya itu dengan bantal." Umpat April dalam hati.

Puas berdebat, Januar mematikan lampu kamar dan mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sementara April memilih diam dan menunggu tindakan dari suaminya, dia malas membuka segalanya sendiri.

Kata orang melakukan begituan rasanya mantap, apanya yang mantap? Sakit iya. Saat itu April belum merasakan apa itu rasa mantap karena belum bisa menghayati pertempuran mereka berdua, lain ceritanya kalau dia sudah bisa mengambil alih kendali dan menikmati suasana.

"Kendalikan diri Anda Tuan, aku tidak mau Anda terlalu liar seperti kemarin," ucap April sambil terus menggerakkan badannya.

"Kita lihat saja nanti, aku yang akan kehilangan kendali atau kamu," Januar menatap istri kecilnya dengan tatapan penuh gairah.

Pertempuran keduanya berlangsung selama beberapa kali dalam semalam. Membuat nafas April sedikit habis dan kelelahan. Terlebih, April mulai menguasai permainan dan menikmatinya secara perlahan. Kini April tau apa yang disebut mantap oleh teman temannya. Ternyata, rasanya seperti terbang ke langit ke-7.

"Kamu sangat pintar sayang, baru belajar beberapa kali sudah bisa mengambil alih kendali," ceplos Januar sambil merem melek.

"Jangan banyak bicara Tuan, Anda mengganggu konsentrasi belajarku," celetuk April.

Ingin rasanya januar tertawa terbahak bahak mendengar perkataan itu, tapi dia menahannya karena tidak mau mengganggu konsentrasi sang istri yang sedang menikmati permainannya diatas.

🍄🍄🍄

Waktu bergulir, karena terlalu lelah April ketiduran. Tau tau saja matahari telah meninggi dan sudah waktunya bagi April untuk berangkat ke tempat kerja.

April berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian dia memakai pakaiannya, menyisir rambut panjangnya dan mengikatnya agar terlihat rapih.

"Tuan, kenapa Anda tidak membangunkan aku?" April memarahi Januar yang telah bangun terlebih dahulu.

"Kamu terlihat kelelahan, mana tega aku membangunkan kamu,"

"Gara gara Tuan aku hampir telat berangkat kerja, aku juga tidak pulang dan membuat adikku khawatir,

Bukanya menjawab ocehan istrinya, Januar malah tertawa geli. Dia senang mendengar ocehan April yang sulit berhenti seperti burung camar.

"Aku benci padamu! Dasar, pria menyebalkan!" April mengumpat di dalam hati untuk kesekian kalinya.

🍄🍄🍄

April membuka pintu kaca toko dengan nafas tersengal . Keringat mengucur deras di keningnya yang lebar seperti sebuah landasan pesawat tempur.

"April, tumben kamu datang terlambat?" Tegur Sonia Bos dari April.

"Maaf Bos, aku bangun kesiangan. Semalam aku begadang nonton film horor kesayangan," April berbohong.

Mata Sonia turun memandang leher April, dia melihat sebuah tanda merah yang mirip dengan bekas kecupan. Sonia mendelik, gadis kalem yang pendiam itu ternyata bisa juga berbuat nakal.

"Pantas semalam Juli menelfon dan bilang April tidak pulang ke rumah, ternyata dia baru saja menghabiskan malam bersama kekasihnya," batin Sonia.

"Ada apa Bos? Kenapa Bos menatapku seperti itu?" April penasaran melihat tingkah aneh wanita lajang berumur tiga puluh lima tahun itu.

"Emh... Ada apa dengan lehermu? Kenapa ada tanda merah seperti bekas gigitan seorang pria?" Tanya Sonia ragu ragu.

Deg....!

Jantung April seperti berhenti berdetak, kenapa dia bisa lupa untuk berkaca dulu sebelum pergi? Semua gara gara dia ketiduran dan bangun kesiangan, semuanya jadi kacau balau seperti ini.

"Ah, ini bekas digigit Tomcat. Dari kemarin juga sudah ada Kok, bos saja yang tidak memperhatikannya," April meringis.

Sonia adalah wanita pintar yang berusia puluhan tahun lebih tua dari April, dia tidak akan semudah itu untuk dibodohi. Tapi untung saja karena kebohongan April, Sonia jadi berhenti untuk bertanya. Lagi pula untuk apa Sonia terlalu kepo pada kehidupan pegawainya? Mengurusi hidupnya sendiri saja sudah sulit.

Jujur saja, ada rasa takut tersirat dibenak April. Dia takut adiknya menghubungi Sonia dan menanyakan keberadaanya semalam, terlebih Juli memiliki nomor ponsel Sonia, hubungan Juli dengan Sonia juga lumayan dekat.

April mencoba menepis rasa takutnya, dia ingin fokus saat sedang berada di tempat kerja. Tentunya agar dia tidak melakukan banyak kesalahan dan membuat orang orang disekitarnya merasa tidak nyaman, khusunya Bosnya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!