Bab 2

Pagi itu matahari bersinar cerah dari sebelah barat, April mengayuh sepeda ontelnya dengan penuh semangat menuju kediaman Tuan Januar yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya. Kali ini, dia membawa serta Juli sang adik bersamanya untuk teman ngobrol selama diperjalanan.

April merasa sedikit gugup, kata Ibunya Januar adalah pria yang cerewet, galak dan suka menuntut. April takut tidak bisa merayunya untuk memberikan keringanan atas sejumlah hutang yang harus April tanggung. Tapi, April harus tetap berusaha berbicara dengan pria itu, dia tidak boleh berputus asa sebelum mencobanya.

Tiba dirumah Tuan Januar, April melihat mobil kesayangan pria itu bertengger di halaman rumah, jelas sekali kalau Tuan Januar ada disana. April tersenyum kecil, setalah bersusah payah akhirnya dia bisa segera bertemu dengan pengusaha kaya itu juga.

Ting... Tong...

Bunyi bel berulang ulang saat sebuah tombol yang menempel pada tembok di tekan oleh April. Tak berapa lama, sosok Pak Desta pun muncul membukakan pintu.

"Bagaimana Pak, apa Tuan Januar ada dirumah?" Tanya April basa basi. Padahal dia sudah tau kalau Januar sedang ada dirumah.

"Ada, mari masuk." Ajak Desta.

Desta langsung menggiring April dan Juli masuk ke dalam rumah. Langkah kaki ketiganya berhenti didepan sebuah ruangan pribadi milik Tuan Januar. Didepan pintu kayu bercat coklat yang tertutup rapat.

"Nona April silahkan masuk ke dalam, Tuan Januar sudah menunggu. Untuk Nona Juli, sebaiknya anda menunggu diluar saja bersama saya," pinta Pak Desta.

"Aku tidak mau menunggu diluar, aku mau ikut masuk dengan Kakak," tolak Juli.

"Juli, untuk kelancaran segalanya sebaiknya kita menurut saja pada perintah Pak Desta," ucap April.

Juli menunduk, dia terdiam dan menekuk wajahnya karena kesal. Kalau dia tidak ikut masuk kedalam ruangan pribadi itu, dia tidak bisa tau hasil negosiasi antara April dan Tuan Januar secara langsung.

Desta membuka pintu, April masuk kedalam ruangan dan Juli mau tidak mau harus mau menunggu diluar dengan Pak Desta.

Seorang pria tampan berpakaian rapih telah menunggu kedatangan April dalam ruangan itu, April cukup tercengang karena majikan Ibunya ternyata belum tua. Sama seperti April, Januar juga tercengang karena wanita biasa dan sederhana seperti pembantunya bisa memiliki anak gadis yang begitu cantik.

Pria mana yang tidak tergoda melihat April, meski dia memakai pakaian tertutup, bagaian depan dan belakang milik April sangat besar dan kencang. Burung puyuh milik Januar mulai bergerak dan mengepakkan sayap seolah ingin terbang mencari sarang baru.

"Dasar burung murahan! Tidak bisa melihat sarang baru yang lebih sempit!" Maki Januar dalam hati pada burung miliknya sendiri.

Januar memang mudah sekali naik hasratnya jika melihat wanita cantik, apa lagi jika wanita itu masih muda dan memiliki bodi bagus. Bukan karena Januar pria genit, melainkan karena Mei jarang sekali mau memuaskan hasratnya. Jadi mau tidak mau Januar yang kalem dan gagah berubah menjadi pria gatal.

"Begini Tuan, kedatanganku kesini untuk membicarakan soal hutang peninggalan mendiang Ibuku. Bisakah Tuan memberikan keringanan kepadaku? Apa boleh aku mencicilnya setiap bulan?" April langsung saja bicara ke pokok permasalahan.

"Dicicil? Berapa lama hutang sebanyak itu akan lunas jika dicicil?" Januar melebarkan bola matanya. Jelas sekali dia sedang meremehkan kemampuan April.

"Entahlah, mungkin sekitar lima belas tahun," April meringis. Dia mengakui ketidak mampuannya.

"Itu terlalu lama, bagaimana kalau tiga tahun lunas?" Januar membuat penawaran yang tidak akan mungkin bisa April tunaikan.

"Maaf Tuan, gaji ku kecil, aku tidak mampu mencicil dalam jumlah banyak," April memasang wajah sedih.

Melihat wajah sedih itu, Januar merasa tidak tega. Apa lagi dia tau kalau keluarga mantan ART nya itu adalah keluarga miskin. Jangankan untuk membayar hutang, untuk makan sehari hari saja mungkin mereka kesulitan.

Diluar sana, Juli menunggu April keluar dengan hati penasaran. Dia sangat ingin tau apa yang sedang April dan Tuan Januar bicarakan. Jiwa kepo Juli meronta, dia ingin menguping dari balik tembok tapi Pak Desta selalu menatapnya dengan tatapan tajam seolah takut Juli mencuri sesuatu dari rumah itu.

Alhasil, Juli hanya bisa menggulung gulung ujung dres yang dikenakannya untuk mengusir rasa jenuh sekaligus gelisah yang mulai menggerogoti jiwa dan raganya.

"Kakak, cepatlah keluar. Aku sudah sangat ingin bertanya ini dan itu kepadamu," ucap Juli dalam hati. Sesekali dia mengeluarkan nafas berat dari dua lubang hidungnya yang lebar.

"Tenanglah Nona Juli, Kakak anda akan baik baik saja. Tuan tidak akan memakannya," seloroh Pak Desta sambil mengukir senyum meledek.

Juli cemberut, dia memang paling tidak suka di ledek oleh orang lain. Terlebih dalam situasi menegangkan dan genting seperti sekarang ini.

Kembali ke dalam ruangan pribadi Januar...

Januar tiba tiba memiliki sebuah pemikiran yang konyol. Pemikiran untuk menjadikan April sebagai istri simpanannya, sebagai pemuas nafsu birahinya yang selama ini jarang tersalurkan karena Mei terlalu sibuk dengan karirnya.

"Aku punya sebuah penawaran menarik untukmu," ucap Januar sambil menyunggingkan sebuah senyum licik. Senyum yang bisa membunuh lawan bicaranya secara tidak langsung, begitu sakti bukan?

"Penawaran apa Tuan?" Tanya April penasaran. Wajahnya begitu antusias menunggu jawaban dari Tuan Januar. Jantungnya juga berdegup kencang, seperti bunyi genderang sesaat sebelum perang.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!