Bab 3 CCM - Move on

Seminggu setelah kejadian Kevin yang meminta nomor WhatsApp Dewi. Maira sudah tidak terlalu memikirkan hal itu lagi, pelan-pelan ia berusaha untuk move on dari cinta pertamanya itu. Ia tidak boleh terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan kan. Lebih baik sekarang Maira fokus belajar ia tidak boleh mendapatkan peringkat terakhir hanya gara-gara galau.

Maira berjalan gontai di lorong sekolah, pagi ini ia datang lumayan awal. Tenang saja Angkasa tidak meninggalkannya lagi, ia tidak ingin Maira merajuk lagi dengannya. Sedang santai berjalan tiba-tiba ada seorang yang menabrak tubuh Maira yang membuatnya hampir terjatuh.

"Auw."

"Eh Maira, sorry ya gue gak sengaja sorry banget. Lo Gapapa kan?"

Maira menggelengkan kepalanya cepat menatap lelaki yang baru saja menabraknya dan orang itu adalah Bara teman Kevin.

"Gapapa kok kak tenang aja."

Bara memegang bahu Maira memerhatikan gadis itu dari atas sampai bawah, "Beneran kan gapapa?"

Di perhatikan oleh Bara dengan jarak yang cukup dekat seperti ini membuat Maira memundurkan langkahnya. Maira belum pernah sedekat ini dengan lelaki lain selain kakak dan ayahnya.

"Bener kok kak gue gapapa."

Bara menarik napasnya legah, "Ya udah kalau gitu gue mau ke kelas dulu. Sekali lagi sorry ya."

Maira mengangguk dan tersenyum ramah, "Iya kak."

Setelah kepergian Bara, Maira memegang dada sebelah kirinya, "Huh bisa-bisanya gue grogi dan degdegan di tatap dengan kak Bara begitu."

Gimana gak grogi Bara kan tak kalah tampannya dari sih Kevin. Bedanya Bara sedikit pendek dari pada Kevin. Ah sudahlah kenapa Maira memikirkan Kevin terus, kan katanya mau move on.

_

"Ra nanti kita daftar jadi anggota osis yuk!"

"Kapan?" Maira menoleh ke arah Dewi yang sedang menatapnya, "Tapi gue males sih rasanya mau ikut begituan. Waktu SMP gue udah pernah jadi osis, sibuk."

"Jangan males-males ah. Nah lo kan udah pernah jadi osis berarti udah terbiasa dong, " Dewi menggoyang-goyangkan tangan Maira seperti anak kecil, "Ya ya mau ya?"

Maira memutar bola matanya pasrah, "Ya udah iya. Jadi kapan mau daftarnya?"

Dewi tersenyum senang, "Nanti jam istirahat kedua kita kumpul di aula."

"Di kelas kita. Kita berdua doang nih?"

"Gak. Leri dengan Melly juga ikut kok."

"Oh okay."

"Lagian kan jadi osis enak, gak banyak belajar," ucap Dewi menaik turunkan alisnya.

Maira menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bisa aja lo tuyul."

"Tuyul tuyul," Dewi menunjuk orang yang duduk di depannya, "Noh tuyul."

Khoirul yang merasa di bilang tuyul memutar tubuhnya ke belakang, "Gue tau lo ngatain gue."

Dewi terkekeh pelan, "Ya sorry salahin kepala lo kenapa botak licin kek tuyul."

"Ya kan kata ibu kan model rambut gak boleh yang macem-macem, gak boleh panjang juga kalau cowok. Ya udah gue botakin aja sekalian biar puas," ucap Khoirul dengan membara.

Ya alasannya membotakkan kepalanya adalah karena beberapa hari yang lalu ia di omeli oleh guru, karena rambutnya lumayan panjang. Setelah besoknya ia sudah memotong rambutnya tapi malah di marahkan lagi oleh guru, katanya potong rambut jangan model yang macam-macam. Jadi karena kesal ia botakkan saja kepalanya.

"Ya udah mulai sekarang gue manggil lo botak aja ya. Anggap aja panggilan sayang dari gue haha," ucap Maira sambil tertawa.

Dewi mengangguk setuju, "Gue juga deh."

Khoirul menatap mereka sinis, "Cih bapak lu botak."

Maira makin terbahak, "Lah bapak gue kagak botak."

"Bapak gue gondrong," ucap Dewi memegangi perutnya yang mulai sakit karena kebanyakan tertawa.

Khoirul menatap dua gadis yang masih mentertawakan kebotakannya itu datar, ia menghela nafas kasar, mungkin ini sudah takdir pikirnya.

"Ya udah deh ya terserah lo berdua. Ra, Angkasa mana?"

Maira menghentikan tawanya, "Byasalah."

"Mdc?"

"Ho'oh."

Belum berapa lama oknum yang di bicarakan tiba-tiba memasuki kelas dengan sedikit berlari.

Maira menatap kembarannya yang sudah terduduk di depannya dengan nafas yang tersengal-sengal, "Kenapa lo? Kek di kejar setan aja lo."

Angkasa menyandarkan tubuhnya ke tubuh Khoirul, "Woo ini lebih seram dari pada setan."

"Bisa kagak nyender ke gue kagak lu," ucap Khoirul menjauhkan tubuh Angkasa darinya.

"Numpang nyender doang elah."

"Omongan lo kayak gak pernah dengar yang namanya senderan kursi."

"Memang apa yang lebih seram dari setan Ang?" tanya Dewi penasaran.

Angkasa sedikit mendekatkan tubuhnya ke Maira dan Dewi, "Kalian mau tau yang lebih seram dari setan itu apa?"

"Iya apa? Buruan?" ucap Maira tak sabar.

Khoirul juga ikut-ikutan mendekatkan dirinya untuk mendengar jawaban Angkasa.

"ANGKASA!"

"NAH ITU DIA yang lebih serem dari setan," ucap Angkasa ketika beberapa orang kakak kelasnya masuk ke dalam kelasnya dan mendatanginya dengan hoboh.

"Angkasa minta nomor wa nya dong please!" ucap kakak kelas berbando ping dengan dadanan sedikit menor.

Salah seorang lagi dengan kipas di tangannya duduk di atas meja Angkasa, "Pelit banget sih, buat nambah temen aja kok ya."

"Temen gue udah banyak."

"Iya kalau gak ada wa nomor hp biasa juga gapapa," ucap yang satu lagi, menggoyang-goyangkan tangan Angkasa.

Cepat-cepat Angkasa menarik tangannya, ia bergidik ngeri, "Gue gak punya hp kak."

"Halah bohong, masa jaman sekarang masih ada yang gak punya hp."

"Serius dah kagak punya gue," ucap Angkasa sesekali melirik Maira mengirimkan sinyal untuk minta tolong dengan kembarannya itu.

Maira berdiri kemudian menghadang kakak kelasnya itu dari hadapan Angkasa, "Maaf ya kakak-kakak Angkasa memang gak punya hp. Jadi gak bisa ngasih kakak nomor hpnya."

Kakak kelasnya yang bebando ping mengernyit menatap Maira sinis, "Lo siapa? Pacarnya? Kalau bukan pergi deh."

"Bukan, saya adiknya. Jadi kakak bisakan berhenti gangguin kakak saya?" ucap Maira dengan tatapan tajam yang membuat nyali mereka menciut.

"Ya udah deh Angkasa lain kali aja gue minta nomor wa nya, yuk gaes keluar," ucapnya setelah mengintip Angkasa yang ada di belakang Maira.

"Dah Angkasa muach," ucap yang satu lagi membuat Angkasa bergidik ngeri di tambah lagi yang lainnya mengedipkan mata ke arahnya.

Akhirnya mereka pun keluar yang membuat Angkasa bernafas legah. Hah di kejar-kejar seperti ini sangat melelahkan, Angkasa tahu dia memang tampan tapi jangan di kejar-kejar terus dong kan capek.

"Alhamdulillah pergi juga tuh para nek lampir," ucap Angkasa.

"Susah ya jadi orang ganteng," lanjutnya percaya diri yang mendapatkan tatapan geli dari adik dan teman-temannya.

"Kenapa?" tanya Angkasa menaikkan alisnya.

"Pede gilak lo," ucap Dewi.

"Emang kenyataan gimana dong."

Dewi dan Maira bahkan Khoirul saling bertatapan, "Dih najis lo tuyul."

Angkasa menunjuk kepala Khoirul, "Noh tuyul."

"Mata lo tuyul."

Terpopuler

Comments

Mah Mudah

Mah Mudah

pliss gw ngakak

2023-08-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!