Cuma Cinta Monyet
Seorang gadis menggunakan seragam sekolah berjalan dengan sedikit berlari menuju gerbang sekolah, karena sebentar lagi pintu gerbang akan di tutup. Setelah melewati gerbang ia menghentikan langkahnya untuk mengatur nafas, nyaris saja dia terlambat.
Gadis berambut panjang sedikit bergelombang, bermata sipit, kulit putih dan alis cukup tebal itu, ia adalah Almaira Alvania panggil saja Maira gadis berumur 16 belas tahun, murid kelas 10 di SMA Nusa Bangsa.
Hari ini adalah minggu ke dua bagi dirinya menjadi bagian dari SMA Nusa Bangsa. Setelah memalui berbagai macam kegiatan penerimaan murid baru Maira di tetapkan berada di kelas 10 IPA 1. Awalnya ia tidak ingin berada di kelas IPA dan ingin pindah ke IPS, tapi setelah di pikir-pikir berada di kelas IPA juga bagus. Jadi Maira tidak jadi pindah, itung-itung biar terlihat seperti anak pintar pikirnya. Padahal IPA dan IPS sama-sama bagus.
"Huu Alhamdulillah untung aja masih ada waktu, kalau gak udah di hukum gue," ucap Maira sembari menyeka keringat yang membasahi keningnya.
Setelah mengatur nafasnya Maira mulai melangkah menuju kelasnya, ia harus buru-buru karena sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai.
Sesampai di kelas Maira berjalan menuju meja paling belakang, di sebelahnya sudah ada siswi dengan rambut di kuncir dua tersenyum manis ke arahnya.
"Kemana aja lo, tumben telat?" Tanya siswi bernama Dewi, ketika Maira sudah duduk di kursinya tepat di samping Dewi.
"Semalam gue begadang, jadi bangunnya kesiangan deh," jawab Maira lemah.
Dewi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Makanya jangan begadang, ingat lagu pak haji Roma irama," ucap Dewi menggulung buku dan mendekatkan ke bibirnya, "Bergadang jangan begadang kalau tiada artinya ~ begadang boleh saja aaa kalau ada gunanya ~,"
Maira tertawa pelan melihat gadis yang baru menjadi temannya beberapa hari itu bernyanyi. Menurut Maira beberapa hari ini menjadi teman Dewi sangat menyenangkan, karena Dewi anak yang ceria dan baik di tambah lagi Dewi juga pintar.
"Ya gimana lagi, gue ngerjain pr Fisika yang di beri bapak kemarin. Kan katanya wajib ngumpulin hari ini, mana susah lagi. Ngerti aja belom udah di kasih pr," keluh Maira bagaimana tidak baru pertama kali ia belajar Fisika dan langsung di kasih pr kan pusing jadinya.
"Makanya ngerjain pr itu siang hari jangan malam hari, kan jadi begadang," omel Dewi.
"Iya iya,"
Dewi mengedarkan ke seluruh kelas mencari seseorang, "Oh iya kembaran lo mana? lo gak dateng bareng dia?" Ucap Dewi menanyakan saudara kembar laki-laki Maira.
Maira memiliki saudara kembar laki-laki yang bernama Angkasa Alvano, Angkasa hanya tua dua menit dari Maira dan mereka berdua juga sekelas.
Maira memutar bola matanya malas, "Kalau dia gak ninggalin gue, gak bakalan telat gue," kesal Maira.
"Lah sekarang tuh bocah kemana? Dari tadi gue belum ada ngeliat dia,"
"Gak tau, nongkrong palingan sama temennya di MDC," ucap Maira.
MDC adalah singkatan dari kata Mama Diwa Crew yaitu rumah salah satu kakak kelas yang bernama Diwa, yang selalu di jadikan tempat Diwa dan teman-temannya berkumpul. Letak MDC juga sangat dekat yaitu di samping SMA Nusa Bangsa. Mereka tidak memandang kakak kelas ataupun adik kelas, jika sudah berkumpul dan bersenda gurau bersama mereka di situ sudah pasti menjadi teman mereka.
Melihat banyak siswa berkumpul di rumahnya mama Diwa memutuskan untuk sekalian berjualan makanan, jadi mereka yang bersantai bisa memesan makanannya dengannya jika lapar.
Setelah beberapa saat akhirnya bel tanda masuk sekolah berbunyi, para murid SMA Nusa Bangsa memasuki kelas masing-masing, menanti sang guru tercinta untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
___
"Ra kantin kuy!" Ajak Dewi ketika guru sudah keluar dari kelas, beberapa menit yang lalu bel istirahat sudah berbunyi.
"Kuy gue juga udah laper nih, gak sempet sarapan tadi pagi," balas Maira sambil merapikan bukunya.
"Dek gue nitip ya," ucap Angkasa yang sedang duduk di kursinya, ia duduk tepat di depan Maira.
Maira menatap kembarannya itu sinis, is masih kesal karena Angkasa meninggalkannya tadi pagi.
"Cih beli aja sendiri enak aja nyuruh-nyuruh," ucap Maira dan berlalu meninggalkan Angkasa.
"Dasar adik durhaka, bantuin kakaknya aja gak mau," kesal Angkasa.
Maira menjulurkan lidahnya dari jauh, "Bodoh amaaat,"
"Udah udah weh malah berantem lo berdua," ucap Dewi dan menarik Maira ke luar.
Mereka berdua berjalan melewati lorong sekolah sembari berbincang-bincang. Setiap melalui kelas lain apalagi kelas sebelas dan dua belas yang di depannya pasti selalu ada kakak kelas yang bersantai. Mereka selalu menggoda dan merayu Dewi berusaha untuk mendapatkan nomor WhatsApp nya, tidak heran karena Dewi bukan hanya pintar tapi juga memiliki wajah yang cantik.
Maira jadi merasa insecure berada di sebelah Dewi, karena ia tidak secantik Dewi. Tapi Maira harus selalu bersyukur atas semua yang telah di berikan oleh Allah SWT. Bahkan sampai di kantin pun semua mata tertuju pada Dewi, Maira merasa beruntung bisa berteman dengan Dewi.
"Duduk di situ aja ya kita," ucap Maira menunjuk salah satu kursi di kantin.
Dewi yang sedang memperhatikan papan menu menoleh kearah yang di tunjuk Maira, "Okay, ya udah lo pesen apa nih?" Tanya Dewi.
"Hhm apa ya, bakso aja dah," jawab Maira setelah beberapa saat berpikir.
"Ya udah gue juga bakso deh,"
Setelah pesanan mereka siap, Maira dan Dewi langsung membawa bakso mereka menuju meja yang akan mereka tempati, namun saat beberapa langkah lagi mereka akan sampai tiba-tiba ada dua orang murid laki-laki yang langsung menempati meja yang akan mereka pakai. Untuk beberapa saat mereka berdua tercengang menatap kedua orang laki-laki itu, padahal sudah tidak ada meja yang kosong lagi tapi mereka malah mengambil meja terakhir itu.
Salah mereka sih tidak cepat-cepat duduk di situ:(
"Lah malah di ambil tempatnya, ini gimana ceritanya dah. Duduk di mana nih kita?" Tanya Maira bingung.
"Duduk di depan mereka aja kan masih ada dua bangku kosong tuh," ucap Dewi sembari menunjuk dua kursi di depan murid laki-laki yang sudah mengambil meja mereka.
Maira menatap kursi itu dan Dewi bergantian, "Ya malu lah, ya kali tiba-tiba kita langsung duduk aja. Lagian mereka kan kakak kelas kita, kak Bara dan kak Kevin,"
"Ya mau gimana lagi, duduk aja dah lagian kita juga gak minta bayarin mereka kan?" Ucap Dewi yang akhirnya di setujui oleh Maira.
"Ngomong-ngomong hapal juga lo nama mereka?" Tanya Dewi.
"Ya tahu aja," jawab Maira sedikit salah tingkah, bagaimana tidak itu semua karena Maira menyukai kakak kelasnya yang bernama Kevin itu. Tapi Maira tidak pernah memberi tahukan nya kepada siapa pun.
Dengan malu Maira mengikuti Dewi duduk di kursi depan dua orang laki-laki itu. Hal itu membuat dua orang murid laki-laki itu menatap mereka heran.
Dewi menatap mereka dan mengeluarkan senyum manisnya, "Kak kita berdua duduk di sini ya, masalahnya udah gak ada tempat yang kosong," ucap Dewi meminta ijin.
Mereka yang melihat senyum Dewi yang manis terdiam beberapa saat bagaikan tersihir mereka terpesona dengan kecantikan Dewi. Sedangkan Maira hanya mengeluarkan senyum canggung berharap mereka tidak marah. Di tambah lagi ia menjadi gugup karena berada sedekat ini dengan Kevin.
"Iya gapapa kok, duduk aja santai santai," ucap Kevin yang duduk di depan Dewi.
"Iya duduk aja jangan sungkan jangan ragu hehe," sambung Bara terkekeh.
"Makasih kak," ucap Dewi dengan senyuman manisnya lagi.
Untuk beberapa saat mereka berempat hanya diam, sembari melahap makanan mereka masing-masing. Sebenarnya Maira merasa tidak nyaman, ia sangat malu dan gugup sekarang. Ia melirik Dewi yang sedang santai memakan baksonya.
"Oh iya kita lupa kenalan. Kenalin nama gu.." belum selesai Kevin berbicara sudah di potong oleh Dewi.
"Kevin gue tau kak, kan ada tuh di nametag nya," potong Dewi yang membuat Kevin dan Bara tercengang. Maira yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah temannya itu.
Kevin tersenyum yang membuat dada Maira berdebar-debar karena melihat ketampanannya. Tidak bisa berada di sini lama-lama bisa membuat Maira jantungan.
"Okey tapi lo gak tau kan gue kelas berapa? Kalau gitu gue ngasih tau kelas gue aja. Gue kelas 11 IPA 2," Dewi hanya mengangguk-angguk kan kepalanya dan tetap fokus menghabiskan bakso miliknya.
"Gue juga sama," tambah Bara.
"Kalian kelas berapa?" Tanya Kevin.
Dewi setelah menghabiskan baksonya Dewi meneguk habis air minumnya dan menatap Kevin dan Bara bergantian.
"Kita berdua kelas 10 IPA 1," Dewi menoleh ke arah Maira, "Ra lo udah selesai?" Tanya Dewi.
Maira mengangguk kecil, "Udah,"
"Ya udah yuk balik ke kelas! Kakak-kakak makasih ya udah ngijinin duduk di sini," tanpa menunggu jawaban dari mereka berdua Dewi langsung menarik Maira untuk meninggalkan kantin.
Sedangkan Kevin terus menatap kepergian Dewi dan Maira dengan bibir yang tersenyum, membuat Bara menatapnya heran.
"Kenapa lo senyum-senyum begitu? Suka lo dengan mereka?" Tanya Bara.
"Bukan Mereka tapi dia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Aya.....
ni siapa nih?
Maira...??
Aksa Keyla manaa?
Beda sekolah mereka???
2024-01-31
1
Vyrena
siapa tuhh? duhh klw Dewi yg disukai makin runyam persahabatan mereka nanti tapi klw si Maira yg disukai oleh Kevin... hehe gkk nyangka aku mereka bisa saling suka gitu
2023-08-02
1
Vyrena
a cieee cieee kiww kiww enak yah bisa dekat dgn sang pujaan hati🤭♡
2023-08-02
1