3. Tak Sesuai Harapan

Garland memacu kendaraannya menuju sebuah kompleks perumahan sederhana. Dia terus melajukan motornya hingga sampai di sebuah rumah sederhana dengan taman kecil di depannya.

Garland menepikan motornya dan segera turun dari motornya. Dia segera berjalan menuju pintu depan rumah yang tertutup rapat itu.

"Assalamu'alaikum," ucap Garland.

Tak ada sahutan dari dalam. Garland tak menyerah. Dia kembali mengucapkan salam sembari mengetuk pintu rumah itu.

"Assalamu'alaikum," ucapnya lagi.

"Wa'alaikumusalam."

Sayup-sayup terdengar suara seseorang menjawab salam. Tak lama kemudian terdengar suara anak kunci diputar dari dalam.

"Wa'alaikumusalam." Jawab Bu Tiwi sembari membuka pintu rumahnya.

"Eh Nak Garland. Mari masuk Nak. Mari silahkan masuk," kata perempuan berwajah kalem itu.

Garland tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dengan sopan.

"Mau ketemu sama Alma ya?" tanyanya lagi.

"Iya Tante. Alma-nya ada?" ujar Garland.

"Ada Nak. Tunggu sebentar ya. Tante panggilkan Alma dulu."

Perempuan kalem itu lantas berlalu dari hadapan Garland. Dia berjalan menuju sebuah kamar yang ada di dalam rumah itu.

"Al... Alma! Di luar ada Garland tuh!" Bu Tiwi memanggil Alma sembari mengetuk pintu kamarnya.

"Al... Ada Garland tuh di depan," ucapnya sekali lagi.

Di dalam kamarnya Alma berteriak kesal. Dia kemudian membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Apaan sih? Berisik banget. Gangguin orang aja dari tadi," kesal Alma.

Bu Tiwi tersenyum saat Alma mau membuka pintu kamarnya.

"Ada Garland di depan. Kamu temuin gih," ujarnya.

"Ogah. Aku lagi nggak mood terima tamu. Suruh pulang aja lah," ucap Alma.

"Eh nggak boleh gitu. Kasihan Garland. Temuin sebentar aja ya Nak. Siapa tahu ada gak penting yang diomongin sama dia," bujuk Bu Tiwi.

"Kalau kamu mau, temuin aja sendiri. Aku mah ogah." Alma berkata sambil berusaha menutup pintu kamarnya.

"Alma nggak boleh gitu Nak. Tamu yang datang baik-baik harus kita sambut dengan baik juga." Bu Tiwi masih berusaha membujuk Alma.

Alma hendak menjawab perkataan Bu Tiwi saat sebuah suara membuatnya menutup mulutnya kembali.

"Eh ada tamu rupanya," sapa Pak Handi yang baru saja pulang dari kantor.

Garland berdiri dari tempat duduknya. Dia tersenyum membalas sapaan Pak Handi. Keluarga Alma memang telah mengenal Garland dengan baik.

"Sudah lama Land?" Tanya Pak Handi sambil menempatkan tubuhnya di sofa kosong di dekat Garland.

"Baru aja Om," jawab Garland.

"Alma mana?" tanya Pak Handi lagi.

"Masih dipanggil sama Tante Tiwi Om," jawab Garland.

Pak Handi manggut-manggut mendengar jawaban Garland.

"Ya sudah Om masuk dulu ya. Mau mandi. Kamu tunggu aja. Sebentar lagi pasti Alma keluar," ucap Pak Handi.

Garland mengulas senyum disertai anggukan kepala saat mendengar perkataan Pak Handi.

Setelah itu, Pak Handi masuk ke dalam rumahnya. Lelaki itu berjalan menuju kamar sang putri. Bermaksud untuk memanggil Alma agar segera keluar menemui tamunya.

Baru saja lelaki itu akan sampai di kamar sang putri, Alma tampak berjalan keluar dari kamar.

"Baru aja Ayah mau manggil kamu. Mau ngasih tahu ada Garland. Eh udah keluar aja," ucap Pak Handi.

Alma melirik sekilas ke arah sang ayah. Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, Alma berjalan menuju ruang tamu.

Alma terus berjalan tanpa menoleh lagi. "Sorry lama nunggunya," ucap Alma.

Garland tersenyum. "Enggak apa-apa. Gue juga baru

aja sampai," jawab Garland.

Alma lantas duduk di dekat Garland. Namun wajahnya tak menampilkan senyuman sama sekali. Sorot matanya menampakkan kekecewaan yang mendalam.

Garland menghela napas panjang melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Alma. Pemuda itu merasa iba sekaligus prihatin dengan apa yang menimpa Alma.

"Gue ke sini cuman mau nanya kenapa elo nggak masuk kerja?"

Alma melirik sekilas. Kemudian dia mengalihkan pandangannya lagi ke arah lain. Wajahnya masih menampilkan ekspresi yang sama.

"Gue udah nanya sama anak-anak yang lain. Tapi mereka nggak ada yang tahu kenapa elo nggak masuk," lanjutnya.

Alma masih tak membuka suaranya. Dia masih tetap terdiam mematung di tempatnya.

Garland semakin kasihan melihat Alma. Dia sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi pada Alma. Dia hanya ingin Alma mengatakannya sendiri padanya. Dia ingin Alma yang menceritakan itu padanya.

"Apa absennya elo ada hubungannya sama Bara?" tebak Garland. Matanya menatap Alma dengan sorot menyelidik.

Mendengar nama Bara disebut, Alma lantas menatap tajam ke arah Garland. Kemudian dia berdiri dari kursinya dan menarik lengan pemuda itu agar mengikutinya keluar dari rumah.

"Eh elo mau bawa gue ke mana?" Garland bertanya dengan panik saat Alma menariknya dengan kuat.

"Kita bicarakan soal ini di luar," ucap Alma singkat.

Garland tak bertanya lagi. Pemuda itu hanya menurut saja apa kata Alma.

Alma terus menarik lengan Garland hingga mereka kini berada di jalan.

"Elo mau bawa gue ke mana sih sebenarnya?" tanya Garland lagi.

Alma hanya melirik sekilas tanpa berkata apapun juga. Dia tetap menarik lengan Garland hingga mereka berada di sebuah taman kecil. Ternyata Alma membawa Garland ke taman yang tak jauh dari rumah Alma.

"Kita duduk di sana aja yuk!" Alma menunjuk sebuah bangku beton yang ada di taman itu.

Garland mengangguk saja. Dia kemudian berjalan mengikuti langkah Alma mendekat ke arah bangku itu.

"Sebenarnya ada apa sih Al?" Garland kembali bertanya saat dirinya dan Alma tengah duduk di bangku beton itu.

Alma menarik napas panjang. Kemudian dia menghembuskannya perlahan. Dadanya terasa sesak saat ada yang bertanya tentang hubungannya dan Bara.

"Al." Garland menarik jemari Alma ke dalam genggamannya.

"Gue tahu elo mungkin nggak percaya sama gue. Elo mungkin menganggap gue terlalu ikut campur urusan elo. Tapi yang harus elo tahu. Gue ngelakuin ini karena gue peduli sama elo. Terlepas dari sikap elo ke gue selama ini," ucap Garland.

Alma menatap mata Garland yang memancarkan sinar ketulusan. Tak ada rasa selain ketulusan yang terpancar di sana.

"Elo boleh cerita apa saja sama gue. Gue akan dengan senang hati dengerin semuanya," ucap Garland.

"Sorry gue narik-narik elo tadi," kata Alma.

Garland tersenyum. "Iya enggak apa-apa. Gue ngerti kok. Elo nggak mau bokap sama nyokap lo tahu kan soal ini?" ujar Garland.

Alma mengangguk. "Bukan cuman itu aja sebenarnya Land," sahutnya.

"Lalu?"

Alma menghela napas panjang. Seolah ada beban ribuan kilo yang menghantam dadanya saat ini.

Garland tak menuntut Alma untuk segera menjawabnya. Pemuda itu justru mengelus lembut punggung tangan Alma. Seolah memberikan aliran semangat dan juga menunjukkan empatinya pada gadis itu.

"Ada hal lain yang membuat gue ngajak lo ke sini."

Terpopuler

Comments

Gogot Puji

Gogot Puji

sesuatu apa tuh Al? jadi penasaran deh

2023-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!