Selepas Kau Pergi

Selepas Kau Pergi

1. Hati Yang Retak

"Maafkan aku Al. Aku nggak bisa lagi bersama dengan kamu. Aku nggak bisa lagi meneruskan hubungan kita," jelas seorang pria pada seorang gadis yang berdiri di depannya.

Gadis itu menangis tersedu-sedu di depan sang pria. Dia memohon agar sang pria tak pergi meninggalkannya. Namun sepertinya keputusan sang pria sudah bulat dan tak bisa diganggu gugat lagi.

"Maafkan aku Al. Aku nggak bisa sama kamu lagi. Aku harap kamu bisa menemukan lelaki yang lebih baik dari aku," ucap lelaki itu.

"Enggak! Aku nggak mau pisah sama kamu. Aku cinta banget sama kamu." Gadis itu berkata di sela isak tangisnya.

Pria itu tetap kekeuh pada pendiriannya. Dia berulang kali meminta agar sang wanita mau melepaskannya dan mengikhlaskan semuanya.

"Maafkan aku," ucapnya lagi.

"Aku nggak bisa Al. Aku nggak bisa terus sama kamu. Karena... karena aku merasa... aku merasa... aku merasa kita udah nggak cocok lagi," lanjutnya.

Gadis bernama Alma itu menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat. Dia masih berusaha mempertahankan lelaki itu. Dia berusaha menahan agar lelaki itu tak pergi meninggalkan dirinya.

"Maaf Al. Aku harus pergi. Selamat tinggal dan semoga kamu bahagia," ucapnya lalu berlalu pergi dari hadapan Alma.

Alma berteriak memanggil nama lelaki pujaan hatinya itu. Gadis itu berteriak hingga suaranya serak dan hilang.

"Ikhlaskan yang bukan menjadi milikmu. Lepaskan hati yang ingin pergi dari hidupmu," ucap seseorang tiba-tiba.

Alma menoleh ke asal suara. Dia memicingkan matanya guna melihat sosok itu. Sosok yang dengan mudahnya menyuruhnya melupakan kenangannya bersama dengan Bara, kekasihnya.

"Belajarlah untuk ikhlaskan yang bukan menjadi hak milikmu. Lepaskan ikatan yang hanya membuatmu sesak dan tak mampu bernapas," lanjutnya.

Alma mengacuhkan kehadiran sosok itu. Dia memilih beranjak pergi dari sana daripada harus mendengarkan ocehan tak jelas dari orang yang selalu mengganggunya.

Pemuda itu hanya menghela napas panjang. Dia menatap punggung Alma yang semakin menjauh dan menjauh. Dalam hati dia hanya bisa berdoa untuk kebaikan gadis yang selalu ia sebut dalam doanya itu.

"Suatu saat nanti, kamu pasti akan mengerti dan menganggap aku ada, Al." Pemuda gagah itu menggumam seorang diri. Setelah itu, dia beranjak pergi dari tempat itu.

...****************...

Matahari pagi mulai menyorotkan sinarnya yang hangat. Menghangatkan semua makhluk bumi. Suara burung berkicau terdengar sangat merdu di telinga.

Alma tampak sedang menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Matanya sembab dan kantung matanya tampak menghitam.

Gadis itu menghela napas panjang. Dia masih tak percaya akan kejadian semalam. Kejadian yang membuat hidupnya menjadi berantakan. Mimpi-mimpi yang tersusun rapi, pecah berkeping-keping.

"Kamu kenapa setega ini sih? Padahal sebentar lagi kita mau menikah?" gumamnya.

Air matanya kembali meleleh di pipinya. Hatinya berdenyut nyeri saat teringat kejadian semalam. Rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa sakit yang sama sekali tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dunianya seolah runtuh seketika saat kata-kata itu keluar dari mulut Bara.

Dering suara ponsel membuyarkan lamunan Alma. Gadis itu melirik ponsel yang tergeletak manis di sampingnya. Sebuah nama muncul di layar ponselnya.

Alma memilih mengabaikan panggilan itu. Dia kembali sibuk dengan lamunannya. Semua kenangan manisnya dengan Bara seolah di putar kembali dalam benaknya.

Ponselnya kembali berdering. Alma melirik benda pipih itu. Sebuah nama yang sama tampak terpampang di layar ponselnya. Alma lagi-lagi mengabaikan panggilan telepon itu.

"Ck! Kenapa nggak diangkat sih?" gerutu seorang pemuda yang mencoba menghubungi ponsel Alma.

Pemuda itu menghubungi Alam sekali lagi. Tapi tetap saja tak diangkatnya. Berulang kali pemuda itu mencoba menghubungi Alma. Namun berulang kali juga telponnya tak mendapatkan respon dari Alma.

"S****n! Kemana sih nih anak?" gerutunya.

"Gimana Lan? Alma udah bisa dihubungi?" tanya seorang bapak-bapak pada pemuda itu.

Pemuda bernama Garland itu hanya menggelengkan kepalanya. Pemuda itu merasa tak enak pada atasannya karena ulah Alma.

"Maaf Pak. Saya belum bisa menghubungi Alma. Sepertinya dia memang benar-benar sakit deh Pak," ucap Garland berbohong.

Pria yang ternyata atasan Garland itu menghela napas panjang. Pria itu tampaknya merasa kecewa dengan sikap Alma yang seenaknya sendiri itu.

"Ya sudah. Kamu cari yang lain aja buat gantiin Alma. Saya nggak mau event ini gagal hanya karena satu orang saja. Karena kita nggak bergantung pada satu karyawan saja," tegas pria berperawakan tinggi itu.

"Baik Pak. Saya akan segera siapkan orangnya," jawab Garland.

Setelah berkata demikian, pria itu beranjak pergi meninggalkan Garland. Sepeninggal atasannya, Garland kembali mencoba menghubungi Alma. Namun ponsel gadis itu mati. Akhirnya Garland memutuskan untuk mencari pengganti Alma untuk sementara waktu.

Tak terasa hari sudah beranjak siang. Alma keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Mencari keberadaan sang ibu di sana. Tapi dia tak menemukan siapa-siapa di sana. Kemudian dia berjalan ke teras belakang rumahnya. Di sana dia juga tak menemukan siapapun juga. Akhirnya Alma kembali ke kamarnya.

Alma kembali melamunkan sesuatu yang telah lalu. Gadis itu menghela napas panjang saat kembali teringat kenangan indah bersama dengan Bara. Kenangan yang tak akan pernah bisa ia lupakan begitu saja.

Suara pintu terbuka membuat Alma menoleh ke belakang. Tampak seorang wanita paruh baya datang menghampirinya.

"Kamu sudah makan?" tanyanya.

Alma tak menjawab pertanyaan wanita itu. Dia memalingkan wajahnya saat kedua mata penuh kelembutan itu menatap matanya.

"Makan ya! Ibu masak makanan kesukaan kamu," ucap wanita yang ternyata adalah Ibu Alma.

Alma tak menanggapi ucapan sang ibu. Dia tetap diam dan sama sekali tak melihat ke arah sang ibu. Matanya hanya menatap kosong ke satu arah.

"Ibu tahu kamu sedang patah hati. Ibu juga tahu bagaimana rasanya patah hati. Tapi jangan sampai perasaan sakit hati itu membuat kita melupakan segalanya. Melupakan kewajiban kita," ucap wanita itu lagi.

Alma tersenyum miring mendengar ucapan sang ibu. Wajahnya berubah saat mendengar ucapan sang ibu barusan.

"Al!" Wanita itu menyentuh bahu sang anak dengan lembut.

Alma menepis tangan sang ibu yang menyentuh pundaknya dengan kasar.

"Enggak usah sok peduli!" ketus Alma tanpa menoleh ke arah sang ibu.

"Enggak usah sok menjadi malaikat kalau sebenarnya kamu hanyalah seorang iblis betina," lanjutnya.

Wanita itu menghela napas panjang. Dia sudah terbiasa mendengar kata-kata kasar dari Alma. Dia selalu berusaha untuk bisa dekat dengan Alma walaupun gadis itu selalu menolak kehadirannya.

"Maaf kalau Ibu terlalu ikut campur urusan kamu. Ibu hanya nggak mau kamu ngerasa sendiri menghadapi masalah ini," ucap wanita itu.

Alma menatap sang ibu dan menyunggingkan senyuman sinis. Matanya menyorot tajam.

"Aku nggak butuh nasihat kamu. Aku nggak butuh nasihat seorang j****g seperti kamu."

Setelah berkata demikian, Alma keluar dari kamarnya meninggalkan sang ibu yang masih berdiri di sana.

Terpopuler

Comments

Gogot Puji

Gogot Puji

Aaahhh awal bab aja udah di bikin gemes sama Alma. Gimana nanti ya?

2023-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!