Alma masih berdiri di dekat jendela kamarnya. Dia menatap pintu gerbang rumahnya yang tertutup rapat. Dia berharap seseorang yang dia nanti-nantikan datang kepadanya.
Bunyi pintu terbuka membuat Alma menoleh. Namun sedetik kemudian dia kembali menatap ke arah pintu gerbang.
Sesosok wanita paruh baya tampak memasuki kamar Alma. Wanita itu berjalan mendekat ke arah gadis yang tengah patah hati itu.
"Al," panggil wanita itu dengan lembut.
Alma tak menghiraukan panggilannya. Dia masih fokus menatap pintu gerbang yang tak kunjung terbuka itu.
"Makan ya, Nak!" ucap wanita itu. Di tangannya ada sebuah piring lengkap dengan nasi dan lauknya.
Alma masih diam tak bergerak sedikitpun. Dia sama sekali tak peduli pada perkataan wanita itu.
"Dari kemarin kamu kan belum makan. Sekarang makan ya. Ibu suapi kamu ya?" bujuk wanita itu.
Wanita yang masih terlihat cantik itu menyendokkan nasi dan mengulurkan tangannya untuk menyuapi Alma. Namun Alma tak sedikitpun mau membuka mulutnya.
"Makan dulu ya Nak. Jangan sampai kamu sakit," ucapnya lagi.
Alma masih saja terdiam. Dia sama sekali tak menggubris perkataan wanita yang ternyata adalah ibunya itu. Matanya masih saja menatap pintu gerbang yang tak sedikitpun terbuka.
Wanita itu terus membujuk Alma agar gadis itu mau makan. Namun Alma tak sedikitpun mau membuka mulutnya. Dia terus menutup rapat mulutnya. Hingga....
PRAAAAANG!!!
Piring yang dibawa oleh wanita itu terjatuh dan menghantam lantai sehingga pecah berkeping-keping.
Bu Tiwi terkejut saat piring yang dia pegang jatuh dan menghantam lantai dengan kerasnya. Wanita itu menatap Alma dengan pandangan sedih.
"Maaf kalau Ibu terlalu ikut campur urusan kamu. Tapi jujur, Ibu sedih lihat kamu seperti ini," ucap Bu Tiwi.
"Enggak usah sok baik. Enggak sok peduli sama aku." Alma berkata dengan nada tinggi dan mata melotot tajam.
"Alma!" Bu Tiwi berusaha menyentuh pundak Alma. Namun gadis itu dengan kasarnya menepis tangan perempuan itu.
"Ibu paham apa yang kamu rasakan. Ibu mengerti sekali rasanya sakit hati kamu. Tapi tolong Nak. Jangan karena sakit hati, kita melupakan segalanya," ucapnya lagi.
Alma tersenyum miring mendengar ucapan dari Bu Tiwi. Gadis itu lantas berjalan mendekat ke arah sang ibu dan membisikkan sesuatu.
"Jangan pernah sok jadi malaikat jika sebenarnya kamu hanyalah seorang iblis betina," katanya penuh penekanan. Kemudian dia berjalan meninggalkan kamarnya.
Melihat itu, Bu Tiwi hanya bisa mengelus dadanya saja. Dia berusaha menenangkan emosi yang hampir saja meledak karena perkataan Alma. Kemudian dia membereskan pecahan piring yang berserakan di lantai kamar Alma.
Di tempat lain, Garland tampak sedang memainkan ponselnya. Dia tampak memainkan sebuah game yang biasa ia mainkan bersama dengan Alma.
"****!" Tiba-tiba pemuda gagah itu mengumpat. Dia meletakkan ponselnya dan mematikan game-nya.
"Kenapa lo Land?" tanya seorang gadis yang duduk di depannya.
Garland menatap gadis itu dan memaksakan senyumnya.
"Enggak.Gue nggak apa-apa. Cuman lagi...."
"Lagi kangen sama Alma," sahut seseorang yang duduk di sebelah Garland.
Sontak Garland menoleh ke arah samping kirinya. Matanya melotot tajam saat mendengar suara itu.
"Ngarang aja lo. Siapa juga yang kangen sama trouble maker itu," ucap Garland.
"Beneran juga nggak apa-apa kali Land. Alma kan cewek. Normal lah kalau elo kangen sama dia," sahut gadis yang duduk di depan Garland.
"Yup betul sekali. Yang nggak normal tuh kalau elo kangen sama..." Seorang gadis berambut sebahu menimpali ucapan temannya sambil melirik ke arah samping kiri Garland.
Melihat lirikan mata gadis berambut sebahu itu, pemuda yang duduk di sebelah Garland mulai bereaksi.
"S****n lo. Emang lo pikir gue mau gitu sama manusia AC ini?" kata pemuda yang duduk di samping kiri Garland.
"Manusia AC? Manusia kulkas kali?" ujar gadis berambut sebahu.
"Manusia kulkas udah umum kali Mi. Kalau manusia AC kan baru kali ini dengar," sahut pemuda itu.
Garland hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar ucapan rekan kerjanya itu. Kemudian dia menyeruput minumannya dan segera bangkit dari tempat duduknya.
"Mau ke mana lo Land?" tanya gadis berambut sebahu yang belakangan diketahui bernama Mia itu.
"Mau balik lah. Jam istirahat udah kelar. Sekarang waktunya cari cuan," jawab Garland.
"Bahasa lo cari cuan. Kejar setoran lo?" ujar Gerry, pemuda yang duduk di samping Garland tadi.
Garland hanya mengulas senyum tipis saat mendengar ucapan Gerry. Kemudian dia segera menuju kasir untuk membayar makanan dan minuman yang mereka pesan.
Setelah selesai membayar, Garland segera berlalu dari tempat itu. Dia berjalan cepat menuju kantor agar tak terlambat masuk setelah jam makan siang.
...****************...
Hari sudah menjelang sore. Para karyawan tampak membereskan meja kerja masing-masing dan bersiap untuk pulang. Tak terkecuali Garland. Pemuda itu juga tampak membereskan beberapa berkas dan proposal yang harus ia pelajari segera.
"Gue harus ke rumahnya Alma deh. Gue harus cari tahu kenapa tuh trouble maker nggak masuk hari ini," ucapnya dalam hati. Tangannya dengan cepat membereskan meja kerjanya yang berantakan.
Selesai membereskan meja kerjanya, Garland bergegas keluar dari ruangannya. Dia berjalan menuju mesin absensi yang ada di sebelah ruangannya. Setelah itu dia berjalan keluar dari dalam gedung itu.
"Buru-buru banget Land," sapa sebuah suara.
Garland menoleh dan mendapati Dania berjalan ke arahnya. Gadis bertubuh langsing itu berjalan dengan. gaya bak peragawati menghampiri Garland.
Garland memutar bola matanya dengan malas. Tanpa menjawab pertanyaan Dania, Garland segera naik ke motornya dan bergegas pergi dari sana. Dia tak peduli pada teriakan kesal Dania. Dia tak peduli gadis itu meneriakkan namanya.
"Huh! Nyebelin banget sih. Sok cool banget jadi cowok," kesal Dania.
"Tapi gitu-gitu dia cakep sih. Sikap cool-nya itu yang bikin hati aku kepincut sama dia," gumam Dania. Seulas senyum malu-malu terukir di wajahnya.
"Aaarrrggghhh! Jadi deg-degan kan aku. Duh Garland, candu banget sih lihat wajah kamu," ucapnya sebelum pergi meninggalkan parkiran.
Garland memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang. Dia melajukan motornya menuju kediaman Alma. Saat melewati minimarket, Garland membelokkan stang motornya menuju minimarket itu. Dia kemudian melepas helmet dan segera turun dari minimarket.
Garland berjalan menyusuri rak yang memanjang berbagai aneka mie instan. Dia kemudian mengambil mie cup dengan gambar cabai merah.
"Alma pasti suka deh. Dia kan hobi banget makan pedas," gumamnya.
Garland kemudian berjalan menuju rak yang memanjang aneka camilan. Dia mengambil beberapa camilan dan meletakkannya ke dalam keranjang. Tak lupa ia mengambil kopi susu, minuman favorit Alma. Setalah dirasanya cukup, pemuda itu segera berjalan ke kasir dan membayar belanjaannya.
Garland kemudian keluar dari minimarket dan segera memacu motornya lagi menuju rumah Alma. Seulas senyum terukir di wajahnya. Dia membayangkan wajah Alma yang berseri-seri saat melihat apa yang dia bawakan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Gogot Puji
Al masih untung ibu Lo peduli. gitu banget deh jadi orang
2023-06-16
0