Jam menunjukan pukul 18:30 Zahra dan Sari sedang beristirahat setelah melaksanakan ibadah sholat maghrib.
Gadis manis itu menghubungi orang tuanya, mengabarkan bahwa dia sudah mulai bekerja.
Dengan antusias gadis itu menceritakan tentang pekerjaan nya, sepanjang percakapan gadis manis itu terus tersenyum dan sesekali terdengar tawa yang keluar dari mulut mungil nya itu. Panggilan pun diakhiri dengan senyum yang terus terukir di wajah nya.
***
Tak terasa sudah dua bulan gadis itu bekerja, gaji pertama pun langsung dia dikirimkan sebagian kepada orang tuanya.
"Duh, senangnya yang mau gajian, itu muka nggak pegel senyum terus,"
goda sari sambil menyenggol bahu Zahra.
Kedua gadis itu sedang menata stok barang yang ada di gudang. Selama gadis itu bekerja tidak ada kesulitan. malah setelan Zahra bekerja, Penjualan pun meningkat drastis. Dan mereka akan mendapatkan bonus, karena sudah melebihi target penjualan.
"Seneng.. pasti, pake banget malah," tutur gadis itu menampilkan senyum manis nya.
"Wah, nanti kita makan besar ini," gumam Sari.
"Besok kita libur, belanja bulanan yuk Ra, sekalian jalan liat yang bening-bening," ajak teman kecil nya itu sembari mengerlingkan sebelah matanya pada Zahra.
"Ayo aja aku mah Ri, siapa tau kita ketemu oppa lee min ho, jadi istri oppa korea gimana rasanya ya," seru gadis itu tersenyum menampilkan salah satu gigi gingsul nya yang putih.
"Bangun Ra, mimpimu kejauhan Lee min ho adanya di korea. Aku mah mau nya nggak muluk-muluk, siapa tau besok ketemu duda kaya tanpa anak. Kan lumayan nanti dapat warisan banyak, jadi kaya mendadak," timpal Sari
"Justru, mimpi kamu itu yang ketinggian. Awas nanti jatuh aku nggak mau gendonglah, mana makannya banyak pasti berat banget," canda Zahra sembari menata stok barang.
"Wah.. parah sih, Zahra ini kalo ngomong suka bener," ucap sari.
Kedua gadis itu saling bertatap mata dan seketika tertawa bersama.
***
Di tempat lain, Arfan sedang sibuk membuka data pengeluaran dan pemasukan yang menurutnya sangat ganjil. Sebulan ini Pria itu disibukkan dengan masalah manajemen, salah satu cabang restorannya yang ada di jakarta pusat.
"Bodoh.. kenapa kau tidak teliti, ini sudah tanggung jawabmu sebagai manajer. Restoran yang susah payah saya rintis hampir gulung tikar karena kecerobohan mu itu," cecar Arfan. Pria itu melemparkan berkas ke hadapan Rafi, manajer restoran yang ada di jakarta pusat.
"Maaf kan saya tuan, saya mengaku salah. Memang ini sudah menjadi tanggung jawab saya, tapi saya mohon jangan pecat saya tuan.
Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," jawab Rafi dengan tatapan mengiba berharap diberi kesempatan satu kali lagi.
"Sudah.. beberapa kali diberi kesempatan. Tapi kau mengulangi kesalahan yang sama, coba hitunglah berapa uang yang kau ambil dari perusahaan ku ini. Ratusan juta uangku raib entah kemana karena ulahmu Rafi," bentak Arfan mengangkat tangannya menunjuk tepat di depan wajah manajernya itu.
"Saya mohon, maafkan saya tuan Arfan, beri saya kesempatan satu kali lagi," sesal Rafi sembari berbungkuk di hadapan Arfan.
"Sudah lah Rafi, sekarang sudah tidak ada kesempatan untukmu lagi. Mulai saat ini kau bukan lagi manajer di restoran ini. Kau dipecat, saya harap kau mengerti, karena kesalahanmu sudah tidak bisa dimaafkan," sambung Arfan.
"Arogan sekali kau Arfan, bertahun-tahun aku bekerja disini. Jadi ini balasanmu? kau tidak mau memberiku kesempatan, bahkan kau tidak mau mendengarkan penjelasanku. Lihat saja, restoran ini sebentar lagi akan gulung tikar, karena tidak ada aku disini," tantang Rafi, dadanya terlihat naik turun karena dia tidak bisa menahan emosi nya lagi.
"Akan aku pastikan, restoran ini jauh lebih maju tanpamu Rafi. Seharusnya kau bersyukur karena aku tidak menuntutmu, sekarang kau bukan bagian dari restoran ku lagi. Pastikan kendaraan yang selama ini dipakai kau kembalikan, dan segera kemasi barang-barangmu dari mess karyawan," usir Arfan matanya mendelik melihat Rafi.
Arfan memecatnya bukan tanpa alasan, pria itu tau Rafi menggelapkan uang perusahaan.
Untuk ketiga kalinya dia menggelapkan uang bahkan, kali ini jumlah nya sangat besar.
Bisa saja Arfan menuntutnya ke jalur hukum, tapi pria itu masih mempunyai hati nurani. Penyebab Rafi melakukannya karena untuk biaya rumah sakit ibunya yang sedang sakit.
Seharusnya dia bisa berbicara jujur kepada Arfan, tapi Rafi malah memilih jalan yang kotor untuk mendapatkan uang. Padahal selama ini Arfan memberikan bonus tahunan yang sangat besar, fasilitas kendaraan dan tempat tinggal sudah dia sediakan, namun tidak membuat karyawannya jujur akan pekerjaan nya.
***
"Tunggu pembalasan ku, Arfan, akan aku pastikan hidup mu hancur," gumam Rafi, dia berjalan keluar dari tempat kerja nya selama ini.
Alih-alih mengintropeksi diri, pria itu malah menyimpan dendam kesumat kepada Arfan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments