Bayangan Dari Masa Lalu

Bayangan Dari Masa Lalu

Bab 1

Terhitung sudah enam bulan Vano menjadi dosen di Universitas Pelita. Ia banyak bertemu dengan mahasiswi yang cantik dan berprestasi, terang-terangan menunjukkan rasa kagum terhadap dirinya yang masih muda, tampan, mapan, dan cerdas.

“Pak dosen, udah punya pacar belum?”

Vano tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan tegas. Siapapun yang bertanya seperti itu jawabannya selalu sama. Ia memang belum memiliki kekasih. Dan di usianya yang ke dua puluh delapan ini, sebenarnya kurang pantas lagi kalau hubungannya sebatas pacaran saja. Ia ingin memiliki hubungan yang lebih serius.

“Pak dosen, ganteng banget sih. Masa belum punya pacar? Jadi pacar saya aja kalau begitu

Vano langsung memberikan tatapan datar yang pertanda bahwa Ia tidak senang ketika ada mahasiswa bicara seperti itu kepadanya.

“Ingat, saya dosen kamu,”

“Maaf, Pak. Tapi emangnya kenapa kalau dosen saya? Bagus dong, biar ada cerita ‘pacarku adalah dosenku’ kan lucu tuh judul ceritanya,”

Vano mempercepat laju langkah kakinya karena merasa terusik dengan mahasiswi itu. Tak hanya satu atau dua orang saja yang mendekatinya, tapi semua tak ada yang berhasil memikat hatinya.

Malah yang berhasil membuat perhatiannya sulit teralihkan ketika belajar, pesona nya berhasil memikat hati Vano adalah seorang mahasiswi yang tak pernah menunjukkan rasa kagum kepadanya, apalagi mendekatinya dengan terang-terangan. Kalau Vano sudah belajar di kelasnya, Vano sulit untuk profesional karena rasanya ingin terus memandang perempuan itu.

Sekarang Vano melihat perempuan yang dikaguminya dalam diam, sedang bersiap untuk menaiki motornya hendak pulang.

Entah kenapa saat ini Vano punya keinginan keras untuk berbicara dengan mahasiswinya itu lebih dari sekedar membahas mata kuliah. Ia ingin terlibat obrolan diluar hal tentang kampus dengan perempuan itu.

Vano merasa ada dorongan kuat untuk mulai mendekati perempuan itu. Ya, Vano menyukai seorang mahasiswi yang selama ini Ia kenal dengan pembawaannya yang ceria, berprestasi, dan sederhana.

“Hai, Elvina,”

Mahasiswi yang disebut namanya itu tidak jadi menggunakan pelindung kepalanya ketika ada yang memanggil dan suaranya cukup dekat.

“Oh halo, Pak, ada apa ya, Pak?”

“Kamu mau pulang? Udah selesai jam kuliahnya?”

“Iya udah, Pak. Ini mau pulang ke rumah,”

“Saya boleh minta waktunya sebentar?”

“Iya, ada apa ya, Pak?”

Elvina mendadak canggung. Tak pernah sekalipun Ia dihampiri oleh dosen laki-laki seperti ini di luar jam kuliah, apalagi ini Vano, dosen tampan yang menjadi incaran mahasiswi di kampus tersebut.

“Makan siang sama saya bisa?”

Elvina terperangah untuk beberapa detik. Ia tidak salah dengar? Vano tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Ia merasa ada yang aneh, bahkan sejak Vano memanggilnya.

“Hmm gimana ya, Pak? Saya biasanya makan di rumah kalau udah selesai kuliah,”

“Sebentar, ada yang mau saya bicarakan,”

“Tentang apa kalau boleh tau, Pak?”

“Tentang saya ke kamu,”

Vano memutuskan untuk jujur saja. Enam bulan hanya mengagumi dalam diam rasanya lelah juga, dan kali ini Ia ingin mencoba untuk jujur. Dan Ia tidak tahu tanggapan Elvina nanti yang jelas Ia sudah berusaha untuk mengungkapkan isi hatinya. Hal itu sebenarnya tidak mudah. Membayangkan akan ditolak oleh Elvina atau bahkan dibenci, Vano sudah sedih duluan. Tapi kalau Ia hanya diam saja, sementara rasa di hatinya kian bertambah, Ia tidak akan tahu apa tanggapan Elvina nantinya.

“Ya udah boleh, makan dimana?”

“Kamu naik mobil saja aja, kamu mau ‘kan?”

“Saya naik motor saya sendiri aja ya, Pak. Nanti saya ikutin mobil bapak, soalnya bapak yang tau mau makan dimana,”

“Oh ya udah kalau gitu, terimakasih ya udah mau luangin waktu, maaf juga udah ganggu kamu,”

“Nggak apa-apa, Pak. Saya penasaran apa yang mau Bapak bicarakan sama saya,”

****

Elvina diajak makan di sebuah restoran yang terbilang cukup mewah di ibukota ini. Elvina semakin bingung dengan hal apa yang akan dibicarakan oleh dosennya sendiri.

Vano ingin pengalaman pertama makan dengan gadis yang sudah Ia kagumi sejak pertama kali mengajar tidaklah buruk. Maka dari itu Ia membawa Elvina ke tempat makan yang mewah seperti ini, walaupun Ia tahu tak berarti apa-apa bagi Elvina. Terlihat dari ekspresinya yang biasa-biasa saja.

“Makin keliatan sederhana nya kamu, El, dan saya makin kagum,”

“Kamu nyaman ‘kan di sini?”

“Iya nyaman, Pak. Ini ‘kan restoran yang nggak murah,” ujar Elvina seraya terkekeh.

Mana ada orang yang tidak nyaman dibawa ke tempat makan yang mahal, tiba-tiba lagi diajaknya, dan Elvina diajak oleh dosennya sendiri.

“Tapi sebenarnya ya, makan dimana aja nyaman banget buat saya, jujur saya lebih seringnya makan di pinggir jalan. Karena menurut saya nyaman juga, rasanya nggak kalah enak sama makanan bintang lima, dan yang paling penting harganya murah jadi nggak perlu rogoh kantong terlalu dalam,” ucap Elvina seraya tersenyum.

“Tapi bapak ‘kan dosen ya, wajar banget kalau senangnya ke tempat-tempat makan kayak begini,”

“Saya cuma pengen pertama kali makan sama kamu, benar-benar berkesan untuk kita berdua. Di sini ‘kan suasananya lebih private,”

Semakin tidak karuan perasaan Elvina. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan oleh Vano? Kenapa Vano butuh suasana yang lebih private makanya mengajak Ia untuk makan di restoran ini. Tapi sayangnya Vano tak kunjung bicara pada inti.

“Pak, mau ngomongin apa ya?”

Akhirnya Elvina yang memulai. Elvina tidak bisa lagi menunggu terlalu lama. Elvina ingin tahu secepatnya hal apa yang akan dibicarakan oleh Vano.

“Kita ngobrol setelah makan aja ya, sebentar lagi makanan datang,”

Elvina menghela napas pelan. Kenapa harus tunggu nanti? Ia penasaran nya sekarang. Menunggu setelah makan, itu terlalu lama menurut Elvina.

“Biar lebih enak ngobrolnya, kita harus makan dulu,”

“Ya udah, nggak apa-apa, Pak,”

Elvina menyerah, kalau Vano belum bersedia bicara sekarang, tidak mungkin Ia memaksa. Ia menerima ajakan Vano untuk makan bersamanya, artinya Ia juga harus menerima keputusan kapan Vano mau bicara soal hal yang belum diketahui olehnya supaya suasana tetap berlangsung nyaman.

Makanan datang, dan mereka langsung bersantap. Jujur, Elvina gugup harus makan bersama laku-laki, selain papanya. Terakhir Ia makan dengan lelaki yang bukan keluarganya adalah makan bersama mantan calon suaminya.

Ah kalau mengingat itu, perasaan Elvina jadi tidak karuan lagi. Akan tetapi Elvina belum bisa benar-benar mengusir bayangan mantan calon suaminya itu. Apalagi kalau ada di situasi yang tepat untuk mengingatnya. Seperti sekarang, makan berdua dengan laki-laki, dulu Ia dan Rendra sering melakukannya sebelum akhirnya Rendra memilih perempuan lain di saat mereka sudah tukar cincin dan punya rencana matang untuk menikah. Mengingat apapun tentang Rendra tentunya menghadirkan rasa sakit di hati Elvina, tapi tetap saja Elvina ingat, karena memang Ia akui belum ada kata move on dari Rendra.

Selepas makan, Vano menatap Elvina yang sejak tadi menghindari kontak mata. Lebih banyak mengalihkan pandangan ke arah lain, atau bahkan kepalanya menunduk.

“El,”

“Iya, Pak?”

Elvina menatap Vano sebentar, dan entah kenapa Ia kurang nyaman melihat tatapan Vano yang serius dan dalam.

“Sebenarnya ada apa sih?” Batinnya bertanya-tanya.

“Sebenarnya, sejak awal saya mengajar di kampus, saya langsung merasa tertarik sama kamu. Saya minta maaf kalau pernyataan saya ini bikin kamu nggak nyaman, tapi memang itu yang saya rasakan,”

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

lanjut

2023-10-04

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167
169 Bab 168
170 Bab 169
171 Bab 170
172 Bab 171
173 Bab 172
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167
169
Bab 168
170
Bab 169
171
Bab 170
172
Bab 171
173
Bab 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!