Pengakuan Vano tentang perasaannya jujur membuat Elvina terkejut. Tapi reaksi Elvina tidak kelihatan kalau Ia senang, merasa bangga karena sudah disukai oleh seorang Vano. Justru Elvina kelihatan bingung. Vano, yang istilahnya sangat luar biasa, menyukai Elvina yang hanya seorang mahasiswi biasa. Itu aneh menurut Elvina.
Walaupun sekarang perasaannya gugup, takut mendapatkan reaksi yang tidak mengenakkan dari Elvina pasca pengakuan nya, tapi di sisi lain Vano merasa lega karena perasaannya sudah tersampaikan kepada Elvina.
“Saya mau mengenal kamu dan keluarga kamu lebih dekat, boleh?”
“Hah? Pak Vano kenapa sih? Ini aku nggak salah dengar?”
Elvina benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Setelah menyatakan isi hatinya, sekarang Vano meminta izin untuk mengenalnya dan keluarga lebih dekat. Ini terlalu mengejutkan untuk Elvina.
“Saya mau mengenal kamu dan keluarga kamu lebih jauh, kalau memang cocok, saya mau beranikan diri untuk meminta kamu ke orangtua kamu,”
“Astaga, udah jauh banget pemikirannya,” batin Elvina yang hanya bisa bergumam di dalam hati. Mulutnya seolah beku, dan sulit untuk bergerak walaupun hanya bicara satu patah saja.
“Kenapa saya terkesan cepat? Karena saya rasa enam bulan cukup untuk kenal kamu dari luar, di usia saya yang ke dua puluh delapan ini, saya merasa bukan saatnya lagi untuk sekedar main-main dengan perempuan. Saya mau serius, dan orang tua saya pun begitu, oh iya saya lupa bilang. Orangtua saya udah tau soal perasaan saya ke mahasiswi saya, yaitu kamu, dan mereka dukung banget walaupun mereka belum kenal kamu secara langsung. Mereka bilang, hanya dari cerita-cerita saya aja, mereka udah bisa nilai kalau kamu perempuan yang baik,”
“Saya bingung harus gimana,” akhirnya keluar juga kalimat itu dari mulut Elvina yang beberapa menit hanya diam tanpa reaksi yang nyata.
“Kamu nggak harus gimana-gimana, saya sebagai laki-laki yang harus bergerak untuk membuktikan keseriusan saya. Kamu pasti perlu waktu untuk mencerna ini semua. Nggak apa-apa, pelan tapi pasti kamu pasti bisa menilai sendiri apa yang saya omongin itu benar. Saya mencintai kamu, itu mungkin terdengar menggelikan untuk kamu ya? Tapi yang saya rasakan sudah sampai ke tahap itu, bukan lagi sekedar kagum seperti waktu pertama kali ketemu kamu,”
“Ya Allah, kenapa jadi begini? Nggak pernah ada dalam bayangan aku di sukai, apalagi dicintai sama dosen aku sendiri,”
“Saya boleh ‘kan kenal kamu dan orangtua kamu lebih jauh?”
Sekali lagi Vano bertanya hal itu. Karena Ia belum mendapatkan jawaban yang pasti dari Elvina. Ia harus izin terlebih dahulu, sebelum memulai langkah yang lebih jauh.
“Kalau kenal sih boleh aja, Pak,”
“Sambil kamu berpikir, kamu mau nggak diajak serius sama saya,”
“Tapi saya nggak cinta sama bapak,”
Vano tersenyum mendengar kejujuran Elvina. Tidak apa menyakiti, tapi yang penting jujur. “Saya rasa, ungkapan cinta bisa datang karena terbiasa itu bisa kita gunakan, El. Lagipula ‘kan kita lagi mau kenal lebih jauh dulu. Kalau memang jodoh pasti semuanya dipermudah,”
“Saya cinta sama orang lain,”
Wajah Vano langsung pias mendengar perkataan Elvina. Jujur, mengetahui fakta bahwa Elvina belum mencintainya itu lebih baik ketimbang mendengar fakta bahwa Elvina masih mencintai seseorang.
“Kalau saya boleh tau, siapa orangnya? Maaf sebelumnya, tapi sebelum saya berani ungkapin perasaan saya ke kamu, saya udah mastiin kamu nggak lagi jalin hubungan sama siapapun, jadi saya agak kaget dengar pengakuan kamu barusan,”
“Bapak tau darimana kalau saya lagi nggak punya hubungan sama siapa-siapa?”
“Saya cari tau sendiri,”
Elvina terperangah mendengar ucapan jujur Vano. Jadi Vano diam-diam sudah mencari tahu soal Elvina tanpa Elvina sadari.
Melihat ekspresi kaget Elvina, Vano terkekeh. “Kamu kok kaget? Saya kalau udah tertarik sama satu perempuan, saya bakal cari tau tentang dia. Jadi sebelum terlalu jauh perasaan saya untuk perempuan itu, saya udah tau dulu gimana dia,”
****
“Kenapa pulang-pulang keliatan sumringah gitu, Nak? Kayaknya lagi senang banget nih,”
Lisa membukakan pintu untuk anak sulungnya yang baru saja pulang. Vano mencium tangan mamanya dan setelah itu tertawa karena Lisa menjawil dagunya.
“Kenapa kamu? Ada hal yang bikin bahagia banget kayaknya,”
“Iya emang, Ma,”
“Wah, apa tuh? Mama boleh tau nggak?”
“Boleh dong, Ma. Aku tadi udah jujur soal perasaan aku ke perempuan yang aku kagumi selama ini lho, Ma, eh nggak mengagumi aja sih, cinta juga bahkan,”
“Eh ini beneran?”
“Iya beneran, Ma,”
“Alhamdulillah, terus gimana tanggapannya? Nggak apa-apa kalau buat kecewa yang penting kamu udah berani mengutarakan. Jodoh nggak bakal kemana, Bang,”
Vano menganggukkan kepalanya. Yang terpenting baginya adalah, Ia sudah jujur. Dan sebenarnya tanggapan Elvina soal kejujurannya itu biasa saja, tidak mengecewakan, tapi tidak membahagiakan juga. Yang membuatnya kecewa justru kejujuran Elvina soal laki-laki yang katanya masih dicintai oleh Elvina tapi sayang Elvina tak mau berkata lebih lanjut soal siapa sosok lelaki itu.
“Apa kata Elvina, Bang?”
“Dia kaget sih, Ma,”
“Pasti lah kaget, orang selama ini Elvina nggak tau kamu suka sama Elvina diam-diam,”
“Terus dia keliatan kesal, atau gimana?”
“Nggak kesal, Ma. Biasa aja, nggak yang senang, nggak kesal, pokoknya biasa-biasa aja,”
“Ya tandanya kamu harus berjuang yakinin dia bahwa kamu tuh serius,”
“Nah itu dia, Ma. Aku juga udah bilang ke dia, aku pengen kenal dia sama keluarganya lebih jauh lagi, sambil dia mikirin mau atau nggak aku ajakin serius,”
“Masya Allah, udah sampai situ obrolannya? Kamu keren mau mengakui perasaan, laki-laki emang mesti begitu. Harus mau mulai. Nah kalau udah dapat nanti, jangan di sia-sialan ya! Ingat, dapetinnya perlu perjuangan lho. Enam bulan kurang lebih, kamu cuma bisa perhatiin dia dari jauh karena ada status dosen dan mahasiswi di antara kalian berdua, terus setelah kamu berhasil milikin dia, malah kamu sia-siakan. Jangan sampai ya,”
“Iya, Ma. Aku cinta sama dia, dan aku janji sama diri aku sendiri nggak mau sia-siain Elvina karena dia itu perempuan yang beda, Ma. Aku suka karakter dia, terlepas dari cantik rupanya,”
Lisa tersenyum senang mendengar anak sulungnya yang usianya sudah cukup natang ini, tidak ragu untuk memulai hubungan yang serius dengan perempuan yang Ia idamkan.
“Kapan mau kenal sama orangtua Elvina, Bang?”
“Hmm…Elvina belum bilang nih kapan aku bisa ke rumahnya, Ma,”
“Ya udah ditunggu aja, dia pasti perlu waktu untuk bicara ke orangtuanya tentang kamu,”
“Iya aku bakal sabar kok, Ma. Ya udah aku ke kamar dulu ya, Ma,”
“Okay sip, silahkan istirahat,”
Vano menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Di tengah perjalanannya, Ia tak sengaja bertemu dengan adiknya yang sudah berpenampilan rapi hendak pergi.
“Abang, anterin aku yuk,”
“Kemana?”
“Ke mal lah,”
“Abangnya mau istirahat, Dek. Diantar pak Hendra aja ya,” ujar Lisa yang tidak ingin anak bungsunya mengganggu istirahat anak sulungnya yang baru saja pulang mengajar, dan pastinya melelahkan.
“Bang, mau ya?”
Davina menatap Vano. Davina masih berharap abangnya mau mengantarkan Ia ke mall untuk belanja. Melihat Vano diam, dan menatap ke arah mamanya, Davina berdecak kesal.
“Ih abang kok gitu sih? Nanti kalau udah nikah, gimana coba?! Aku pasti bakal nggak diperhatiin lagi deh sekarang aja belum nikah aku udah nggak diperhatiin,”
“Ya udah iya-iya, ayo Abang anterin. Baru juga sekali Abang jawabnya lama, biasanya juga langsung iya, siapa bilang kamu nggak diperhatiin? Jangan ngomong gitulah, Abang punya adik cuma satu, dan itu kamu. Mana mungkin Abang nggak perhatian. Ya udah Abang siap-siap dulu bentar,”
“Nggak usah, pakai kemeja sama celana ngajarnya aja,”
“Nggak ah, Abang mau ganti baju. Udah kayak apaan aja ke mal pakai baju formal,” ujar Vano smabil berlaku ke kamarnya.
Davina berseru kesenangan karena Vano tidak menolak untuk mengantarkannya ke mall. Kemudian Ia mendapat teguran dari Lisa.
“Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi, Davina. Abang itu sayang banget sama kamu. Abang baru banget pulang ngajar, Mama mau dia istirahat, makanya Mama suruh kamu pergi diantar sama Pak Hendra. Tapi apa? Abang kamu tetap aja tuh mau nganterin kamu, ngorbanin waktu istirahatnya,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments