Maya duduk di kasurku, melihat sekitar kamarku yang rapih dan tak ada sebuah pernak pernik selain beberapa bingkai foto yang berisi fotoku dengan Sein dan Seifa. Aku berterimakasih kepada Maya yang merelakan waktu belajar untuk mengantarku pulang. Jikalau ia heran kenapa banyak kamar disini dan hanya ada Bi Ina dan aku disini aku hanya akan menjawab dengan simple jika semua orang sibuk akan urusannya masing-masing.
"Kamu selalu sendiri kalo di jam segini di rumah?" pertanyaan barusan sedikit memenuhi ekspektasiku, aku yang berbaring lemah di atas kasur hany mengangguk dan memperhatikan reaksinya terhadap jawaban singkatku.
"Punya adek?"
"No, dan punya 2 Abang dan 2 Kakak" jawabku dengan perlahan. Maya mengangguk perlahan sembari beranjak dari kasurku.
"oh ya may, aku pingsankan. Siapa yang bawa aku ke UKS?"tanyaku, Maya yang semula fokus memandangi kamarku langsung menoleh ke arahku. tersenyum manis.
"Aksara, Bian, dan tentunya aku. Yang ngegendong kamu Bian."
Aku mengangguk paham, lalu aku sedikit berusaha mengingat kejadian sebelum aku pingsan di kelas. Seingatku, mereka bertiga tak nampak dimanapun di kelas. "Kok aku gak liat kalian dimanapun ya tadi?"ujarku sembari berusaha duduk.
"Ada kok, bahkan Aksara deket bgt di sebelahmu."
Aku bingung, kenapa saat aku melihat sekitaran kelas, ketiganya tak nampak di pandanganku. Apakah karena aku terlalu fokus kepada orang yang tak kukenali tadi. Entahlah, bagaimanapun juga aku sangat berterimakasih kepada ketiganya karena sudah menolongku. Aku yang tak tau menahu soal kenapa aku pingsan secara tiba-tiba ini sangat tertolong walaupun tanganku sedikit nyeri akibat jatuh dari atas kursi.
Ditengah percakapan kami, Ketukan pintu membuat kami berfokus ke arah pintu kamar yang terbuka pelan. Sosok Bi Ina muncul dengan sebuah nampan yang berisi bubur ayam dengan 2 gelas berisi air putih.
"Non, makan dulu ya. Mba Maya saya bingung harus buatin minum apa, jadi saya kasih ini dulu yaa. Mba kalo mau bubur ayam, saya bawakan juga." Bi Ina memberikan segelas air ke Maya, bubur ayam yang berbau sedap itu diberikan kepadaku.
"Makasih Bi Ina."Ujar kami berdua.
Dengan porsi sebanyak ini, aku yang di kondisi stabil jelas bisa menghabiskannya atau bahkan menambah satu atau dua mangkok lagi. Tapi aku tak begitu ingin memakan sesuatu. Jadi, aku mengkode Maya agar ikut makan denganku.
"May, suapin dong ntar kamu makan juga ya."Pintaku, Maya meraih mangkok yang ku pegang tadi. mulai menyiapkan sesendok demi sesendok kepadaku, ia pun ikutan menyantap bubur ayam itu.
...****************...
Hari yang kian sore itu, membuat Maya harus pulang. Karena yang jelas ia tak diperbolehkan pulang malam, karena harus bergantian menjaga toko kelontong milik keluarganya. Maya berpamitan kepadaku, lalu berlenggang pergi dan diantar Bi Ina kedepan.
Aku mulai berbaring lagi, rasa kantuk setelah minum obat masih bereaksi. aku berbaring sembari melihat bingkai foto yang terpajang rapi di kamar. aku rindu akan kehadiran Sein disini, ingin bercerita dan mengusili satu sama lain seperti biasanya. tapi, seperti yang ada. Kami sudah terhalang jarak dan rentang waktu yang berbeda jauh. Di kondisiku yang sekarang, mustahil bagiku untuk melakukan panggilan telepon ataupun melakukan panggilan vidio bersamanya.
akuu tertidur sesaat setelah berpikir banyak hal.
Aku tak begitu tau jam berapa sekarang, tubuhku sudah lumayan stabil. Tak ada rasa pusing maupun lemas. Aku duduk, meraih ponselku untuk mengetahui jam berapa sekarang. Di ponselku menunjukkan sekitar jam 2malam, aku sudah tertidur hampir 7jam. Aku mengecek emailku dan memang tak ada satupun email dari Sein yang masuk.
Aku yang masih berbaring berbalut selimut ini, memainkan ponsel sebentar dan mulai mencoba mengucapkan terimakasih kepada ketiga orang tadi. Mengirimi mereka pesan singkat, dan berencana untuk mentraktir mereka sesuatu.
Selepas itu, sebuah pesan balasan dari Aksara membuatku terkejut. Ia bahkan belum tidur di jam segini, Aksara membalasku dengan sebuah stiker jempol. Aku sengaja tak membacanya dan mulai melihat YouTube.
Pintu kamarku terbuka pelan, sosok Kakak muncul. "Nar, kebangun?"tanyanya singkat. Ia terus berjalan sembari membawa ponselnya. "Kakak belom tidur?"tanyaku.
Kakakku menggelengkan kepalanya pelan, lalu berbaring tepat di sampingku. Ia memelukku dan bersandar di perutku. Kakak--Kak Viona, adalah kakak tertuaku. Ia melanjutkan studinya di Korea 2tahun yang lalu dan lulus dengan nilai terbaik serta prestasi yang memukau semasa berkuliah. Ia bekerja di salah satu perusaha besar di Jakarta, dan memiliki jabatan yang baik disana. Ia sering pergi keluar kota bertemu klien atau melakukan pekerjaan lain selain itu. kepulangannya sekarang mungkin karena mendapat kabar jikalau aku pingsan di sekolah. Aku tak tau menahu siapa yang memberitahunya, tapi selain Bi Ina yang menyampaikannya siapa lagi?
"Kakak bobo yang bener ihh, aku keberatan nih sama kepala kakak yang bersandar di perutku" Ujarku pelan, Namun kakak sudah tertidur pulang sebelum aku menyelesaikan ucapanku.
Dering telepon nyaring, yang berasal dari ponselku. membuatku langsung mencari tau siapa yang meneleponku di pagi buta seperti ini, isyarat vidiocall ini membuatku sedikit terkejut lagi. Nama Sein Bauk, membuatku ragu untuk mengangkatnya.
Namun, Aku juga ingin sekali berbicara dengannya.
Singkatnya, aku bersedia menerima panggilan itu. Sein yang baru saja terbangun dari tidurnya itu sangat terlihat dengan rambutnya yang berantakan serta air liur yang mengular di pipinya.
"Baru bangun Sein?"tanyaku, wajahnya yang lesu serta kekhawatiran yang terpancar di matanya membuatku tak sanggup membendung air mata.
"Kamu gapapa An?" tanya Sein pelan, suaranya sangat rendah dan berhasil membuatku merinding sejenak.
"Baik kok Sein, kamu gimana?"
"Kata Aksara, kamu pingsan di kelas An. Sekarang gimana badannya Gapapa?"
Aku mengangguk dengan senyuman, Ia sangat ingin berbicara lebih lama denganku. Namun ia sendiri memintaku untuk terus beristirahat setelahnya.
"Sein kamu kebangunkan? Masih jam 9bukan disana?"
Perbedaan rentang waktu yang kurang lebih 5jam ini, membuatku tersadar jika disana masih pukul 9malam. Karena waktu di Jakarta lebih cepat.
"Iya perasaanku gak tenang setelah mendapat kabar dari Aksara selepas aku beraktivitas tadi siang. Aku capek banget jadi ketiduran setelahnya, aku sudah berencana menghubungi kamu An. Maaf kalo membangunkanmu juga barusan"
Sebagai jawaban, aku menggelengkan kepelaku.
"Aku udah kebangun dari tadi Sein, bahkan Kak Viona tiba-tiba datang dan tertidur di perutku tadi. Ya walaupun aku dengan sedikit pelan memindahkannya di sampingku sekarang"
"Aku kangen An, kalo boleh aku mau peluk An sekarang. Kedua orang tuaku resmi berpisah dan tak melakukan mediasi sama sekali. Kakek sudah menduganya dan meminta Bunda untuk pulang ke Belanda minggu depan"
Ya, aku lupa jika kedua orang tua sein akan berpisah. tak sangka jika harus secepat itu, setelah hampir 20 tahun keduanya bersama. Untuk alasannya yang jelas aku tak mau ikut campur. Karena itu sudah di Rana privasi keluarga Sein.
"Sein, boleh biarin telpon ini nyala? euhm"
Sein mengangguk paham.
"Vidiocallnya dimatiin ya, kita call aja oke"
Kami melanjutkannya dengan saling bertukar cerita setelah melihat wajah satu sama lain tadi, Sein dan aku yang tak bisa tertidur setelah Terbangun. Akhirnya saling berbagi pengalaman selama tak ada kehadiran satu sama lain di samping kami.
Mungkin Hampir 2 jam setelah aku mendengar Bi Ina sudah beraktivitas di bawah serta Sein yang sudah mulai mengantuk lagi. Kami tertidur setelah berbicara banyak mengenai kesibukan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Geste
Halo kak mampir nihh😊 semangat terus up nya yaa
2023-07-27
1