Our Beloved Story
Suasana sekolah yang masih sepi. Sekolah elit ibukota ini, memiliki sistem pembelajaran yang tak memberatkan siswa maupun siswi disana. Mereka mempunyai ketentuan masing-masing untuk muridnya. Sekolah Menengah Atas Bima Jaya ini, merupakan salah satu sekolah dambaan banyak murid. Selain itu, sekolah ini juga sellau membawa nama Indonesia dikancah internasional. Yayasan sekolah juga sering memberi beasiswa untuk siswa yang berprestasi.
Pagi itu, seorang gadis yang datang. Berjalan dari Parkiran motor menuju kelasnya. Ia berjalan pelan hingga sampai di lantai 3, lorong panjang diantara kelas itu nampak masih kosong, beberapa ruang kelas yang masih tertutup rapat namun tak terkunci masih terlihat. Gadis itu berjalan pelan di sepanjang lorong dan mencoba mencapai ujung lorong dimana kelasnya berada.
Gadis itu berpenampilan sederhana, rambut yang di jepit agar ringkas. serta seragam rapi yang tak begitu kentara bentuk tubuhnya. Sembari berjalan, ia menatap jam tangannya. menelaah jam berapa sekarang ini.
Jam di tanganya menunjukkan pukul 6 kurang 15, masih ada sisa 1jam hingga nek masuk berbunyi. setelah memperhatikan jam, tak terasa sampai juga di kelas. ia membuka pintu perlahan, memberi salam dan menjawabnya sendiri.
Anara, gadis yang tak pernah sekalipun datang terlambat. Merupakan ketua kelas 11 IPA 4, sosok yang tak banyak bicara, pintar, dan memiliki kharisma tersendiri. Begitulah deskripsi orang tentangnya. Walau begitu, Anara sendiri merupakan gadis yang tak memiliki banyak teman. Ia hanya akrab dengan temannya yang bernama Sein, cowok voli yang sudah di kenalnya sejak lama.
Sosok keduanya merupakan sahabat sejak Sekolah menengah, Sein yang waktu itu murid baru harus duduk dengan Nara. Karena hanya bangku disebelah Nara saja yang kosong.Waktu itu Nara harus berbagi buku paket dengan Sein karena harus butuh waktu hingga Sein mendapat buku paketnya sendiri. Sein yang tak gampang beradaptasi harus mengikuti Nara, atau meminta Nara untuk mengantarnya kemanapun Sein tuju. Namun tetap harus berdasarkan kepentingan sekolah, selain itu Nara enggan untuk mengiyakan permintaan Sein.
Meskipun di awal Nara sedikit menjaga jarak, tapi lama kelamaan. Nara mulai bisa terbuka dan mempercayakan Sein atas hal yang menguntungkannya.
Nara masuk ke dalam kelas, lalu ia mendapati Sein yang sudah tertidur di atas mejanya dengan terlentang. Nara menepuk jidatnya, tak lama menggelengkan kepalanya pelan.
"Sengaja banget ditutup lagi pintunya" ujar Nara, Sein yang entah bagaimana langsung terbangun. Ia duduk dengan mata terpejam, menekuk salah satu kakinya, tangannya bertumpu di meja.
"yahh, gue duluan An..hoaaammm"
"gue udah duga, motor lu udh ada di parkiran ya, kutu kuda" Nara berjalan mendekati meja, dan menaruh tasnya di kursi. "Hari ini gue naik motor Abang, jadi otomatis gue parkir dan liat motor lu dipojokan" Nara tertawa lirih.
Sein membuka matanya, Nara yang semula berdiri sudah duduk dan memangku tasnya tadi. Sein menoleh ke arah Nara, menatapnya dengan wajahnya yang terlihat seperti kurang tidur.
"Lo semalem pulang jam berapa Sein? pertandingan Lo selesai jam berapa?" Tanya Nara yang peka akan kondisi Sein saat ini. Sekali lagi, Sein menguap. Salah satu tangannya menutup mulutnya yang terbuka lebar.
"jam 12 malem, baru sampe rumah jam setengah 1. Biasa makan dulu" ujar Sein
Nara menghela nafasnya, "ngapain masuk pagi! lu bisa ijin kali masuk agak siangan. Lagian kena-"
"gue gamau traktir lu es teh Nar"
Nara tertawa kencang. Nara memegangi perutnya, bahkan sampai matanya berlinang air mata. "es teh berapa sih Sein? ya elah 3rebu"
Nara yang masih tak sanggup dengan jawaban Sein, masih tertawa dan tak berhenti. Hingga salah seorang teman sekelas mereka datang. Nara tetap dengan posisi tertawa, walaupun tertahan karena kehadiran orang lain disana.
"Tidur lu bego! Kalo engga gue guyur es teh lu!!" seru Nara, Sein yang tak menjawab apapun langsung duduk dan tertidur lagi seperti posisi awal Nara melihatnya.
...****************...
Bel pulang sekolah berbunyi, selama seharian tadi. Sein masih saja banyak tertidur dan berakhir di suruh numpang tidur di UKS oleh Bu Inay, beliau memang yang memiliki koneksi dengan penjaga UKS memohon untuk menitipkan salah satu putra tidurnya disana. Sekolah mengerti dan toleran dengan siswa atau siswi yang memiliki jadwal padat di luar sekolah. Karena menurut mereka, siswa maupun siswi disini tidak memiliki kewajiban untuk 100% mengikuti pelajaran. Tapi hal itu khusus untuk mereka yang memang mengikuti lomba, atau punya kegiatan aktif di luar sekolah.
Nara yang sudah memebereskan segala barang-barangnya, sudah mau berjalan keluar kelas dan pulang.
"An, temenin ke kalepso dong!" Seru Sein yang masih berada di ambang pintu kelas, Ia tertahan oleh beberapa teman sekelasnya yang hendak keluar kelas. "mager"
Jawaban singkat itu, nampak tak diindahkan oleh Sein. "Dih, esteh mau gak!" Sein mencoba membujuk Nara yang masih kekeuh dengan pendiriannya. "Haduh iya-iya beli boba jugak, gimana?"
Nara yang semula cemberut, langsung sumringah. ia merapikan bajunya dan bersiap untuk tujuan setelahnya.
"Bonyok dikabarin ya jangan lupa!" Sein mengingatkannya, Nara mengangguk paham dan segera meraih ponselnya untuk mengabari kedua orang tuanya.
"udah, gas!" Nara menarik tangan Sein, keduanya melakukannya tanpa mempedulikan sekitar sama sekali. Bahkan banyak orang yang merasa keduanya memiliki hubungan spesial. Tapi, bukan seperti yang mereka pikirkan. Keduanya memangs sedekat itu sejak dulu
Keduanya berjalan menyusuri lorong lantai 3 dengan santai, Sein yang memperhatikan sekitar mulai agak tak nyaman. Berbeda dengan Nara yang berusaha sekuat tenaga untuk tak mengindahkan pandangan dari berbagai orang disana.
sesampainya di tempat parkir, Sein meraih kunci motor beat biru Nara.
"motorku, hei!" seru Nara
"motor Abang lu! lu liat ga sih, ada motor gue disini?" tanya Sein, spontan Nara mengedarkan pandangannya. Seingatnya ia, melihat motor Sein di sebelah sama. Namun sekarang betul² kosong dan tidak ada motor lain selain yang ada di luar.
"lah ko ga ada?"
Sein tersenyum tipis, "Kusuruh ambil Pak bejo hihi"
Nara bernafas jengah, lagi-lagi anak ini membuatnya tak habis pikir. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, namun untuk sekarang Sein yang memboncengnya seperti biasa.
perjalan ke tempat tujuan tak begitu jauh. Sein yang membawa motor hampir sekelas pembalap pun dapat, menempuh jarak dan waktu dengan lebih cepat. memang tak lama, mereka sampai. Kalepso.
Kalepso, salah satu caffe langganan mereka, sekaligus tempat Sein kerja part time. Sein menjadi salah satu barista disana, kecintaan Sein dengan kopi membuatnya belajar dan mulai bisa meracik kopinya sendiri.
" pesenin yang biasanya extra boba, sama es teh manis, trus matcha cream cheese yaakk"
"Dengan senang hati, ndoro putri"
Sein berjalan ke arah meja kerjanya, mendapati pemilik caffe yang langsung mengenali Sein dari jauh.
Nara, membuka ponselnya. seperti biasa, kedua orang tuanya jelas mengiyakan ijin putrinya ini. Selain itu abangnya mengirim pesan singkat ke Nara yang berisi agar Nara tak pulang larut malam.
Mengingat ia sedang di tempat Sein, jadi tak memungkinkan untuk mengantar Nara pulang terlebih dahulu.
"baik silahkan ndoro" ujar Sein, sembari menyediakan segala pesanan Nara. Nara mulai menyomot satu-satu yang ada di mejanya saat itu, " gimana? enakan?" Nara menjawab dengan anggukan antusias. matanya berbinar dengan riang.
tujuan Sein mengajak Nara kesini bukan tanpa sebab sebetulnya. Sein ingin menyampaikan banyak hal. Banyak hal yang membuatnya ragu untuk itu, tapi tak ada waktu lagi selain saat ini.
" An, aku mau ngomong" Nara yang mendengar ucapan Sein barusan langsung mengehentikan aktivitasnya.
"Pertama, makasih banyak atas segala hal yang udah lu lakuin ke gue baik dan buruknya. makasih banyak ya. Aku mau ngomong soal kepindahanku ke Belanda di waktu yang mendatang. Ak-"
"APA?!!"
Sein meraih tangan Nara, "Dengerin sebentar ya, keluargaku lagi collapse. Dan sebentar bukan, apa tapi gue diminta untuk tinggal sama kakek gue disana semua biaya jelas di tanggung mereka. lantas? kenapa harus kesana bukan yang mau Lo tanyakan, bokap dan nyokap lagi crash. Keduanya diambang perpisahan, aku dan Seifa dipaksa ikut kakek. Entah sampai kapan, tapi aku harap kita tetep sering berhubungan ya."
Nara berlinang air mata, ia tak sanggup. "Seeiinnn...."
"Nar, ada lagi selain itu yang mau gue sampein. Gue eh engga, aku sayang banget sama kamu! Anara Driana, ini emang ga masuk akal dan aku gatau juga kenapa baru sekarang bilangnya, maaf untuk itu."
"huhuhu....Sein bauk."
Sein tertawa pelan, meilhat Nara yang sangat cengeng tak begitu sering pikirnya. Sein sudah suka dengan Nara sejak awal mereka bertemu, Sein yang awalnya akan membuat Nara menurutinya, lambat laun. Ia lah yang jatuh ke dekapan hangat Nara, ia tergiur akan kebaikan Nara selama ini. Nara? sebetulnya iapun sama. Ia begitu suka dan tenang jika di dekat Sein.
"baik-baik disana ya Sein, jaga Seifa baik-baik. Jangan jadi Abang yang ga peduli sama adeknya ya. Gue bakal nungguin Lo disini yaa bauk, sampai kapanpun. gue bales rasa sayang lu boleh?"
Keduanya tersenyum pelan, Sein mengusap air mata Nara yang masih berada di pipinya. Hari itu, Sein menyatakan perasaannya. Serta memberitahunya berapa hari lagi hingga Sein harus berangkat ke Belanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments