Bimbang

21 Mei 2020

Sudah seminggu sejak kepergian Sein ke Belanda, dan hari-hari disekolah terasa sangat hambar dan monoton. Yang aku lakukan hanya sekedar formalitas saja. Hari ini aku berangkat sekolah diantar Abang-- Bang Rijal--Karena ia harus memakai motornya untuk keperluan pekerjaannya. Abang bekerja di rumah, tak terikat kontrak dan memiliki banyak waktu di rumah. Hari ini ia harus mendatangi salah seorang supplier kain yang akan ia gunakan untuk produk terbarunya, Bang Rijal menjual pakaian secara online dan Alhamdulillah laku keras di 2 tahun terakhir ini.

Aku memasuki ruangan kelas yang sepi itu, seingatku. Dikala pagi, aku sering bercekcok dengan Sein. Mendebatkan hal random yang bahkan akar masalahnya tak ada sangkut pautnya dengan kita. Ahh--lagi-lagi aku mengingat Sein, jelas-jelas aku harus bisa mandiri tanpa adanya Sein disini. Untuk soal berkomunikasi kita biasa melakukan Videocall ataupun call sebentar. karena tak berada di garis waktu yang sama, kita harus saling menyesuaikan kegiatan masing-masing.

"Nar.." Suara lirih itu sedikit membuatku merinding sebentar, sebetulnya dengan jelas aku mengetahui siapa pemilik suara ini. Hanya saja, respon tubuhku yang tak bisa aku tebak sama sekali.

Maya. Gadis pendiam, dengan sosok yang murah senyum dan salah satu anak yang tidak memilih teman. Ia menganggap semua orang di kelasnya adalah temannya, ia baik dan tidak pelit.

"Astaghfirullah Maya..." jantungku berdegup kencang, spontan tanganku menarik salah satu tangan Maya, menggapainya sedikit memaksa dan menaruhnya tepat di sekitar tempat yang bisa merasakan deguban jantungku. "Lo rasain, kaget anjir"

Maya tersenyum, senyumnya merekah - rekah. Tanpa berontak sedikitpun, Maya masih membiarkan tangannya kugenggam erat. Aku tersadar perlahan, "sorry spontan" sembari melepaskan genggamanku.

Ia menuju ke bangkunya, begitupun dengan aku. Hari ini, sepertinya aku tidak bisa diam duduk dan terus mengindahkan kepergian Sein. Aku membuka jendela kelas, mengelap rak buku yang tertutup debu tipis, serta mencoba menyapu sudut-sudut ruangan yang jarang terjangkau yang lainya. Aku mencari sebuah kesibukan, melakukan ini itu hingga aku mencoba terbiasa akan hal itu.

"kubantu ya..." suara Maya membuatku tersadar dari lamunan singkatku, ia meraih sapu yang lain- sapu tersebut tergantung di belakang pintu kelas- semua peralatan berjajar rapi dibalik pintu tak hanya sapu yang kami pegang.

"Hari ini bukan piketmu kan Nar?"Tanyaa Maya dengan sedikit meninggikan suaranya, ini salah satu caranya agar terdengar oleh yang lainnya termasuk aku. aku membalasnya dengan anggukan kecil, "Betul, tapi pengen aja gt" lanjutku.

Maya mengangguk paham-lalu mulai meneruskan kegiatan kita masing-masing.

"Nar? May? piket hari ini? bukanya gue ya?" suara lantang bermadah rendah itu menghilangkan fokusku dan Maya. Kami berdua mencari sumber suaranya. Ternyata suara itu milik Wakil ketua kelas kita -- Bian -- salah seorang penggila bola, memiliki tubuh tinggi dan rambut yang sedikit gondrong -- namun tak panjang (?) euhm lebih tepatnya sudah termasuk gondrong untuk anak sekolahan.

"Ian, Lo kalo piket ya piket aja. Seneng harusnya gue bantu nyapu sama ngelap debu," Ketusku sembari menunjuknya dengan sapu. Ia mengangguk paham, lalu meraih penghapus papan tulis dan menghapus sisa tulisan pelajaran kemarin. "Nar, Lo nyari kerjaan gasi?" Ujar Bian sembari terus menghapus papan tulis. Aku menghentikan kegiatanku. Bian menoleh ke arahku, dan entah kenapa Maya pun ikut menoleh.

"Kal-"

"Udahlah yang penting kita beberes ini sebelum bel masuk ya, mau apapun alasan hari ini aku, Nara, maupun Bian beberes itu ga penting yaa. udah ih lanjut" Maya memotongku, sebelum menjelaskan apapun. Bian masih ingin mengetahui jawabanku, namun dengan ucapan Maya barusan. Ia nampaknya mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut.

Kami bertiga lanjut membersihkan kelas hingga Bel masuk mau berbunyi, sudah banyak yang datang juga. Aku menyudahinya terlebih dahulu, lalu Maya, Bian masih melanjutkannya dengan membereskan meja guru dan beberapa kertas-kertas yang berada di lemari samping meja guru.

Bangku kosong di sampingku hanya terisi tas ku dan beberapa barangku yang dengan sengaja aku taruh di sana. Entah bagaimana tidak seorangpun berani mendudukinya, meminta ijinku ataupun langsung tak ada yang berani mendekatinya. Aku melipat kedua tanganku di atas meja, lalu dengan spontan kepalaku bersandar disana. Aku menutup mataku perlahan, aku memikirkan banyak cara agar bisa lebih akrab dengan yang lainya. Tapi aku ragu akan semua opsi yang muncul di otakku.

Ngomong-ngomong soal ini, berkali-kali Sein-- mengatakan hal yang sama, memintaku agar bisa berteman baik dengan teman sekelasku. terlepas siapapun itu, tak ada pengecualian. Ia juga berkata jika sampai mereka memilihku sebagai ketua kelas karena mempercayaiku atas hal itu. Mereka menganggap ku mampu bertanggung jawab dan mengayomi kelas dengan baik, sudah mau di penghujung semester tapi aku masih kurang dekat dengan yang lainnya.

" Anara pinjem tempat duduknya ya, mau tidur gue"ujar seseorang, aku yang masih terpejam, mencoba membuka mataku perlahan. mencari tau siapa yang mengajakku berbicara.

Aksara, "iya" jawabku singkat, sembari memindahkan barangku ke tempat yang lain. Aksara-- ia tertidur setelahnya dengan menutupi kepalanya dengan tudung switernya. Aku melanjutkan tidurku juga.

Tak lama, bel masuk berbunyi. Aku yang masih di posisi semula, langsung duduk rapi membenarkan tatanan rambutku. Menyiapkan buku pelajaran jam pertama dan bersiap berdoa bersama. Selepas doa, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dan satu lagu daerah.

...****************...

selama pelajaran berlangsung, Aksara masih tertidur pulas dan tak seorangpun membangunkannya termasuk aku. Ya karena aku tak punya hak untuk menganggu waktu tidur seseorang. sebenernya ia sudah ditawari untuk tidur di UKS namun, ia menolak dan memilih untuk tidur di kelas seperti biasa.

Sebuah pengumuman membuat semuanya terfokus untuk mendengarkannya, aku juga dengan seksama mendengarkan suara yang keluar dari speaker yang terpasang tepat di pinggir kanan kelas yang bersebrangan dengan cctv yang berada di kiri atas kelas.

"Dimohon untuk masing-masing ketua kelas 11 untuk berkumpul di aula setelah pergantian pembelajaran ke-4, Di ulangi...." Aku beranjak dari bangku, meraih ponselku di laci dan membawa sebuah note kecil yang sudah sering kupakai khusus untuk ini.

Walaupun pergantian pembelajaran masih setengah jam lagi, aku berlenggang pergi dan berpamitan kepada guru yang sedang mengajar untuk pergi ke toilet terlebih dahulu.

Sesampainya di sana, aku mencuci mukaku. Meraih tisu yang sudah aku kantongi sebelumnya. aku membuka ponselku dan mendapati sebuah email dengan sebuah foto di dalamnya.

'Seifa kecapean karena harus menata kamarnya, jadi aku turun tangan dan bantuin dia An'

Foto tersebut menggambarkan jika Seifa tertidur di atas tumpukan kardusnya, dan Sein memfotonya dengan sengaja. Aku tersenyum kecil, hingga tersadar akan seseorang yang datang. Pintu yang agak usang itu berderit hingga membuatku tersadar.

Aku senang, masih mendapat kabar darinya. Entah bagaimana, ketika ia sibuk. Aku tak mengharap hal lebih selain kabar darinya.

Terpopuler

Comments

王贝瑞

王贝瑞

Mampir nih kak, semangat🐣
Salam dari Biru si ketos bad boy dan Love My Stepbrother 😄

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!