Flashback / Sebelum Anara melakukan Tes
Di ruang makan dirumah keluarga dirgantara, kini satu keluarga itu tengah menikmati sarapan bersama.
Sinta melirik ke arah suaminya dan mengedipkan matanya memberikan kode, dirga mengerti artinya dan dia berdehem mencoba memecahkan suasana.
Gilang mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya mendengar itu, “apa ayah ingin mengatakan sesuatu?”
“Gilang apa kamu tidak ingin memikirkan nya lagi?” tanya nya
Gilang meletakan sendoknya ketika mendengar itu dan berkata dengan datar “Aku dan Anara akan menikah bulan depan dan itu sudah keputusan final, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi”
“Arga! Kamu bahkan belum mendapatkan persetujuan ibu dan ayah untuk itu!” sarkas sinta dengan marah
Alis gilang berkerut ketika mendengar perkataan ibunya “ibu kenapa kamu sangat menentang hubungan kami?”
Sakila hanya menundukan kepalanya dan terus makan mendengar perdebatan itu, dia juga tidak suka kakaknya akan menikah dengan Anara.
Semenjak wanita itu menjadi pasangan kakaknya, rumah ini tidak pernah tenang karena ibu dan kakaknya selalu bertengkar dan itu semua selalu disebabkan oleh wanita itu.
“gadis itu telah menghasutmu untuk melawan orang tua mu, dan kamu masih membelanya? Dia hanya ingin memoroti uangmu!” bentak sinta dengan marah
“Anara bukan gadis seperti itu” sangkal gilang dengan tak berdaya
Dirga menatap gilang dan berkata dengan serius “kita baru saja membentuk kontrak penting dengan perusahaan ternama, dan kamu tiba-tiba ingin menikah dengan gadis itu. Apa dia benar menghasut mu?”
Dirga sebenarnya tidak masalah dengan siapapun pasangan putranya, tapi di bawah desakan dan pemikiran sinta dia juga sedikit merasa bahwa Anara bukan gadis yang baik.
“Ayah, ibu, Anara tidak seperti yang kalian pikirkan” bantah Gilang
“kakak, jika dia memang bukan gadis seperti itu kenapa dia tidak bekerja dan hanya bermalas-malasan sepanjang hari” celetuk Sakila
“sakila tidak usah ikut campur!”
Sakila hanya mendengus melihat gilang memarahinya karena wanita itu, yang membuat dia semakin tidak menyukai anara.
Sinta marah melihat bahwa gilang bahkan memarahi sakila untuk gadis itu “Gilang kenapa kamu memarahi adikmu? Yang dia katakan benar! Gadis itu hanya tahu bermalas-malasan dan menghabiskan uang mu”
Semakin gilang mendengarkan perkataan ibunya semakin dia merasa ada yang salah “kenapa ibu berfikir bahwa anara menghabiskan uangku? Dia menggunakan uang nya sendiri”
“Dari mana gadis miskin itu bisa membeli barang mewah bahkan ketika dia tidak bekerja jika itu bukan uang mu! Atau dia menjual dirinya di luar sana?” dengusnya
Gilang memukul meja dengan marah “Ibu sudah keterlaluan!” katanya dengan marah
Sinta terkejut dengan betapa marahnya gilang, dirga juga menyergit melihat gilang berteriak pada ibunya dan merasa itu tidak sopan.
Semakin gilang seperti ini semakin mereka berfikir bahwa anara pasti telah menghasutnya.
“Gilang perhatikan dengan siapa kamu berbicara” kata Dirga
Urat dahi gilang menonjol dia mengepalkan tangannya dengan marah, dia berusaha menahan emosinya sekarang.
Bahkan dia tidak pernah berani menyentuh anara dan ibunya berani berkata bahwa anara adalah gadis yang tidak benar yang suka menjual dirinya di luar sana!
Bagaimana dia bisa tahan ketika pasangannya dihina seperti itu, bahkan jika orang itu adalah ibunya sendiri “Lalu ayah, apa pantas bagi ibu untuk menfitnah anara seperti itu?”
Dirga terdiam mendengar itu, dia juga merasa bahwa perkataan sinta barusan sudah keterlaluan.
Dirga berdiri, dia menatap ibunya dengan serius “Jangan pernah biarkan anara mendengar ini, Jika hubungan ku dan anara berakhir karena ucapan ibu. Aku tidak akan pernah memaafkan itu!” lalu dia berbalik dan pergi.
Sinta berteriak marah “Sekarang kamu bahkan mengancam ibumu?”
Melihat gilang tidak menghiraukannya dia berbalik melihat dirga dan menunjuk punggung gilang “Lihat, Lihat anak mu! Dia menjadi tidak berbakti karena perempuan itu!”
Sakila yang dari tadi hanya diam juga ikut mengeluh “Semenjak bersama wanita itu, kakak menjadi sangat berbeda! Dia tidak menyayangi ku lagi!” keluhnya
Dirga menggosok alisnya dengan frustasi, dia juga tidak keberatan dengan anara. Tapi jika gilang benar-benar akan menikah dengan gadis itu dan melihat betapa istri dan putrinya sangat tidak menyukainya, Kemungkinan keributan seperti ini tidak akan pernah berakhir.
Gilang pergi dari rumah dengan marah, perkataan ibunya benar-benar terlalu kasar.
Dia yakin bahwa jika anara mendengar itu hubungan mereka pasti akan benar-benar berakhir, dia juga frustasi karena ibunya sangat menentang hubungannya dengan anara sekeras itu.
Malam harinya, ketika kembali kerumah alis gilang berkerut tidak senang melihat sinta duduk diruang tamu menunggunya pulang.
Sinta menyadari ketidaksenangan di wajah putranya, dia berusaha menekan amarahnya dan berkata “Ibu salah sebelumnya, seharusnya ibu tidak mengatakan hal-hal buruk seperti itu tentang anara” ucapnya dengan rasa bersalah
Gilang menatap ibu nya dengan terkejut “Ibu benar-benar merasa bersalah?” tanyanya dengan heran
Sinta tersenyum pada putranya “Tentu saja, ibu mengerti kenapa kamu marah, ibu tidak seharusnya berbicara seperti itu apalagi Anara akan menjadi istrimu sebentar lagi”
“Ibu, maksud ibu? Ibu akhirnya setuju aku menikah dengan anara?” tanya gilang dengan tidak percaya.
Sinta mengangguk “Itu pilihan mu, jadi ibu akan mendukungmu.”
Gilang merasa bahwa ini adalah hal yang sulit untuk di percaya mengingat betapa kerasnya Sinta membenci anara selama ini, namun dia tidak peduli lagi kenapa ibu nya tiba-tiba berubah pikiran.
Gilang memeluk sinta dengan bahagia “ibu aku menyayangimu, terimakasih. Percayalah padaku Anara adalah gadis yang baik”
Sinta mengelus punggung putranya dan berkata dengan lembut “tapi sayang pernikahan adalah kegiatan yang melelahkan dan butuh banyak persiapan, kamu sudah memastikan anara mampu menanggungnya?”
“Anara berkata itu tidak masalahkan?” jawab gilang dengan bingung
“tentu saja kamu harus lebih memperhatikan pasanganmu, bagaimana jika dia menjadi sakit karena kelelahan nantinya?” sinta memukul kepala putranya dan berkata dengan lembut.
Gilang tersentak mendengar itu, ya kenapa dia tidak pernah memikirkan itu?
“Ibu benar, apa yang harus aku lakukan?”
Sinta tersenyum begitu mendengarnya “Kamu harus membawa Anara kerumah sakit untuk memeriksa kesehatannya, kita bisa tenang setelah memastikan dia baik-baik saja” Saran sinta
Gilang mengangguk mendengar itu dan merasa bahwa sinta benar-benar telah berubah, ibunya bahkan memikirkan hal seperti ini karena menghawatirkan Anara.
Gilang merasa bahagia bahwa ibunya akhirnya telah menerima anara, dan tidak menyadari bahwa disisi lain Sinta tersenyum misterius saat mendengar bahwa gilang setuju dengan idenya.
[Saat Ini Di Parkiran Rumah Sakit]
Gilang memarkrikan mobil area parkir, melihat anara yang duduk di sampingnya tterdiam seolah memikirkan seusuatu dia bertanya “kamu kenapa?”
Anara menggelengkan kepalanya, dan merasa bahwa dia terlalu banyak berfikir “tidak, aku sedikit hanya gugup” jawabnya
Gilang menggenggam tangan anara “jangan khawatir,kita kesini hanya untuk mengambil hasil tes pemeriksaan” katanya dengan lembut
Melihat penampilan anara, gilang merasa ragu-ragu apakah dia akan menyampaikan perkataan orang tuanya tadi pagi pada anera.
Setelah ragu-ragu dia menatap anara dan menyampaikan pesan ibunya tadi pagi pada anara “ibu berkata untuk membawa mu mampir ke rumah hari ini, bisa?” tanya gilang
“kenapa? Apa ada masalah?” tanya anara dengan bingung
Di dalam hatinya dia sangat tidak suka dengan perilaku ibunya gilang, karena itu selalu mengingatkannya pada mertua anata yang sudah merusak telah pernikahan kakaknya.
Itu sebabnya didalam hati dia juga cukup ragu untuk menikah dengan gilang karena orang tuanya terlalu suka ikut campur dalam hubungan mereka, Anara merasa bahwa meskipun gilang membelanya hari ini Namun tidak mungkin selamanya Gilang akan bertengkar dengan ibunya hanya untuk dia kecuali jika ibu gilang mau menerimanya.
Bukannya anara tidak pernah berusaha terlihat baik di depan keluarga gilang, namun pikiran ibunya gilang benar-benar terlalu sempit dan selalu berfikiran buruk tentangnya.
Ibu gilang begitu khawatir dia akan menghabiskan semua harta milik keluarganya seolah-olah dia adalah wanita miskin yang tidak memiliki uang, seharusnya dia yang khawatir bagaimana jika orang tuanya tidak mau menerima Keluarga gilang.
Melihat wajah anara yang berubah, gilang berusaha menmbujuk “kita sudah akan menikah, mungkin ibu sudah menerima kamu sekarang”
Anara hanya bisa mengangguk setuju, bagaimanapun ketika nantinya dia sudah menjadi istri gilang dia harus memanggil nenek lampir itu ibu.
Memirkan itu saja sudah cukup membuat anara tidak bahagia tapi dia tidak menunjukan itu di wajahnya dan entah kenapa dia selau merasa bahwa sesuatu yang buruk akan datang.
Anara berusaha tersenyum dan menghilang kan semua pemikiran itu dari benaknya, namun sekarang saat memegang hasil tes pemeriksaan kesehatan kemarin ditangannya dia tidak bisa tersenyum lagi.
Apa ini maksudnya?
Dia mandul?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments