Keesokan harinya
Matahari sudah naik dan anara masih tergeletak seolah tak bernyawa di tempat tidurnya.
Anara terbangun karena ponselnya yang berdering, dia meraba-rana kasurnya mencari ponselnya yang sedari tadi terus berbunyi.
Dia menekan tombol hijau tanpa melihat siapa yang menelfon
“Hm?” sahutnya dengan khas suara orang yang baru bangun tidur
Mendengar suara malas itu, gilang disisi lain sudah tahu bahwa kekasih kecilnya itu pasti belum bangun sekarang.
dia menatap pintu kontrakan anara yang masih tertutup rapat dan berbicara melalui telepon dengan sang penghuni kontrakan tersebut dengan nada mengingatkan “sayang, kamu tidak lupa kita akan ke rumah sakit mengambil hasil pemeriksaan kemarin bukan?”
Anara langsung melompat dari tempat tidurnya “tentu saja tidak, bagaimana mungkin aku lupa!”
Dia berbicara dengan suara yang agak keras agar tidak terlihat seperti suara orang yang baru bangun tidur, tapi sayangnya gilang sudah mengetahui taktiknya.
Gilang menahan tawanya mendengar jawaban panik anara, dia sudah terbiasa dengan anara yang sering bangun di siang hari dan tipu muslihat nya “oh benarkah? Aku sudah di depan pintu sekarang, mari kita langsung berangkat”
Anara seketika membeku mendengargar itu, dia dengan cepat berlari ke arah jendela dan mengintip dari celah dan benar saja gilang sudah berdiri di depan pintunya entah sejak kapan.
Gilang melambaikan tangannya ke arah jendela dengan senyum nakal, hal itu membuat anara dengan cepat menutup jendela gordennya dan memaki di dalam hati!
Sialan! Dia ketahuan!
Ini semua salah cika karena mengajak nya bertemu di tengah malam!
Anara membuka sedikit celah pintu hingga gilang hanya bisa melihat kepalanya dan berkata dengan canggung “ha, hai pagi”
“Ara ini sudah siang” sela gilang
“hehehehhe” anara hanya bisa mengeluarkan tawa memalukan
Gilang menghela nafas tak berdaya melihat senyum konyol anara, jika dia tidak membangunkan anara dia yakin bahwa anara akan tetap tertidur seperti mayat sampai sore hari.
Dulu saat masa sekolah menengah, anara juga sering terlambat ketika masuk sekolah sehingga dia sering di hukum bahkan sampai dipanggil oleh guru ke kantor dan ditegur karena sering terlambat.
Di perguruan tingggi setelah mereka memutuskan untuk berpacaran, gilang dengan tegas selalu datang ke rumah anara pagi-pagi agar dia tidak lagi terlambat dan bangun pagi.
Tapi sepertinya itu sudah melekat pada diri anara, bahkan sampai sekarang dia masih suka bangun di siang hari.
“gadis ini benar-benar tidak berubah” batiinnya
Gilang juga tidak keberatan dengan itu, ini tidak seperti anara harus bangun pagi untuk membanting tulang sampai malam hari.
Meskipun dia masih belum tahu seperti apa keluarga anara, tapi gilang tahu bahwa keluarga anara pasti tidak seperti yang dipikirkan oleh orang tuanya.
meski anara tinggal di sebuah kontrakan kecil tapi dia memiliki mobil dan motor mewah bahkan barang-barang bermerek, anara tidak pernah sekalipun terlihat seperti orang yang kekurangan uang.
Bahkan setelah lulus dari perguruan tinggi, anara masih santai-santai dan tidak berniat mencari pekerjaan yang membuktikan bahwa ekonomi keluarganya baik-baik saja.
Itu sebabnya dia tidak puas terhadap orang tuanya karena berpikir bahwa anara mendekatinya hanya untuk memoroti harta mereka, tapi dia tidak bisa menjelaskan langsung karena anara tidak berniat untuk memberitahu mereka latar belakangnya.
Antara bilang orang tuanya bercerai dan dia tidak ingin membahas itu.
Keluarga anara akan datang seminggu sebelum pernikahan untuk pertemuan dia keluarga, anara berkata bahwa pada hari itu dia akan menceritakan segalanya dan memperkenalkan kedua keluarga sekaligus.
Anara menatap gilang dengan bingung “sejak kapan kamu disini?”
“mungkin hampir satu jam? Aku mengetuk pintu, dan menelfon mu berulang kali dari tadi tapi kamu tidak menanggapi satupun” keluhnya
“maaf sayang, itu semua salah cika. Dia mengajak ku bermain keluar di tengah malam” kata anara dengan membela diri
Gilang mengangkat alisnya mendengar itu
Dia membuka pintu kontrakan antara dengan paksa sehingga dia bisa melihat penampilan berantakan anara, gilang mendekati wajah anara dan mengendus-endus “kamu merokok lagi?”
“mampus” batin anara
Gilang melarangnya merokok, jadi selama ini anara selalu merokok diam-diam di belakang gilang tapi dia selalu rapi dan membersihkan semua barang bukti sehingga tidak pernah ketahuan oleh Gilang.
Kemarin Dia langsung tidur sesampai di rumah kemarin dan tidak mandi, jadi bau rokok masih menempel di tubuhnya!
Dia tidak berani menatap langsung ke mata gilang dan menjawab dengan gelagapan “yah, hanya satu”
Melihat wajah gilang yang berubah menjadi gelap, anara dengan cepat menjelaskan “sesuatu terjadi pada Kia, aku ingin membantu tapi dia terus berbohong”
“jadi, apa urusan itu dengan rokok?” tanya gilang dengan datar
Anara memainkan jarinya dan menatap kebawah seperti anak kecil yang dimarahi “Maaf, aku merasa marah dan kebetulan cika juga merokok kemarin”
anara tidak lupa untuk membawa nama cika.
intinya karena cika merokok di depan nya dia menjadi tidak tahan~!
Gilang sekali lagi mengela nafas berat, “cepat bersiap-siap, aku menunggu di mobil?”
Gilang berbalik kembali ke mobil, namun anara menahan tangannya.
“Marah? Jangan marah oke?” bujuk anara
Melihat dia bertingkah manja, gilang tersenyum tak berdaya.
Dia mengelus rambut anara yang masih berantakan dan berkata dengan lembut “tidak marah, tapi jangan merokok lagi oke? Itu tidak baik untuk kesehatan”
Anara tersenyum riang ketika menyadari bahwa gilang benar-benar tidak marah padanya, dia berjinjit menutupi mulut gilang dengan telapak tanganya sendiri dan mencium tanggannya sendiri setelah itu anara langsung berbalik menutup pintu dan menguncinya..
Gilang menatap pintu dengan tatapan ksoong, serangan anara terlalu mendadak sehingga dia tidak bisa merespon.
Dia menyentuh bibirnya, meski mereka tidak berciuman secara langsung namun posisi itu benar-benar seperti mereka sedang berciuman jika saja tangan anara tidak mengahalangi.
Hal ini Membuat jantung gilang berdetak dengan cepat, meskipun mereka telah mengenal sejak lama dan telah menjalin hubungan bertahun-tahun namun dia belum pernah bersentuhan fisik secara intinm dengan anara.
Itu hanya sebatas ciuman pipi atau di dahi, anara berpegang teguh bahwa ciuman pertamanya dan kesuciannya hanya boleh dia berikan pada suaminya.
gilang tidak keberatan karena dia berencana menjadi suami anara, suatu hari anara akan menjadi miliknya seutuhnya jadi dia tetap menunggu dengan sabar.
Meski untuk zaman ini gaya pacaran anara bisa terbilang kuno namun dia merasa beruntung gadis seperti itu adalah kekasihnya.
Apa yang dilakukan anara membuat dia benar-benar ingin menikahi anara sekarang juga dan mengurungnya di kamar.
Gilang duduk kembali ke mobil menunggu anara dan berusaha menenangkan diri.
Anara disisi lain tidak terlalu memikirkan hal itu, dia dengan cepat bergegas mandi dan berpakaian karena tidak ingin gilang menunggu terlalu lama di luar sana.
Ketika anara masuk ke dalam mobil, gilang tengah bersandar dengan mata tertutup didalam.
Dia menepuk bahu gilang “sayang, kamu tidur?”
Gilang membuka matanya “sudah selesai?”
Anara mengangguk “apa kamu sudah makan? Aku belum sarapan, lapar” keluh anara
“belum, kita akan makan dulu” katanya sambil mulai menjalankan mobil
Mereka berhenti disebuah restoran diperjalanan kerumah sakit, setelah selesai makan mareka langsung melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.
Semakin mendekati area rumah sakit entah kenapa perasaan anara menjadi tidak enak, seolah sesuatu yang buruk akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
it's me_vibe
semngat thour nulisnya.. aku tinggalin jejak dulu ya xixi
2023-06-29
1