KERAGUAN

Luna berangkat ke sekolah dengan mata yang masih sembab karena menangis semalam. Ia sedikit tertekan jika mengingat bahwa kini dirinya bergaul dengan anak-anak popular tapi ia juga sedikit lega karena ia tahu, mereka orang baik, mungkin.

“Oi… Ngelamun aja pagi-pagi” kata Bara mengejutkan Luna. Tentu saja hal tersebut jadi pusat perhatian siswa lain yang ada didekat mereka.

“Bara? Bikin kaget aja” kata Luna seraya memukul lengan Bara karena kesal. Namun ia segera menyadari banyaknya mata yang melihat kearah mereka. Luna pun segera menjaga jarak dengan Bara

“Abis lo ngelamun sih, jiwa iseng gue kan jadi terpanggil. Btw, lo ke sekolah naik apa? Bawa kendaraan atau diantar?” tanya Bara ingin tahu.

“Dulu sih di anter tapi sekarang naik ojol. Kenapa emangnya?” balik Luna yang bertanya.

Namun tiba-tiba saja, Bara membalikkan badannya ke Luna dan mendekat “Lo daritadi gue perhatiin jaga jarak mulu ama gue? Emang gue virus apa yang harus di jauhin? Gue tersinggung nih”

“Ah... abisnya lo kan popular, gue nggak enak ama yang lain” kata Luna jujur.

Bara pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mendapati banyak mata yang sedang menatap mereka. “Ya… gue emang popular sih jadi maklum aja ya”

“Idih malah muji diri sendiri”

“Tadi gue belum jawab pertanyaan lo ya? Nggak, gue cuma check kendaraan lo aja kan jumat nanti kita ada ker-kel nah takutnya kita selesainya kemalaman gitu.” kata Bara menjawab pertanyaan Luna tadi.

“Tapi emangnya nggak papa ya, Bar, kalo orang kayak gue gabung ama kelompok lo bertiga?” tanya Luna ingin tahu pendapat Bara.

Mendengar hal itu, Bara pun menghentikan langkah kakinya dan menatap Luna dengan bingung. “Orang kayak lo? Emang lo kenapa?”

“Gue kan nggak secantik dan sepinter Dira terus gue juga nggak popular kayak kalian bertiga. Intinya gue tuh B aja diantara kalian, yakin masih mau jadiin gue anggota kelompok?” tanya Luna lagi.

“Gue nggak tau apa yang ada di pikiran lo tentang definisi popular, tapi gue pribadi, gue senang bisa sekelompok ama lo. Menurut gue, lo punya daya tarik sendiri, dari cara lo selalu mengarahkan kita ke topik pembicaraan tiap kali kita mulai melenceng. Artinya lo punya keteguhan hati yang kuat, terbukti gimana lo tetap jadi teman sebangku Dira selama ini, padahal dikelas lo dikucilin karena sebangku ama dia. Kalo orang lain mungkin udah protes minta pindah duduk atau malah pindah kelas” jawab Bara serius yang membuat Luna ingin menangis mendengarnya.

Luna menelan ludahnya berusaha tidak menangis. “Gue… di panggil Pesuruh Dira”

“Apa? Gedein dikit napa suara lo, nggak kedengaran”

“Kata temen gue, ada gossip yang bilang gue jadi pesuruh Dira. Katanya ada yang pernah liat gue bawain tasnya Dira,ada yang pernah liat gue beliin makanan buat Dira ama ngambilin buku Dira yang jatuh di lantai” kata Luna jujur.

Bara membelalakkan mata tak percaya. “Dira ngebully lo?”

“Ya nggak lah! Dira malah nggak pernah nyuruh gue sekali pun. Malah gue yang sering nyuruh dia buat periksa tugas gue” bela Luna.

“Oh… tapi ya mau gimana lagi, lo berdua kalo diliat dari jauh emang jatuhnya kayak pembantu ama majikan sih”

“Bara!” kata Luna seraya memukul lengan Bara.

“Sorry , gue becanda. Kalo gue bilang sih nggak usah dengerin gossip-gossip murahan toh yang tau bener atau nggak ya kita sendiri, orang luar mana mau tau kebenarannya. Balik lagi gimana perasaan lo ke Dira dan sebaliknya” kata Bara serius.

“Maksud lo?”

“Lo sendiri gimana ke Dira? Lo anggap dia teman atau lo cuma mau manfaatin dia buat dapat spotlight”

“Gue nggak pernah ada niat buat manfaatin Dira sedikitpun!”

“Baguslah kalo gitu, pertemanan itu bisa disebut pertemanan kalo keduanya sama-sama punya niat untuk berteman. Gue yakin, Dira juga pasti berniat temanan ama lo, ngeliat gimana dia perhatian ama lo, gue rasa dia senang akhirnya ada yang liat dia sebagai Dira, murid SMA biasa anak kelas XII, bukan anak ketua yayasan” jelas Bara bijak.

Luna mengangguk mengerti. Kini keraguannya telah sirna. “Thanks, Bar! Gue jadi lega dengarnya”

“Gue bijak banget sih! Ini nih alasan kenapa gue popular” kata Bara senang.

“Dasar haus pujian” kata Luna seraya meninggalkan Bara dibelakangnya.

Dengan cepat Bara pun menyusul Luna “Ih… gue kok ditinggal sih. Jahat deh!”

“Jauh-jauh deh lo dari gue” kata Luna tak tahan melihat tingkah Bara yang membuat Bara tertawa melihat reaksi Luna.

Keduanya pun berjalan bersama menuju kelas. Luna kerap berusaha menjaga jarak namun Bara selalu berhasil mengimbangi hingga akhirnya Luna pun merasa percuma melakukan hal tersebut. Saat keduanya tiba dikelas, Dira sudah berada dalam kelas,begitu pula dengan Aksa yang wajahnya kini sudah tenggelam kedalam komik.

“Aksa!!! Kemarin kan gue bilang hari ini gue nebeng ama lo” teriak Bara begitu melihat Aksa di kelas. Hal tersebut menarik perhatian teman-teman sekelas mereka dan terkejut bagaimana Bara dan Luna datang bersama.

“Si bego itu bener-bener deh” rutuk Luna.

“Siapa suruh dibangunin malah nggak bangun” kata Aksa tanpa mengalihkan pandangannya dari komik.

“Tetap aja lo kan harusnya nungguin gue eh malah ditinggal. Hari ini kayaknya semua orang pada hobi ninggalin gue” omel Bara tidak mau tahu.

“Soalnya jalan bareng ama lo yang ada cuma malu” balas Aksa datar.

“Ha??? Gini-gini gue ini popular loh,Sa!” kata Bara tak terima namun Aksa mengabaikannya.

“Jahat” rutuk Bara.

Melihat hal itu, Luna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia menyapa Dira dan duduk disampingnya.

“Lo bareng ama Bara?” tanya Dira begitu Luna duduk.

Aksa yang tidak sengaja mendengar hal tersebut pun terkejut.” Lo bareng Bara? Mimpi buruk apa lo semalem?”

“Maksud lo, Sa? Lo beneran teman gue bukan sih” kata Bara tak terima.

“Iya tadi nggak sengaja ketemu di koridor. Tiba-tiba aja nih bocah nongol gitu aja”jelas Luna.

Dira mengangguk mengerti kemudian menatap Bara. “Lo punya pintu kemana aja-nya Doraemon ya? Udah kayak Nobita aja yang bisa tiba-tiba muncul”.

“Makasih loh Lun, padahal tadi gue udah dengerin curhatan lo terus udah ngasih petuah tapi ini balasan lo? Kalo kata Audi mah ‘Dibalas Dengan Dusta’ tau nggak!” omel Bara.

Hening.

Ketiganya hanya menatap Bara dengan tatapan seolah mengasihani. Hal tersebut membuat Bara semakin kesal dengan mereka.

“Kampret lo semua!”

...***...

“Ndi, mau ke kantin nggak?” tanya Luna begitu bel istirahat berbunyi.

“Nggak deh. Gue ke kantinnya nanti aja bel istirahat ke dua. Kalo sekarang lagi pasti rame banget” jawab Dira yang membuat Luna ikut ragu untuk ke kantin.

“Ya udah deh, gue juga nanti aja kekantinnya. Bareng ama lo” kata Luna.

“Kalo lo lapar duluan aja ke kantin” kata Dira merasa tak enak.

Luna menggelengkan kepalanya “ Gue males ke sana sendirian”

“Teman lo yang dua orang mana? Biasanya lo ke kantin bareng mereka kan?” tanya Dira. Luna tediam sejenak. Entah mengapa, Luna merasa tak ingin bertemu dengan mereka untuk sementara waktu.

“Gue nggak enak mau gabung ama mereka, soalnya kelas kita kan beda. Rasanya kayak nggak nyambung aja obrolannya” jawab Luna bohong. Ia hanya ingin menghindari topik yang mereka bahas semalam.

“Lo yakin mau nunggu sampai istirahat ke dua? Masih lama loh” tanya Dira memastikan.

“Tenang aja, tadi gue udah sarapan nasi kuning”

“Lo nggak ada riwayat sakit maag kan?”

“Aman”

Mendengar hal itu, Dira hanya mengangguk mengerti. Sebenarnya Dira sangat malas untuk keluar kelas jika bukan ke toilet, fotocopy, perpustakaan atau ke ruang guru. Hal itu karena ia risih dengan tatapan orang-orang.

“Sa, kantin yuk!” ajak Bara seraya memukul lengan Aksa keras.

“Tangan gue cedera jadi gue di kelas aja” kata Aksa menahan sakit.

“Nggak seru ke kantin sendiri. Aksa…. Baik deh” protes Bara seraya mengelus lengan Aksa.

“Rayuan gombal lo nggak mempan” tolak Aksa seraya menjauhkan tangan Bara dari lengannya.

“Ini tuh bukan rayuan gombal, Sa”

“Dan lo bukan Judika, Bar”

“Hahaha… becanda lo lucu”

“Arigatou”

Bara pun menyerah membujuk Aksa kemudian matanya menangkap sosok berambut sebahu yang duduk didepannya. Bara pun menepuk pundak gadis itu. “L-u-n-a… ke kantin yuk!”

“Bara! Hobi banget sih bikin kaget orang”jerit Luna terkejut.

“Sorry! Ke kantin yuk! Gue ajakin Aksa , dia kagak mau. Mending gue ama lo berdua ke kantin daripada sendiri udah kayak jomblo aja, sendirian” jelas Bara.

“Emang lo jomblo juga” timpal Aksa cepat.

“Lo tuh ya urusan ngehina dan nge-ghibahin gue aja, respon lo udah kayak ikut lomba cerdas cermat, cepet banget” kata Bara kesal.

“Gue ama Indi ke kantinnya ntar jam istirahat ke dua” tolak Luna.

“Sekarang aja lah, please…” pinta Bara

“Lo bareng aja ama Bara ke kantinnya,Lu. Kan tadi lo juga mau ke kantin” kata Dira.

“Malas banget bareng dia. Lo nggak tau sih, gimana narsisnya dia. Nggak sanggup gue deket-deket dia di depan umum” tolak Luna.

“Luna… Dira… Ayo ke kantin~ Bara lapar~”ajak Bara mulai bersenandung. Dira dan Luna mencoba mengabaikannya namun Bara tetap gigih hingga ke dua gadis tesebut menjadi kesal sendiri.

“Bar… sumpah lo tuh berisik banget sih!” tegur Luna kesal.

“Bara~ Lapar~” kata Bara masih bersenandung.

“Ya udah, gue temenin lo ke kantin. Lama-lama telinga gue berdarah dengar nyanyian lo” kata Luna mengalah.

“Yeay… Bara~ Soooo~ Happy~” kata Bara senang seraya berdiri dan mendahului Luna keluar kelas.

“Lo yakin, Lu? “ tanya Dira

“Ya mau gimana lagi, daripada gue pulang ke sekolah harus ke dokter THT gara-gara dia” kata Luna seraya berdiri. “Sa, gue titip Indi ya” kata Luna pada Aksa.

Aksa dan Dira saling pandang kemudian saling buang muka. Melihat reaksi keduanya membuat Luna bingung.

“L-U-N-A” teriak Bara dari depan pintu kelas. Mendengar itu Luna segara ke Bara.

“Lo ngerasa nggak sih Aksa ama Indi tuh aneh?” tanya Luna begitu di dekat Bara.

“Ha? Kalo Aksa mah gue tau emang dia dari dulu jauh dari kata normal, kalo Dira mah kayaknya dia termasuk normal deh kalo dibanding ama Aksa” jawab Bara bingung.

“Bukan itu maksud gue. Mereka kayak nggak akur gitu” kata Luna seraya menatap ke arah Dira dan Aksa. “Lo pernah liat Aksa ama Dira ngobrol nggak? Maksud gue, saling melempar pertanyaan ke satu sama lain? Padahal semalam kita ngobrol panjang lebar sampai 2 jam, tapi liat tuh, mereka kayak orang nggak saling kenal” lanjut Luna.

“Kalo di pikir-pikir, semalam di grup juga interaksi mereka nggak ada kan? Padahal kalo urusan nge-hujat gue aja kompak banget” kata Bara setuju. Tanpa sadar, keduanya menatap Aksa dan Dira namun yang di tatap malah tidak sadar sama sekali.

“Lo nggak ke kantin?” tanya Aksa dan Dira bersamaan. Mereka berusaha memecah kecanggungan namun hal tersebut malah makin membuat keduanya canggung.

Hening.

Entah mengapa, keduanya baik-baik saja saat Bara atau Luna ada didekat mereka, namun saat berdua, mereka merasa seperti berhadapan dengan dinding besar.

“Yang kemarin itu cowok lo?” tanya Aksa tiba-tiba.

“Apa urusan lo?’

“Nggak, gue cuma kasihan aja ama dia punya pacar kayak lo”

Mendengar hal itu, Dira pun kesal dan membalikkan badannya menatap Aksa. “Emang gue kenapa?”

“Lo beneran nggak tau atau lagi nge-test gue?”

“Emang lo tau apa soal gue? Kenal juga baru kemarin”

“Semua anak-anak satu sekolahan juga tau soal lo”

“Lo percaya gossip murahan yang anak-anak itu bilang?”

“Nggak ada alasan buat percaya tapi nggak ada alasan juga buat nggak percaya ama gossip itu. Nggak ada asap tanpa api”

“Kayaknya lo nggak tau kalo di dunia ini emang terkadang ada asap tanpa api”

“Mana pernah sih, ada asap tanpa api?” kata Aksa tertawa merendahkan.

“Makanya mainnya jangan ama komik mulu, Dasar Otaku” balas Dira dengan senyum penuh kemenangan. Aksa tak percaya yang baru saja ia dengar namun tak mampu membalas. Merasa menang, Dira pun kembali membelakangi Aksa.

Luna dan Bara yang melihat keduanya, walau tanpa tahu apa yang keduanya bicarakan, dapat merasakan percekcokan.

“Jadi gini rasanya liat pacar selingkuh? Sakit banget rasanya dikhianati” kata Bara tiba-tiba yang membuat Luna bingung.

“Ha? Emang lo pacaran ama Indi?”

“Bukan! Gue nggak pernah tau kalo Aksa bisa berekspressi kayak gitu padahal dari kecil kita udah temanan. Selama ini dia selalu masang muka datar dan marahin gue doang. Jahat!” jelas Bara yang makin bingung.

“Kayaknya itu bukan sesuatu yang harus di pikirin deh” kata Luna bingung.

“Apa lo bilang? Bukan sesuatu yang harus di pikirin? Malahan ini tuh sesuatu yang harus dibawa ke pengadilan. Rasanya kayak nge-gap pacar selingkuh,tau nggak” kata Bara tak terima.

“Sorry… ya udah, yuk ke kantin. Gue traktir deh biar lo tenang” kata Luna mencoba menenangkan.

Mendengar ucapan Luna, tiba-tiba Bara menjadi senang. “Yuk! Lo yang traktirkan?” kemudian mendahului Luna ke kantin.

“Emangnya semua anak yang popular itu pada aneh ya?”

...***...

Malam itu, Dira sedang belajar di kamarnya, saat ia teringat ucapan Aksa di sekolah dan tiba-tiba merasa kesal sehingga membanting pulpennya. “Tuh Otaku ada masalah apa sih ama gue? Tiap ketemu kayaknya ngajakin berantem mulu”

Ting!

Sebuah pop up notification.

Bara: Malam para ladies sekalian!!! Jangan lupa ya, besok kita ada ker-kel loh.

Aksa: @Bara gue nggak di sapa nih?

Bara: @Aksa siapa ya?

Aksa: @Bara mulai detik ini juga pintu rumah gue tertutup buat lo

Bara: @Aksa becanda gue. Malam Aksa, jangan lupa ya, besok kita ada ker-kel loh.

Luna: Cemilan buat ker-kel besok udah ready blom? Ato kita kudu bawa sendiri nih?

Bara: @Luna tenang aja, emaknya Aksa udah bikin kue dari kemarin buat menyambut kedatangan kita. Saking bahagianya, bokapnya Aksa sampai izin libur besok biar bisa menyambut kita. Hahaha

Dira mengerutkan dahinya, bingung, karena tidak tahu Bara sedang bercanda atau tidak.

Aksa: @Bara bacot lo!

Bara: @Dira Udah tidur? Kok nggak bersuara?

Dira hanya membaca pesan itu. Sejujurnya ia malas untuk muncul di grup karena masih kesal pada Aksa namun rasanya sedikit aneh untuk mengabaikan Bara dan Luna hanya karena ia kesal pada Aksa.

Dira: @Bara Ok.

Melihat balasan Dira yang sangat singkat membuat Bara bingung. Ia pun segera ke rumah Aksa. Entah mengapa, dia merasa ini ada kaitannya dengan kejadian di kelas tadi.

“Sa…”panggil Bara begitu tiba di kamar Aksa. Si empunya kamar yang sedang berbaring diatas tempat tidur hanya menatapnya lurus tanpa ekspressi.

“Ngapain lo kesini malam-malam?” tanya Aksa.

“Lo berantem ama Dira?” balik Bara bertanya mengabaikan pertanyaan Aksa.

“Nggak ada urusan gue ama dia” jawab Aksa.

“Tapi tumben si Dira jawabnya singkat gitu di group? Biasanya juga dia rame. Pasti ini gara-gara lo” tuduh Bara yang membuat Aksa bangkit.

“Kenapa jadi gara-gara gue?” tanya Aksa dingin.

“Lo kan ada bakat bikin orang kesel” jawab Bara.

“Maksud lo?”

“Tadi gue liat lo ama Dira di kelas kayak lagi berantem gitu, ya siapa tau aja gara-gara itu dia jadi malas deh ngomong ama kita”

“Kalo itu mah harusnya gue kali yang malas ama dia” kata Aksa yang membuat Bara ingin tahu.

“Lo berdua ada masalah apa sih? Kayaknya nggak akur banget tapi kalo urusan ngehina gue aja, kompak” tanya Bara seraya mendekati Aksa.

“Dibilang nggak ada urusan juga gue ama dia” jawab Aksa risih.

“Nggak mungkin. Gue yakin, pasti ada sesuatu nih. Gue mencium bau-bau mencurigakan diantara kalian”

“ Terserah lo mau percaya atau nggak ama gue” kata Aksa seraya kembali rebahan.

“ Lo nggak suka ya Dira ama Luna masuk kelompok kita?” tanya Bara serius.

“Toh kalo pun bukan mereka yang masuk kelompok kita pasti lo tetap ngajak orang lain kan? Secara per kelompok harus minimal 3 anggota. Nggak ada hubungannya gue suka atau nggak” jawab Aksa ambigu.

“Gue cuma harap lo bisa bersikap sedikit ramah ama mereka” kata Bara.

“Gue usahain tapi nggak janji”

Bara pun terdiam.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!