KELOMPOK ITU DISEBUT A4

Pada malam hari itu, Aksa sedang berada didepan komputernya seraya membaca komik online. Aksa memang menyukai komik sedari dulu,karena ia merasa dapat membayangkan gambar-gambar tersebut bergerak sehingga ia terkadang merasa kecewa jika anime yang mengadaptasi sebuah komik tidak memenuhi ekspektasinya.

“Aksa… abang datang!!!” teriak Bara tiba-tiba muncul didepan pintu kamar Aksa.

“Sejak kapan lo jadi Abang tukang bakso?” kata Aksa tampak sudah terbiasa dengan kedatangan Bara yang tiba-tiba.

“Sialan lo!” kata Bara seraya melemparkan dirinya ke tempat tidur.

“Rumah lo lagi kosong ya?” tanya Aksa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar computer.

“Kok lo tau?”

“Rumah lo gelap, yang nyala cuma lampu teras, dapur ama kamar lo aja”

“Bingo!!! Makanya malam ini gue nginap disini”

“Kayaknya gue belum bilang setuju deh”

“Tante Mila ama Om Farhan udah bilang OK tuh” kata Bara yang membuat Aksa berbalik dan menatapnya.

“Ini kamar gue jadi harusnya lo izinnya ama gue “ kata Aksa namun Bara pura-pura tak mendengarnya.

“Lo tadi kenapa balik duluan sih? Kan gue mau nebeng. Lo tau sendiri kan kalo mobil gue lagi di bengkel” protes Bara.

“Lo kira gue sopir lo pake harus nungguin lo selesai ekskul” timpal Aksa

“Besok gue nebeng ama lo, oke?” tanya Bara

“Terserah lo! Btw masalah ker-kel, kenapa nggak dirumah lo aja kita kerjainnya? Wifi lo juga kan lancar terus nggak masalah juga kalo kita berisik”

“Ogah gue! Lo tau sendiri kan kalo dirumah cuma ada Bibi sama gue doang. Bonyok jarang dirumah, kakak gue kuliah di London. Kalo kita ker-kelnya dirumah gue, ntar pas ker-kelnya selesai gue jadi kesepian karena yang tadinya ramai tiba-tiba jadi sepi lagi” jelas Bara. Aksa pun mengangguk mengerti.

Ya, meskipun Bara terlihat sosok yang ceria namun sebenarnya dia sosok yang mudah kesepian. Hal itu karena kedua orang tuanya bekerja dimana pekerjaan mereka terkadang mengharuskan mereka ke luar daerah bahkan luar negri sehingga jarang berada dirumah. Bara mempunyai seorang kakak perempuan, namun begitu lulus SMA, kakaknya memutuskan untuk kuliah di luar negri karena menurutnya, mau di dalam negri atau pun di luar negri toh dia tetap jauh dari orangtua sehingga menyebabkan Bara kini tinggal bersama seorang ART paruh baya yang sudah bekerja sejak Bara masih bayi. Dirumah tersebut juga ada tukang kebun, sopir dan satpam. Karena mereka sudah lama bekerja, Bara sangat akrab dengan mereka tapi tetap saja Bara rindu untuk berkumpul dengan keluarganya. Itu juga yang menyebabkan Bara sangat aktif ikut eksul karena dengan begitu, ia tidak harus cepat pulang kerumah dan ia dapat melupakan kesepiannya sejenak.

Berbeda dengan Bara, Aksa merupakan anak tunggal. Meskipun orangtua Aksa juga bekerja seperti orang tua Bara, namun orang tua Aksa selalu menyempatkan diri untuk ada dirumah. Meskipun Aksa juga memiliki seorang ART namun sang Ibu selalu memasak untuk Aksa. Jika Bara tidak mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya, Aksa malah sebaliknya. Dia mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tuanya karena setelah banyaknya usaha dan berulang kali keguguran, akhirnya Aksa lahir yang membuat kelahirannya sebagai hadiah terbaik bagi orangtuanya, itulah mengapa Aksa tidak aktif di ekskul karena ia merasa tidak ada tempat senyaman rumah.

Meskipun demikian orangtua Aksa sudah menganggap Bara seperti anaknya. Mereka sering memberikan makanan kerumah Bara atau mengajak Bara untuk makan bersama mereka bahkan mengajak Bara ikut liburan bersama. Bagi Bara, orangtua Aksa adalah gambaran orangtua idaman dan berjanji, kelak jika ia memiliki keluarga, ia akan menjadi orangtua seperti orangtua Aksa. Meskipun demikian, Bara tidak pernah sedikitpun merasa iri pada Aksa sebaliknya dia berterimakasih pada Aksa, berkat kehadirannya dia menjadi sosok yang sekarang. Jika saja, Ayah Aksa tidak dimutasi ke kota ini dan mereka tidak bertetangga dan berteman, mungkin saja Bara kini sudah berada di jalan yang salah hanya untuk mencari perhatian. orangtuanya.

“Gue udah bilang ama bonyok lo kalo hari jumat nanti kita bakal ker-kel disini dan mata mereka langsung berkaca-kaca saking senengnya” kata Bara yang membuat Aksa melemparinya komik.

“Kampret lo!” umpat Aksa yang membuat Bara tertawa.

“Kan lo sendiri yang udah setujuin buat ker-kel dirumah lo. Ngomong-ngomong soal ker-kel, gue lupa buat grup WA, bisa-bisa Dira ama Luna mikir gue beneran mau modusin mereka” kata Bara yang membuat Aksa teringat sesuatu.

“Kalo lo beneran mau modusin mereka, mending lo modusin si Luna aja,jangan Dora” kata Aksa. Mendengar hal tersebut membuat Bara menatap Aksa penuh curiga.

“Kenapa emang? Lo mau modusin si Dora, eh maksud gue, si Dira? Gara-gara lo nih gue juga ikutan manggil dia Dora” tanya Bara

“Dia udah punya cowok” jawab Aksa datar yang membuat Bara menganga tak percaya.

“Hoax”

“Beneran”

“No Pict \= Hoax”

“Lo kira lambe turah,ha?”

“Tau darimana lo kalo Dira punya cowok? Kalo si Dira udah punya cowok pasti satu sekolahan udah pada tahu dan heboh. Meskipun Dira nggak ada akhlak sama sekali tapi dia itu cewek paling popular di sekolah. Banyak yang suka ama dia tapi nggak ada yang berani deketin karena takut” kata Bara tak percaya.

“Tadi gue nggak sengaja ketemu Dora di di parkiran terus ada cowok yang nyamperin karena ngira gue gangguin dia. Mereka juga manggilnya aku-kamu tuh terus si cowok bilang kalo dia itu cowoknya Dora” jelas Aksa.

“Tuh cowok bilang ‘Kenalin gue cowoknya Dira’ gitu ke lo? Kok lo bisa sampai tau dia pacar Dira? Siapa tau cuma fans” tanya Bara ingin tahu.

“Nggak gitu juga kali. Dia cuma bilang ‘Sorry, gue kira lo gangguin cewek gue” kayak gitu” jawab Aksa jujur.

“Dan Dira nggak nyangkal sama sekali,gitu?”

“Nggak”

“Cowoknya anak sekolah kita?”

“Iya”

“Lo tau namanya nggak, ah, nggak mungkin lo tau namanya kan lo manusia paling nggak mau tau urusan kayak gitu”

“Dafa”

“Oh… Dafa…WHAT? Lo kok bisa tau namanya? Bukan lo banget yang bisa tau nama orang” teriak Bara terkejut.

“Gue tau karena si Dora manggil dia gitu” kata Aksa datar.

“Kalo sampai bener si Dira punya cowok, gue yakin banget satu sekolahan bakal heboh dan si Dafa itu bakal jadi orang paling dicari” kata Bara.

“Anak-anak di sekolah sebenarnya takut apa kagum sih ama si Dora?” tanya Aksa serius.

“Bisa dibilang dua-duanya selain karena status Dira yang seorang anak ketua yayasan, dia juga cantik terus pintar. Cuma katanya mulutnya agak tajam, ini sih gue yakin 100% bener udah kebukti soalnya, terus dia agak dingin gitu” jawab Bara

“Setelah tadi ngomong ama dia, menurut lo, dia gimana?” tanya Aksa lagi.

“Diluar dugaan, Dira ternyata bisa becanda juga. Karakternya nggak sedingin dan semenakutkan gossipnya. Nggak tau kenapa, di mata gue dia lumayan friendly” jawab Bara lagi.

“Ah… ternyata bener, lo emang hobi ngeghibah” kata Aksa seraya membalikkan badannya ke komputer yang membuat Bara jadi kesal.

“”Sialan lo!!!”

***

“Lun, emang bener kalo lo jadi pesuruhnya Dira?” tanya Haura saat melakukan telpon group bersama Sarah dan Luna.

“Ha? Apa?” kata Luna tidak percaya yang baru saja ia dengar.

“Tadi dikelas gue heboh katanya lo jadi pesuruhnya Dira” jelas Sarah.

“Iya katanya ada yang pernah liat lo bawain tasnya Dira terus ada yang pernah liat lo beliin Dira makanan, sama ngambilin buku Dira yang jatuh ke lantai. Emang bener,Lun?” tanya Haura lagi.

“Siapa yang bilang? Gue nggak pernah tuh bawain tasnya Dira apalagi beliin Dira makanan sama ngambilin buku dia. Malah gue yang sering minta diperiksain tugas gue ama Dira” jawab Luna tegas.

“Bagus deh, gue kira lu beneran jadi pesuruhnya Dira. Gue ama Sarah jadi merasa bersalah ama lo karena waktu itu nggak bantuin lo cari bangku sampai-sampai lo harus sebangku ama dia. Sorry ya, Lun” kata Haura merasa bersalah.

“Nggak papa kok lagian Dira nggak seburuk itu” kata Luna mencoba menenangkan Haura.

“Tapi Lun, emang bener lo di kucilin di kelas karena lo sebangku ama Dira?” tanya Sarah. Mendengar hal itu membuat Luna terdiam sejenak sebelum menjawab.

“Sejujurnya gue pernah ngerasa dikucilin ama mereka apalagi di kelas itu gue nggak kenal siapa-siapa lagian di sekolah juga gue cuma berteman ama kalian doang terus tiba-tiba pisah ama kalian dan jadi teman sebangku Dira, rasanya kayak diceburin ke got saat lo baru aja selesai mandi, gue stress banget terutama saat ada tugas kelompok, nggak ada yang mau sekelompok ama gue, sekalipun ada mereka Cuma manfaatin gue buat bocorin keburukan Dira biar ada yang bisa mereka jadiin bahan buat di goreng alias di gosipin” jawab Luna dengan nada suara yang sedikit sendu.

“Luna... sorry” kata Haura meminta maaf untuk ke sekian kalinya.

“Lo bilang lo pernah ngerasa kayak gitu, artinya sekarang lo nggak ngerasa kayak gitu lagi?” tanya Sarah ingin tahu.

“Jujur aja, awalnya gue takut ama Dira. Tapi nggak tahu kenapa makin lama gue ngerasa dia nggak seburuk dan semenakutkan seperti gossip yang selama ini beredar. Jujur aja, selama ini gue yang malah nyusahin dia, tiap kali gue stress karena tugas kelompok, tiba-tiba aja Dira udah ngumpulin tugas kelompok atas nama kita berdua, dia juga sering kasih liat gue catatan dia kalo gue nggak ngerti penjelasan guru. Karena dia, nilai gue yang tadinya Cuma rata-rata aja, sekarang sedikit naik. Apalagi sekarang di kelas gue ada kelompok permanen dan gue ama Dira sekelompok” jawab Luna riang.

“Kelompok permanen?” tanya Haura dan Sarah bersamaan.

“Iya, Bu Indah nyuruh kita bikin kelompok permanen jadi tiap ada tugas kelompok, anggotanya nggak ganti-ganti lagi. Satu kelompok untuk semua tugas kelompok sih singkatnya” jelas Luna singkat.

“Bagus tuh… jadi lebih hemat ama nggak bakal kelupaan juga. Kalo ganti-ganti biasanya ada aja nama anggota yang kelupaan. Coba aja kelas kita juga kayak gitu ya,Sar” kata Haura iri.

“Jadi dikelompok lo Cuma ada lo ama Dira doang?” tanya Sarah lagi.

“Nggak.. ada Bara ama Aksa juga. Karena anggota kelompok minimalnya 3 dan maksimal 4 jadi si Bara ngajakin gue ama Dira gabung ama kelompoknya.” jawab Luna jujur.

“WHAT??? BARA? AKSA? UNBELIEVEBLE” Pekik Haura.

“ Berisik lo,Ra! Tapi hebat juga ya lo, Lun. Bisa berteman ama anak popular kayak Dira, Bara dan Aksa. Bentar lagi kita udah dilupain nih” kata Sara.

“Gue belum berani bilang gue temanan ama mereka karena kita juga ngobrol cuma buat bahas ker-kel aja. Dan lagian mana mungkin sih gue ngelupain lo berdua, kan lo berdua doang yang mau temanan ama anak cupu kayak gue” sangkal Luna.

“Tapi tetap aja lo keren bisa sekelompok ama mereka. Apalagi Bara ama Aksa” kata Haura iri.

“Kalo Bara gue tau dia emang popular tapi kalo Aksa? Emang Aksa popular juga ya?” tanya Luna ingin tahu.

“Aksa itu popular ke dua setelah Bara. Sebenarnya sih mereka bisa dibilang seimbang tergantung tipe lo aja yang kayak gimana, karena Bara ama Aksa karakternya beda. Bara lebih friendly jadi lebih mudah buat diajak ngobrol tapi kalo si Aksa, dia tipe cowok di novel-novel gitu. Agak misterius terus susah diajak ngobrol, jangan kan diajak ngobrol, buat dia alihin pandangannya dari komik aja susah banget” jelas Haura.

“Berarti cuma lo yang B aja,,Lun” kata Sarah menohok. Luna terkejut mendengarnya.

“Sarah!” tegur Haura marah.

“Apa? Emangnya yang gue bilang barusan salah ya? Mungkin gue terdengar jahat tapi ini demi kebaikan Luna juga. Lo bisa bayangin nggak sih gimana reaksi orang-orang kalo tahu Luna bergaul ama anak-anak popular kayak mereka bertiga? Luna bakal dianggap terlalu biasa aja untuk bergaul ama mereka dan akhirnya bakal ngebully Luna. Dia sebangku ama Dira aja ada gossip dia jadi pesuruh Dira. Orang-orang nggak peduli gossip itu bener ato nggak, yang mereka tau ada sesuatu yang bisa mereka komentarin, kalo pun akhirnya mereka tau kalo itu nggak bener, mereka bakal bersikap seolah gossip itu nggak pernah ada. Jadi Lun, mungkin lo seneng bisa berteman ama Dira, Bara atau Aksa tapi ingat lo beda ama mereka. Lo nggak secantik dan sepinter Dira, lo nggak seberbakat Bara dan lo juga nggak semenarik Aksa. See? Lo terlalu biasa” kata Sarah yang membuat Luna tanpa sadar meneteskan air mata.

“Sarah, lo udah kelewatan! Meskipun yang lo bilang emang benar, yang berhak buat mutusin dengan siapa Luna berteman ya Luna sendiri dan mereka bertiga. Bukan orang luar kayak kita” kata Haura marah.

“Sorry, Lun. Gue cuma khawatir aja ama lo. Gue takut lo terlena dan merasa diatas langit hingga lupa perbedaan besar antara lo ama mereka dan akhirnya lo bakal terjatuh ke tanah karena ditarik oleh orang-oang yang iri” kata Sarah meminta maaf.

“Gue ngerti kok, Sar. Udah sewajarnya kan teman saling mengingatkan. Makasih. Lo berdua emang teman gue. Udah dulu ya, Nyokap gue manggil nih. Bye.” kata Luna berusaha tegar kemudian memutuskan sambungan telpon.

Luna seperti mendapat tamparan keras mendengar ucapan Sarah. Meski tidak ingin mengakuinya tapi ucapan Sarah memang benar adanya.Luna memang sempat merasa terlena karena dapat dekat dengan Dira bahkan hanya mengetahui nomor Dira saja dia senang tapi kenyataannya seperti yang Sarah bilang, dirinya terlalu biasa untuk berada didekat Dira,Bara dan Aksa.

“’Pesuruh Dira? Ternyata gitu ya image gue di sekolah dan gue dengan halunya merasa udah dekat ama Dira. Apa gue keluar aja ya dari kelompok? Toh mereka bisa tetap jadi kelompok meski tanpa gue” kata Luna lirih dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

Ting!

Luna melihat pop up notification grup baru.

Bara: Malem guys!!! Lagi ngapain nih? Pasti nungguin WA gue kan?

Luna tanpa sadar tertawa membacanya.

Aksa: Berisik lo malem-malem

Bara: Gue nyapa para ladies bukan lo! Tuh main aja ama komik sana

Aksa: Mending gue main ama komik daripada lo mainnya ama tissue dan sabun

Bara: Kampret lo! Yang gituan jangan dibahas disini woi

Luna kembali tertawa dibuatnya

Dira: Kenapa nama grupnya A4? Udah kayak ukuran kertas HVS aja

Bara: Karena nama kita semua akhirnya sama. Bara , Aksa , Dira , dan Luna. Jadi gue kasih aja nama A4. Gimana? Gue jenius kan?

Luna tertegun melihatnya. Dia sangat senang bahwa nama grup itu, ada namanya didalamnya.

Aksa: Tambah 2 orang lagi jadi A6

Bara: Lo pikir ini grup keluarganya Anang Hermansyah

Dira: Berisik lo pada! Btw Kalu kok nggak muncul ya?

Luna menghapus air matanya kemudian mulai mengetik.

Luna: Sorry, telat gabung. Perut gue sakit karena baca chat-nya duo pelawak

Aksa: Bar, lo dibilang pelawak tuh

Bara: Lo juga termasuk, kampret!

Dira: Lo berdua bisa diem nggak sih? Tuh perut Kalu jadi sakit gegara lo berdua. Dasar pelawak!

Percakapan di grup itu pun terus berlangsung selama 2 jam lamanya. Meskipun apa yang mereka bahas digrup sama sekali tidak berfaedah namun berkat itu, Luna melupakan kesedihannya. Begitu selesai, Luna kembali men-scroll isi chat grup tersebut dan dia kembali dibuat tertawa. Dia merasa senang. Dia yang biasa saja, bisa berada di grup yang sama dengan anak-anak popular di sekolah. Mungkin benar yang Sarah katakan, kelak dirinya bisa saja di bully karena hal ini namun Luna merasa bahwa ia akan sangat menyesal jika ia keluar dari kelompok ini.

“Gue harap pilihan gue ini tepat” doa Luna dalam hati.

...***...

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Kaluna ...
Kamu BISA!!!!

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!