Pak, bu, ini semua sudah cukup baik. Mulai dari bahan baku, proses produksi dan pengemasan sudah higienis. Tetapi mohon maaf pak, bu, tolong untuk berat dari isi disesuaikan dengan yang tertulis di kemasan. Jangan kurang, kalau lebih sedikit tak apa" Rainun menjelaskan dengan sehalus dan sesopan mungkin.
"Berarti mulai sekarang, kami memakai kemasan yang ibu bawa ini?" Tanya si pemilik usaha.
"Benar bapak. Untuk produk yang akan di ekspor, bapak harus menggunakan kemasan seperti yang saya bawa. Ini adalah kemasan standar untuk ekspor" Jelas Rainun kembali.
"Kalau kemasannya habis, dimana saya bisa membelinya?" Tanya si bapak.
"Bapak bisa menghubungi pak Surya atau saya. Atau kalau bapak mau mencari tempat produksi kemasan yang lain juga boleh. Tapi untuk bahan tolong di sesuaikan dengan yang kami bawa ini" Kali ini Fitri yang menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih sudah berkunjung bu Rainun dan bu Fitri. Ini ada sedikit makanan ringan untuk di cicipi" Kata ibu pemilik usaha.
"Wah, tidak perlu repot-repot bu. Kami hanya ingin melihat proses produksinya" Ucap Rainun yang merasa tidak enak.
"Tak apa bu, anggap saja ini buah tangan dari kami" Bujuk ibu pemilik usaha.
"Baiklah kami terima ya pak, bu. Terima kasih banyak. Kami pamit dulu" Kata Rainun berpamitan.
Mereka berdua berjalan menuju mobil. Karena hari sudah sore dan jam kantor telah berakhir, mereka memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Rainun mengantar Fitri pulang karena tadi mereka pergi bersama mengendarai mobil Rainun.
Setelah mengantar fitri, Rainun mampir ke butik milik Sofia. Kebetulan rumah Fitri berada tidak jauh dari butik milik Sofia. Tak lupa Rainun membawa buah tangan yang sudah dibagi dengan Fitri untuk dicicipi bersama Sofia.
Tok..
Tok..
Tok..
"Iya, silahkan masuk" Ucap si pemilik ruangan.
"Eh Rai, tumben dateng tidak ngabarin kakak dulu. Untung kakak ada di butik." Lanjut Sofia.
"Iya tadi aku lihat mobil kakak masih ada, jadi aku mampir." Jawab Rainun lalu duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Sofia.
"Memang kamu dari mana?, apa yang kamu bawa itu?" Tanya Sofia yang ikut menjatuhkan diri di sofa panjang itu.
"Setelah survei ke salah satu UMKM tadi, aku langsung mengantar Fitri pulang. Melihat mobil kak Sofia masih terparkir jadilah aku mampir kesini. Ini hasil produksi dari UMKM yang aku kunjungi tadi kak. Ayo cicipi dan berikan aku pendapat kakak mengenai rasanya." Kata Rainun sembari membuka kemasannya.
Selama ini, selain kepada Raihan, Rainun juga kerap kali meminta pendapat Sofia untuk membantu mengembangkan bisninsnya.
"Ini Bayam?" Tanya Sofia yang tiba-tiba membulatkan mata saat mengambil makanan itu.
"Iya kak itu bayam" Jawab Rainun singkat. Dia sangat menikmati keripik Bayam itu.
"Kenapa besar sekali daunnya? Yang ini hampir sebesar telapak tangan loh" Tanya Sofia tak percaya.
" Iya ini jenis bayam yang kalau di panen hanya d gunting batangnya. Bukan yang di cabut dengan akarnya. Nah jenis bayam seperti ini memiliki daun yang lebih lebar dan sedikit lebih tebal." Jelas Rainun.
Sofia hanya membulatkan mulutnya sambil mengangguk-anggukan kepal tanda mengerti.
"Gimana rasanya kak?" Tanya Rainun.
"Enak. Tetapi rasa khas sayurannya hilang, jadi hanya seperti makan tepung saja. Sepertinya lebih cocok disebut rempeyek dari pada keripik." Jawab Sofia jujur.
"Coba kita cicipi yang ini" Kata Rainun beralih membuka kemasan selanjutnya.
"Kalau itu, apa isinya?" Tanya Sofia yang penasaran.
"Mmmm ini okra, kemudian ada wortel dan buncis" Kata Rainun sambil mengeluarkan satu persatu keripik yang ia sebutkan.
"Nah kalau ini lebih enak. Rasa khas dari masing-masing sayuran masih terasa. Wortelnya juga tidak keras. Tetapi sepertinya ini okra yang sudah tua. Saat dimakan seratnya terlalu kaku. Kalau okra masih muda pasti seratnya akan lebih halus." Jelas Sofia.
Rainun mengangguk-anggukan kepala tanda setuju dengan pendapat Sofia.
"Gimana usahamu? Lancar?" Tanya Sofia sambil kembali memakan keripik yang sudah di buka itu.
"Alhamdulillah terbilang lancar kak. Hanya beberapa waktu lalu aku gagal mengekspor beberapa produk karena kemasannya ternyata tidak memenuhi standar di sana. Padahal sudah memenuhi standar di Indonesia" Ucap Rainun sedikit lesu.
"Oh iya, teman disainerku di singapura tertarik dengan kain tenun yang beberapa waktu lalu kau kirimkan. Dia ingin memesan dalam jumlah besar untuk beberapa disain yang akan di tampilkan dalam fashion show karyanya. Juga, dia akan segera menghubungimu katanya." Ujar Sofia memberi kabar bahagia.
"Serius kak? Waaahhh terima kasih kak Sofia. Love you sekebun pokoknya" Seru Rainun sembari memonyongkan bibirnya hendak mencium calon kakak iparnya itu. Sayangnya hal itu gagal karena Sofia keburu mencubit gemas bibir Rainun.
Selama ini sedikit banyak Sofia juga membantu Rainun dengan menawarkan beberapa hasil produksi UMKM pada teman-temannya yang berada di luar negri.
"Mmm kamu tidak ingin merambah wilayah ekspormu ke Eropa misalnya?" Tanya Sofia.
"Pingin sih kak, tapi belum ada partner disana. Aku masih mencari - cari partner untuk membantu ekspor ke sana." Jawab Rainun
"Mau kakak kenalin dengan seseorang? Dia anak dari sahabat papa. Baru-baru ini kakak kembali bertemu dengan dia dan sedikit berbincang tentang usahanya. Dia biasa melakukan ekspor dan impor di wilayah Eropa, Australia dan Amerika." Tawar Sofia
"Serius kak? Boleh-boleh. Kapan kita bisa ketemu?" Tanya Rainun antusias.
"Oke kita atur waktunya, nanti kakak kabari kamu setelah kakak mengubungi dia" Kata Sofia menyetujui.
Mereka melanjutkan berbincang - bincang santai sejenak sebelum kemudian bersama - sama keluar dari butik untuk pulang.
"Rai, mau ikut kakak ngegym?" Tanya Sofia saat berjalan ke luar butik. Sofia adalah pecinta olah raga. Tidak kaget melihat bentuk tubuh Sofia yang sangat indah.
"Hehe enggak dulu deh kak. Jiwa magerku masih kokoh. Tubuh ini sudah memberi sinyal mengajak rebahan." Jawab Rainun sambil meringis.
"Ahh dasar kau ini kaum rebahan garis keras memang. Lihat tuh lemak di perutmu sudah melambai-lambai" Ucap Sofia mengejek.
"Hah serius kak? Aku terlihat buncita?" Tanya Rainun sambil berkaca di pintu butik.
"Hahaha kamu masih terlihat seksi kok, tenang saja. Kakak duluan yaa" Ujar Sofia sembari masuk ke dalam mobilnya.
"Aaahhhh kak Sofiaaaaaa" Geram Rainun.
Sofia hanya tertawa di balik kemudinya melihat Rainun yang mengerucutkan bibirnya.
Sesampainya di rumah Rainun..
"Assalamualaikum" Seru Rainun sembari masuk ke dalam rumah.
"Waalaikum salam" Terdengar suara Raihan menjawab.
"Loh, abang sudah pulang? Di mana dia?" Gumam Rainun sambil mencari - cari keberadaan abangnya. Ternyata abang kesayangannya itu sedang berolah raga di halaman samping rumah.
"Sedang apa bang?" Tanya Rainun sembari menongolkan wajahnya dari balik pintu.
"Rebahan!" Jawab Raihan santai. "Sudah tau lagi olah raga, pake nanya lagi" Kata Raihan sambil melanjutkan pull up nya.
"Olah raga Rai, supaya lemak itu tidak semakin kuat tekadnya untuk tetap tinggal di tubuhmu. Secara kamu kan ratu ngemil" Ujar Raihan meledek.
"Aahh kenapa sih abang dan kak Sofia sama saja. Tadi juga kak Sofia meledekku begitu" Sungut Rainun.
"Ya kan kita jodoh" Jawab Raihan sambil terkekeh.
Rainun yang mendengar itu pun hanya memutar bola matanya malas dan berlalu menuju kamarnya.
"Kenapa sih mereka sama aja. Senang sekali meledekku. Padahal aku kan tidak gemuk. Perutku juga masih rata" Gerutunya sembari melihat pantulan dirinya di cermin.
"Aaah sudah lah. Kenapa juga aku masih memusingkan omongan kedua sejoli itu. Baper sekali aku ini" Ucapnya lagi sambil berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Ngemil teruuuss. Baru juga lima menit lalu makan malam" Suara Raihan mengagetkan.
"Kenapa sih bang? Camilan ini tuh anti depresan alami untukku tau!" Kata Rainun kesal.
Raihan hanya mencebikkan bibirnya mendengar jawaban dari adiknya itu. Ia pun kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya.
Suara dering ponsel seketika membuyarkan fokus Rainun yang sedang menonton derama favoritnya. Ia pun buru-buru mengangkat panggilan di ponselnya nya.
"Waalaikum salam" Jawab Rainun.
"Hmmm minggu depan ya? Baiklah. Terimakasih banyak bantuannya kak" Kata Rainun sebelum sambungan telefon itu terputus.
Wajahnya berubah menjadi ceria semenjak mengangkat panggilan tadi. Ia jadi senyum-senyum sendiri saat menonton derama sedih di hadapannya.
"Loo, non Rainun kok aneh. Deramanya sedih tetapi dia malah senyum-senyum. Biasanya dia akan menghabiskan banyak tisu saat adegan sedih seperti ini" Batin mbok Surti yang sedang memperhatikan Rainun sembari membereskan meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments